Tarombo Batak

Revisi sejak 19 Juni 2010 10.53 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

Tarombo Batak ialah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku bangsa Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu.

Raja Batak dan keturunannya

Dalam tarombo Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak) dimulai dari seorang individu bernama Raja Batak.

Raja Batak berdiam diri di Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula. Sehingga Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai daerah induk asal-mula suku bangsa Batak yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru.

Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putera, yaitu:

  1. Guru Tatea Bulan (Naimarata)
  2. Raja Isumbaon

Guru Tatea Bulan

Guru Tatea Bulan mempunyai 5 (lima) orang putera, yaitu:

  1. Raja Biakbiak
  2. Saribu Raja
  3. Limbong Mulana
  4. Sagala Raja
  5. Silau Raja

Raja Biakbiak

Raja Biakbiak adalah putera sulung Guru Tatea Bulan.

Raja Biakbiak atau juga disebut dengan Raja Uti tidaklah mempunyai keturunan.

Saribu Raja

Saribu Raja adalah putera kedua Guru Tatea Bulan.

Saribu Raja mempunyai 2 (dua) orang putera yang dilahirkan oleh 2 (dua) isteri. Isteri pertama Saribu Raja adalah Siboru Pareme yang melahirkan Raja Lontung dan isteri kedua Saribu Raja adalah Nai Mangiring Laut yang melahirkan Raja Borbor.

Raja Lontung

Raja Lontung mempunyai 7 (tujuh) orang putera, yaitu:

  1. Sinaga, menurunkan marga Sinaga dan cabang-cabangnya
  2. Situmorang, menurunkan marga Situmorang dan cabang-cabangnya
  3. Pandiangan, menurunkan marga Pandiangan, Samosir, dan cabang-cabangnya
  4. Nainggolan, menurunkan marga Nainggolan dan cabang-cabangnya
  5. Simatupang, menurunkan marga Togatorop, Sianturi dan Siburian
  6. Aritonang, menurunkan marga Ompu Sunggu, Rajagukguk, dan Simaremare
  7. Siregar, menurunkan marga Siregar dan cabang-cabangnya

Raja Borbor

Keturunan Raja Borbor membentuk rumpun persatuan yang disebut dengan Borbor Marsada yang terdiri dari marga Pasaribu, Batubara, Harahap, Parapat, Matondang, Sipahutar, Tarihoran, Saruksuk, Lubis, Batubara, Pulungan, Hutasuhut, Tanjung serta Daulay.

Limbong Mulana

Keturunan Limbong Mulana sebagai putera ketiga Guru Tatea Bulan memakai marga Limbong

Sagala Raja

Keturunan Sagala Raja sebagai putera keempat Guru Tatea Bulan memakai marga Sagala.

Silau Raja

Silau Raja sebagai putera bungsu Guru Tatea Bulan menurunkan marga Malau dan cabang-cabangnya.

Raja Isumbaon

Raja Isumbaon adalah putera bungsu Raja Batak.

Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putera, yaitu:

  1. Tuan Sorimangaraja
  2. Raja Asiasi
  3. Sangkar Somalidang

Khusus keturunan Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang hingga saat ini belum diketahui pasti siapa keturunan mereka.

Tuan Sorimangaraja

Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 (tiga) orang putera, yaitu:

  1. Raja Naiambaton
  2. Raja Nairasaon
  3. Tuan Sorbadibanua

Raja Naiambaton

Keturunan Raja Naiambaton dikenal sebagai keturunan yang terdiri dari berpuluh-puluh marga yang tidak boleh saling kawin (ndang boi masiolian). Kumpulan persatuan rumpun keturunan Raja Naiambaton disebut dengan PARNA (Parsadaan Raja Nai Ambaton).

Marga-marga keturunan Raja Naiambaton, antara lain: Simbolon, Tamba, Saragi, Munte. Dan cabang-cabangnya:

  1. Simbolon Tua (Simbolon, Tinambunan, Tumanggor, Turutan, Pinayungan, Maha, Nahampun)
  2. Tamba Tua (Tamba, Sidabutar, Sidabalok, Siadari, Sijabat)
  3. Munte Tua (Munte, Sitanggang, Sigalingging)
  4. Saragi Tua (Sidauruk, Saing, Simalango, Simarmata, Nadeak, Sidabungke, Rumahorbo, Sitio, Napitu)

Raja Nairasaon

Nairasaon adalah kelompok marga dari suku bangsa Batak Toba yang berasal dari daerah Sibisa Marga-marga keturunan Raja Nairasaon, anatara lain: Manurung, Sitorus, Sirait, Butarbutar, dan cabang-cabangnya.MANURUNG menurunkan HUTAGURGUR HUTAGAOL dan SIMANORONI.

Tuan Sorbadibanua

Tuan Sorbadibanua mempunyai 8 (delapan) putera, yaitu:

  1. Sibagotnipohan
  2. Sipaettua
  3. Silahisabungan
  4. Raja Oloan
  5. Raja Hutalima
  6. Raja Sumba
  7. Raja Sobu
  8. Raja Naipospos
Sibagotnipohan

Sibagotnipohan sebagai cikal-bakal marga Pohan mempunyai 4 (empat) putera, yaitu:

  1. Tuan Sihubil, sebagai cikal-bakal marga Tampubolon dan cabang-cabangnya
  2. Tuan Somanimbil, sebagai cikal-bakal marga Siahaan, Simanjuntak, dan Hutagaol
  3. Tuan Dibangarna, sebagai cikal-bakal marga Panjaitan, Silitonga, Siagian, Sianipar, dan cabang-cabangnya
  4. Sonak Malela, menurunkan marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede
Sipaettua

Marga-marga keturunan Sipaettua, antara lain: Hutahaean, Hutajulu, Aruan, Sibarani, Sibuea, Sarumpaet, Pangaribuan, dan Hutapea.

Silahisabungan

Keturunan Silahisabungan yaitu :

  1. Silahi Raja (Silalahi)
  2. Loho Raja (Sihaloho)
  3. Tungkir Raja (Situngkir)
  4. Sondi Raja (Rumasondi)
  5. Butar Raja (Sinabutar)
  6. Bariba Raja (Sinabariba)
  7. Debang Raja (Sidebang)
  8. Batu Raja (Pintu Batu)
  9. Si Raja Tambun (Tambun/Tambunan)

Selain marga tersebut diatas ada lagi marga cabang keturunan yakni :

Sipakkar, Sembiring, Sipayung, Dolok Saribu, Sinurat, Nadapdap,
Naiborhu, Ambuyak, Sigiro, Daulay.
Raja Oloan

Raja Oloan mempunyai 6 (enam) orang putera, yaitu:

  1. Naibaho, yang merupakan cikal-bakal marga Naibaho dan cabang-cabangnya
  2. Sigodang Ulu, yang merupakan cikal-bakal marga Sihotang dan cabang-cabangnya
  3. Bakara, yang merupakan cikal-bakal marga Bakara
  4. Sinambela, yang merupakan cikal-bakal marga Sinambela
  5. Sihite, yang merupakan cikal-bakl marga Sihite
  6. Manullang, yang merupakan cikal-bakal marga Manullang
Raja Hutalima

Raja Hutalima tidak mempunyai keturunan

Raja Sumba

Raja Sumba mempunyai 2 (dua) orang putera, yaitu:

  1. Simamora, yang merupakan cikal-bakal marga Purba, Manalu, Simamora Debata Raja, dan Rambe
  2. Sihombing, yang merupakan cikal-akal marga Silaban, Sihombing Lumban Toruan, Nababan, dan Hutasoit
Raja Sobu

Marga-marga keturunan Raja Sobu, antara lain: Sitompul, Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, dan Lumban Tobing.

Raja Naipospos

Raja Naipospos mempunyai 5 (lima) orang putera yang secara berurutan, yaitu:

  1. Donda Hopol, yang merupakan cikal-bakal marga Sibagariang
  2. Donda Ujung, yang merupakan cikal-bakal marga Hutauruk
  3. Ujung Tinumpak, yang merupakan cikal-bakal marga Simanungkalit
  4. Jamita Mangaraja, yang merupakan cikal-bakal marga Situmeang
  5. Marbun, yang merupakan cikal-bakal marga Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol

Padan atau janji antar marga

Dalam suku bangsa Batak, selain marga yang satu nenek moyang (satu marga) ditabukan untuk saling kawin, dikenal juga padan (janji atau ikrar) antar marga yang berbeda untuk tidak saling kawin. Marga-marga tersebut sebenarnya bukanlah satu nenek moyang lagi dalam rumpun persatuan atau pun paradaton, tetapi marga-marga tersebut telah diikat padan (janji atau ikrar) agar keturunan mereka tidak saling kawin oleh para nenek moyang pada zaman dahulu. Antar marga yang diikat padan itu disebut dongan padan.

Marga-marga yang mempunyai padan khusus untuk tidak saling kawin, anatara lain:

  1. Sihotang dengan Naipospos (Marbun)
  2. Naibaho dengan Sihombing Lumban Toruan
  3. Nainggolan dengan Siregar
  4. Tampubolon dengan Silalahi
  5. dan lain sebagainya

Sihotang dengan Naipospos (Marbun)

Seluruh keturunan Raja Naipospos diikat janji (padan) untuk tidak saling kawin dengan keturunan Raja Oloan yang bermarga Sihotang. Sehingga Sihotang disebut sebagai dongan padan. Memang pada awalnya pembentuk janji ini adalah Marbun. Namun ditarik suatu kesepakatan bersama bahwa keturunan Raja Naipospos bersaudara (na marhahamaranggi) dengan keturunan Sihotang. Hal ini dapat dilihat bersama bahwa hingga saat ini seluruh marga NAIPOSPOS SILIMA SAAMA (Sibagariang-Hutauruk-Simanungkalit-Situmeang-Marbun) tidak ada yang kawin dengan marga Sihotang. Pengalaman di lapangan bahwa memang ada-ada saja orang yang mempersoalkan padan ini. Mereka mengatakan bahwa hanya Marbun sajalah yang marpadan dengan Sihotang tanpa mengikutsertakan Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang. Perlu diketahui bersama bahwa telah ada ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) bahwa padan ni hahana, padan ni angina; jala padan ni angina, padan ni hahana (ikrar kakanda juga ikrar adinda dan ikrar adinda juga ikrar kakanda). Benar Marbunlah pembentuk padan pertama terhadap Sihotang. Tetapi oleh karena Marbun sebagai anggi doli Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang, maka turut juga serta dalam padan dengan Sihotang. Contoh lain dapat pula dilihat bersama bahwa sesungguhnya Sibagariang tidaklah ada ikrar (padan) sama sekali untuk tidak saling kawin (masiolian) dengan Marbun. Tetapi oleh karena Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang marpadan dengan Marbun untuk tidak saling kawin maka Sibagariang pun turut serta dengan sendirinya oleh karena ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) yang telah disebutkan di atas. Sehingga suatu padan yang umum bahwa keturunan Raja Naipospos dari isteri I (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Raja Naipospos dari isteri II (Marbun).

Demikian pula halnya seluruh marga-marga keturunan Raja Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, dan Marbun Lumban Gaol) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Sihotang.

Sumber dan rujukan

  • Ricardo Parulian Sibagariang dalam BLOG: Tarombo Batak
  • Haran Sibagariang (Gelar: Ompu Basar Solonggaron), mantan Kepala Negeri Huta Raja sebagai sumber tertulis dalam buku sederhana susunannya sendiri tentang Raja Naipospos dan Keturunannya.
  • Laris Kaladius Sibagariang, seorang yang dituakan dan kepala adat di Huta Raja, Sipoholon sebagai sumber lisan.
  • W. M. Hutagalung, sebagai sumber pembanding dalam bukunya yang bejudul PUSTAHA BATAK Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak
  • D. J. Gultom Raja Marpodang, sebagai sumber pembanding dalam bukunya yang berjudul Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak tentang marga keturunan Raja Batak