Bactrocera

genus serangga
Revisi sejak 5 Februari 2011 14.35 oleh CommonsDelinker (bicara | kontrib) (Berkas Fruit_fly_pic.JPG dibuang karena dihapus dari Commons oleh Wknight94)


Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai.[1] Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21, 99 miliar. [2] Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah. [3]

Morfologi

Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan.[4] Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan thoraxnya ada bercak-bercak kekuningan.[4] Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.[4]

Daur Hidup

Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah.[4] Jumlah telur sekitar 100-120 butir.[4] Setelah 2-3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga.[4] Berenga tersebut akan membuat terowongan didalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2 minggu.[4] Berenga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh diatas tanah, kemudian membuat terowongan 2-5 cm dan berpupa.[4]. Lama masa pupa 7-8 hari.[4]Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-kira menghasilkan 8-10 generasi.[4]

Serangan

Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran.[butuh rujukan]

Gejala serangan

Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. [4] Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan.[butuh rujukan] Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain.[butuh rujukan] Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang.[4] Batang yang terserang akan menjadi bisul.[4] Sementara itu buahnya akan menjadi kecil dan berwarna kuning.[4]

Akibat serangan

Misalnya pada tanaman cabai, Ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya.[5] Akibat serangan lalat buah, buah akan gugur sebelum waktunya, hitam mengeras, dan busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya.[5]

Pengendalian

Selama ini, Bractocera dorsalis pada tanaman dapat dikendalikan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu insektisida.[6], pemanfaatan musuh alami, pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis dan bioinsektisida.[7]

insektisida

Tetapi pengendalian dengan insektisida dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan.[6] Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia. [6]

Bioinsektisida

Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali serangga.[7] Selain penyakit, kendala utama dalam budidaya tanaman adalah serangan hama.[7] Pada awal infeksi bakteri, serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (dibawah daun).[7] Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan.[7]

pemanfaatan musuh alami

pengelolaan hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis) dengan memnfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem.[6] Seperti Pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali.[6] Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. dorsalis serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik agronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati.[6]Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut.[6] Pengendalian yang dipilih menggunakan Minyak Cemara Hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatanya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Hlmn :22. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
  2. ^ Media Bisnis Indonesia 2003
  3. ^ Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi Indonesia. Bogor:Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN: 9794890987. Bogor: Niaga Swadaya
  5. ^ a b Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press
  6. ^ a b c d e f g h Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher
  7. ^ a b c d e Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Hlmn: 20-23. ISBN: 9790062796. Jakarta: Agromedia Pustaka