Korps Speciale Troepen (KST) adalah kesatuan pasukan khusus Belanda yang terlibat di balik layar dalam masa-masa Revolusi Nasional Indonesia. Dua kompi KST bertempur bersama dengan pasukan separatis RMS (Republik Maluku Selatan atau Maluku Selatan Republik) yang pro-Belanda saat masa-masa awal terbentuknya Indonesia. Sebelum terbentuk, KST adalah gabungan dari kesatuan Depot Speciale Troepen (DST) dan Reciment Speciale Troepen (RST). Salah satu tokoh DST yang terkenal karena kebrutalannya adalah Kapten Raymond Westerling, komandan DST yang merupakan otak peristiwa Pembantaian Westerling dan Kudeta APRA yang menewaskan ribuan penduduk Indonesia kala itu.

Tentara Nasional Indonesia kagum dengan kemampuan dan keterampilan pasukan KST, terutama penembak runduk mereka. Hal ini kemudian mengilhami para jenderal Indonesia yang terlibat untuk meniru KST dan membentuk sebuah kesatuan pasukan khusus untuk Indonesia, yang kemudian hari dikenal sebagai Kopassus.[butuh rujukan]

Komandan pertama dari unit yang baru adalah Mayor Rokus Bernadus Visser, yang telah membelot dari pengabidan pada Belanda menjelang akhir perang. Dia tetap di Indonesia, menikah dengan seorang wanita Indonesia dan dikenal secara lokal sebagai Mohamad Idjon Djanbi [butuh rujukan]. Akhirnya dia dihubungi dan direkrut oleh Tentara Nasional Indonesia, yang di kesatuan tersebut ia menciptakan unit baru yang dia model dari KST - yang akhirnya dinamakan sebagai Kopassus, dengan baret merah yang sama seperti dengan KST. [butuh rujukan]

Lihat pula

Referensi