Anjing Jindo
Anjing Jindo atau jindo (jindotgae) adalah anjing asli Korea yang berasal dari Jindo (Pulau Jin), pesisir barat laut Korea Selatan.[1]
Nama lain | Chindo Jindo Jindo Gae Jindot-gae Jin dog | |||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Negara asal | Korea Selatan | |||||||||||||||
| ||||||||||||||||
|
Jindotgae menjadi trah yang murni sejak lama karena isolasi geografi Pulau Jin dari daratan utama dan merupakan salah satu dari 3 anjing asli Korea di samping sapsal dan pungsan.
Walau tidak diketahui, namun ada 3 teori yang mengenai asal usul jindo: pertama, diperkenalkan oleh para pedagang Cina terdampar di Pulau Jin pada zaman Tiga Kerajaan Korea; kedua, keturunan anjing pemburu yang dibawa oleh orang Mongol pada zaman Dinasti Goryeo; ketiga, dibawa dari Mongolia sebagai anjing penjaga peternakan kuda pada zaman Dinasti Joseon.
Pada tahun 1938, pemerintah Korea menyatakan jindo sebagai harta negara.[1]
Ukuran jindo sedang dengan jantan memiliki tinggi maksimal rata-rata 55-60 cm dan betina rata-rata 45-50 cm. Dapat hidup hingga 12-15 tahun.[2] Perangai tampak tenang dengan bulu panjang berwarna coklat terang, putih, kuning, merah, merah-putih, hitam, hitam-cokelat, dan belang.[2] Wajah oktagonal jika dilihat dari depan dengan telinga berbentuk segitiga yang mengarah ke depan. Struktur punggung dan dada kuat. Ekor mulai bergerak-gerak setelah 5 bulan dilahirkan.
Karakternya cerdas, kuat, ceria, antusias, mandiri, setia pada majikan dan tempat ia dibesarkan, namun juga agresif, keras kepala dan mudah curiga terhadap kehadiran orang asing.[1] Karena kepekaannya terhadap bau dan suara sangat baik, jindo merupakan anjing yang ideal untuk berburu. Pada saat bertarung, kebiasaannya adalah tidak akan melepaskan gigitan pada tubuh musuhnya.
Pada zaman Penjajahan Jepang, ada cerita terkenal tentang seorang Jepang yang berhasil menangkap seekor harimau di Korea. Ia memasukkan 3 ekor jindo sebagai mangsa ke kandang harimau itu sebelum dibawa pulang ke Jepang. Keesokan pagi, ia menemukan harimaunya mati dan 3 ekor jindo terluka tapi masih hidup.
Di Korea Selatan, jindo dilindungi sebagai Monumen Alam pada tahun 1962 demi melestarikan kemurnian rasnya.
Referensi
- ^ a b c (Inggris) Margaret H. Bonham (2001). Northern Breeds (Complete Pet Owner's Manual). Barron's Educational Series. ISBN 978-0-7641-1733-6. Page.18
- ^ a b (Inggris) www.dogbreedinfo.com. "Jindo (Korean Jindo) (Jindo Dog)". Diakses tanggal 24 Mei 2010.