Kazoh Kitamori (北森 嘉蔵, Kitamori Kazō) adalah salah satu teolog, penulis dan tokoh Jepang paska Perang Dunia II.[1] Di mana terjadi penghancuran besar Hiroshima dan Nagasaki (長崎市, Nagasaki-shi).[2] Peristiwa tersebut mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Jepang.[3] Melalui peristiwa tersebut, Kazoh berefleksi bahwa Jepang perlu Injil yang kontekstual.[3] Kazoh menggunakan konsep kebudayaan Jepang tentang dukkha dan tsurasa.[3]

Tempat Kitamori Kazoh mengajar di Tokyo Union Theological Seminary
Two photos of atomic bomb mushroom clouds, over two Japanese cities in 1945.
Peristiwa penghancuran di Nagasaki (kanan) dan Hiroshima (kiri), tanggal 9 August 1945


Biografi

Kitamori Kazoh lahir pada tahun 1916 di Jepang.[2] [3] Sejak kecil Kazoh bukanlah pemeluk agama Kristen dan pada masa remaja memeluk agama Kristen.[3] Ia dibaptis di gereja Lutheran.[3] Setelah mempuh jenjang pendidikan, Kazoh bekerja sebagai pengajar di Tokyo Union Theological Seminary.[2] Pemikiran Kazoh dipengaruhi Kagoshima Nishida, seorang filsuf Jepang yang belajar filsafat Barat.[3] Pada tahun 1960, Kazoh menyelesaikan disertasi tentang teologi Luther dan penderitaan dalam konsep kebudayaan Jepang.[3] [2]

 
Lukisan penderitaan rakyat Jepang


Teologi Kitamori Kazoh

Teologi penderitaan adalah pokok utama teologi Kazoh yang diuraikan dalam buku Theology of The Pain of God.[2] Penderitaan merupakan hakikat dari Allah seperti diuraikan dalam Yeremia 31:20 dan Yesaya 63:15.[2]

....sebab itu hati-Ku terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku akan menyayanginya, demikianlah firman TUHAN

— Yeremia 32:20

dan

.... Di manakah kecemburuan-Mu dan keperkasaan-Mu, hati-Mu yang tergerak dan kasih sayang-Mu? Janganlah kiranya Engkau menahan diri!

— Yesaya 63:15

Penderitaan Allah terungkap dalam empat unsur pokok: penderitaan karena kasihNya dan pengampunan orang berdosa, penderitaan Yesus di kayu salib, penderitaan Bapa membiarkan AnakNya menderita, serta imanensi Allah dalam penderitaan manusia.[2] Teologi tersebut menghasilkan kesinambungan pada konsep tsurasa atau pengorbanan diri.[2] Di mana penderitaan menjadi lambang persatuan dengan Tuhan dan pelayanan bagi dunia.[2]

 
Penderitaan seorang korban dengan luka bakar akibat ledakan bom atom

Penderitaan adalah hakikat Allah bertolak belakang dengan pandangan tradisional yang memahami Allah sebagai yang tidak dapat menderita.[3] Kazoh membalikkan pemikiran bahwa Allah ikut menderita sebagaimana manusia.[3] Penekanan Kazoh, penderitaan Allah dalam keberadaannya sebagai Allah yang membentuk karakter ilahi Allah.[3] Penderitaan tersebut dimaknai sebagai penderitaan orang-orang pada peristiwa penghancuran besar di Hiroshima dan Nagasaki yang melambangkan penderitaan Allah yang mendalam dan unik.[2]


Referensi

  1. ^ (Indonesia) P. Mutiara Andalas. Lahir Dari Rahim. Yogyakarta: Kanisius. 2009. 20
  2. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1997. 303, 304
  3. ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia) A.A. Yewangoe. Theologia Crucis di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004. 224, 223, 225


Pranala luar

  • Kitamori, Kazoh. Theology of the Pain of God. Richmond, VA: John Knox Press. 1965.
  • Meyer, Richard. Toward a Japanese Theology: Kitamori's Theology of the Pain of God. Concordia Theological Monthly, XXXIII, 5, May 1962, pp. 261–272.
  • Hastings, John Thomas. Kitamori Kazoh, in A Dictionary of Asian Christianity. Sunquist, Scott W., ed. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2001, pp. 445–446.