Sisingamangaraja XII
Raja Sisingamangaraja XII (Bangkara, Tapanuli, 1849 – Simsim, Tano Batak, 17 Juni 1907); bergelar Ompu Pulo Batu adalah seorang penguasa di daerah Tapanuli, Sumatra Utara pada akhir abad ke-19. Dia wafat pada 17 Juni 1907 saat membela diri dari serangan pasukan Belanda. Makamnya berada di Soposurung, Balige setelah dipindahkan dari Tarutung. Nama Sisingamangaraja berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti singa dan mangaraja (maharaja).
Asal Usul
Sisingamangaraja, dinasti Sisingamangaraja XII, adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatera Utara untuk menempatkan pejabat-pejabatnya.[1] Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau, dah bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung. [2] Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung.
Gelar
Gelar Singamangaraja adalah gelar kelompok turun temurun yang memiliki keistimewaan wibawa (sahala) raja iman dari cabang marga Sinambela, tinggal di Bangkara. Karena keistimewaan, keunggulan, kearifan yang berlangsung turun-temurun mereka dihormati sebagian besar orang Batak, khususnya dari belahan marga besar Sumba. Pahlawan nasional Indonesia ini yang disebut juga Ompu Pulo Batu adalah Singamangaraja yang keduabelas.
Cap Sisingamangaraja XII
Singamangaraja XII memiliki tiga cap yang telah diteliti oleh Uli Kozok dalam buku "Surat Batak: Sejarah Perkembangan Tulisan Batak, Berikut Pedoman Menulis Aksara Batak dan Cap Si Singamangaraja XII. Jakarta : Gramedia. 2009.