Marpaung
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Marpaung merupakan salah satu marga suku Batak.
Di pedalaman Batak pada tahun 1450-1500 M, orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan (bukan pedalaman tano batak). Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan Sungai Karang.
Artikel ini tidak memiliki referensi atau pranala luar ke sumber-sumber tepercaya yang dapat menyatakan kelayakan dari subyek yang dibahas. (ajukan diskusi keberatan penghapusan) Artikel ini akan dihapus pada 4 Februari 2010 jika tidak diperbaiki.Untuk pemulai artikel ini, jika Anda mempertentangkan nominasi penghapusan ini, jangan menghapus peringatan ini. Silakan hubungi sang pengusul, hubungi seorang pengurus, atau pasang tag {{tunggu dulu}} |
Antara tahun 1450-1818 M, kelompok marga Marpaung menjadi supplaier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai timur. Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan.
Berkas ini tidak memiliki sumber yang jelas dan dapat dipastikan. Informasi sumber sangatlah dibutuhkan agar status hak ciptanya dapat dipastikan oleh para pengguna lainnya. Kecuali sumbernya diberikan, berkas akan dihapus tujuh hari setelah templat ini ditambahkan. Mohon hapus templat ini jika sumbernya telah diberikan. Pengurus: hapus berkas ini. Penggunaan: |
Salah satu tokoh Marpaung yakni Mansur Marpaung atau yang dikenal dengan nama "Tuan Lobe" dari Porsea menjadi Sultan di Kesultanan Asahan pada tahun 1820. Kesultanan ini telah lama keropos dan menjadi turunan Kesultanan Aceh. Pada era kerusuhan di Sumatera Timur (1947), Kesultanan ini akhirnya ambruk.
Jangan gunakan templat {{hapus:kelayakan}}!
Gunakan {{hapus|A7}}
atau {{hapus|A9}}
atau {{subst:tak layak}}
.
TULISAN DIATAS SALAH BESAR TANPA ADA KEBENARAN YANG BENAR HANYA MARPAUNG MEMANG SALAH SATU MARGA DARI SUKU BATAK