Komando Pasukan Khusus

Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat

Kopassus merupakan singkatan dari Komando Pasukan Khusus adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat disetiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.

Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, penumpasan PRRI/Permesta, operasi Trikora, operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, operasi Seroja di Timor Timur, Operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai operasi militer lainnya.

Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga tidak heran pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil.

Sejarah Kopassus

Pada tanggal 15 April 1952, Kolonel Alexander Evert Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu AE Kawilarang bersama Letkol Slamet Ridjadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. AE Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.

Komandan pertama saat itu adalah Moch. Idjon Djanbi. Moch Idjon Djambi adalah mantan kapten KNIL yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resiman Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochammad Idjon Djanbi.

Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di selatan Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.

Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.

Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Tanggal 17 Februari 1971 resimen tersebut kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).

Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia.Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu Fretilin Lobato pada Desember 1978. Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.

Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.

ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.

Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.

  • Grup 1/Parakomando berlokasi di Serang, Jawa Barat
  • Grup 2/Parakomando berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
  • Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
  • Grup 4/Sandhi Yudha berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
  • Grup 5/Anti Teror berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur

Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.


Struktur Satuan Kopassus

Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri pada umumnya. Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.

Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup. Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade). Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.

Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:

  • Grup 1/Parakomando berlokasi di Serang, Jawa Barat
  • Grup 2/Parakomando berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
  • Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
  • Grup 4/Sandhi Yudha berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
  • Grup 5/Anti Teror berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur

Kecuali Grup 3, yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi operasional (tempur). Dengan demikian struktur Grup 3 berbeda dengan Grup-Grup lainnya. Masing-masing Grup (kecuali Grup 3), dibagi lagi dalam bataliyon, misalnya: Yon 11 dan 12 (dari Grup 1), serta Grup 21 dan 22 (dari Grup 2).

Khusus untuk Grup 3 yang merupakan institusi pendidikan (bukan satuan tempur), maka pembagian satuannya berdasarkan fungsi pelatihannya. Secara garis besar, ada tiga kejuruan utama yang diajarkan di Grup 3, yaitu: Para, Komando dan Sandi Yudha. Selain menyediakan kursus-kursus spesialis lain, yang juga terbuka bagi anggota Angkatan Darat di luar Kopassus, seperti Scuba, Daki Serbu, Demolisi, Pandu Udara (Path Finder), dan Penembak Runduk (Sniper).

Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peleton hingga bataliyon. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu bataliyon sekaligus.

Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah bataliyon bukan disebut kompi, tetapi unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak dalam operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.

Komandan Grup berpangkat Kolonel, Komandan Bataliyon berpangkat Letnan Kolonel, sedang Komandan Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor).


Daftar Komandan Kopassus

Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jendral (Danjen) yang berpangkat Mayor Jendral. Berikut ini adalah nama komandan yang pernah memimpin pasukan khusus ini.

Daftar Komandan Kopassus sejak awal pembentukannya
Nama Tahun Keterangan
Mayor Moch. Idjon Djanbi 1952-195? Memimpin saat masih bernama Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT) hingga bernama RPKAD
Mayor RE Djailani 195?-19?? -
Mayor Kaharuddin Nasution 19??-19?? -
Mayor Mung 1958-1964 -
Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo 1964-1967 RPKAD hingga menjadi Puspassus AD
Brigjen Widjoyo Suyono 1967-19?? -
Brigjen Witarmin ?-? -
Kolonel Inf. Yogie SM 1975-1983 -
Kolonel Inf. Wismoyo Arismunandar 1983-1985 -
Kolonel Inf. Sintong Panjaitan 1985-1987 -
Brigjen Kuntara 1988-1992 -
Brigjen Tarub 1992-1993 -
Brigjen Agum Gumelar 1994-1995 -
Brigjen Subagyo HS 1995-? -
Mayjen Prabowo Subianto 17 November 1995-199? -
Mayjen Muchdi 199?-???? -
Mayjen Syahrir MS ????-2000 -
Mayjen Amirul Isnaini 1 Juni 2000-2002 -
Mayjen Sriyanto 2002-? -


Isu yang terkait dengan Kopassus

Nama besar dan citra yang disandang Kopassus sejak didirikannya menyebabkan banyaknya pihak yang menarik-narik Kopassus untuk masuk kedalam kegiatan bernuansa politis. Kopassus sejak dulu telah menjadi tempat persemaian perwira-perwira muda potensial, yang kelak mengisi pos-pos jabatan pimpinan TNI. Nama-nama seperti Benny Moerdani, Sintong Panjaitan, Yunus Yosfiah, Agum Gumelar, Hendro Priyono, Prabowo, dan lain-lain, adalah perwira-perwira yang sudah dikenal publik, saat mereka masih berpangkat Kapten atau Mayor, berkat prestasi mereka di lapangan.

Pada tahun 1998, nama Kopassus sempat tercoreng berkaitan dengan aktifitas dari Tim Mawar yang dituding bertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktifis pro demokrasi.


Kaitan Luar