Wangari Maathai

aktivis politik dan pemerhati lingkungan asal Kenya
Revisi sejak 5 Januari 2007 10.31 oleh Thijs!bot (bicara | kontrib) (robot Adding: eu:Wangari Maathai)

Wangari Muta Maathai (lahir 1 April 1940 di Nyeri, Kenya) ialah wanita pertama di Afrika yang menerima Penghargaan Perdamaian Nobel – yang dianugerahkan kepada wanita dalam 2 tahun berturut-turut setelah Shirin Ebadi. Komite Nobel Norwegia menyebutnya sebagai "sumber inspirasi untuk setiap orang di Afrika yang berjuang untuk pengembangan yang bersifat mendukung, demokrasi, dan perdamaian".

Kehidupan awal dan karir

Ia belajar biologi di Atchison dan Pittsburgh (USA) juga Jerman.

Pada 1977 ia mendirikan Gerakan Sabuk Hijau. Organisasi Kenya bertujuan menjamin sumber penyokong kayu bakar dan mencegah erosi tanah. Kampanye itu menggerakkan wanita termiskin, menanam 30 juta pohon lebih hingga kini. Selama bertahun-tahun, penebangan liar telah menimbulkan kurangnya air segar dan kayu bakar serta mutu tanah yang menurun. Maathai bisa memotivasi ibu-ibu dari anak-anak kekurangan gizi untuk mengumpulkan bibit tanaman, menggali sumur, dan menjaga semaian dari hewan dan manusia. Karena jasa-jasanya itu, ia digelari Mama Miti (bahasa Swahili: Ibu dari Pepohonan).

Dari 1976 sampai 1987 Maathai aktif dalam Dewan Nasional Kenya untuk Wanita, yang diketuainya antara 1981–87 (Kini ia masih duduk dalam dewannya). Gerakan Sabuk Biru, yang muncul di saat yang sama, kemudian berkampanye pada isu-isu pendidikan dan gizi. Maathai sendiri telah memulai tantangan baru; sebagai contoh, ia adalah anggota Dewan Penasihat Perlucutan Senjata PBB.

Pada 1997, ia mengkampanyekan jabatan Presiden Kenya namun kalah saat partainya menarik diri dari perlombaan. Di masa Presiden Daniel arap Moi ia telah ditahan beberapa kali dan menjadi sasaran serangan kekerasan.

Pada Desember 2002, Maathai ditunjuk ke Parlemen Kenya dengan 98% suara. Pada 2003 ia diangkat sebagai Asisten Menteri Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Margasatwa.

Penghargaan

Di samping Hadiah Nobel Perdamaian, Maathai menerima sejumlah penghargaan lain, termasuk Right Livelyhood Award (1983), Woman of the Year Award (1983), Woman of the World Award (1989), Africa Prize (1991), juga Penghargaan Petra Kelly 2004 dari Yayasan Heinrich Böll Jerman. Ia menerima 3 gelar doktor kehormatan dari AS dan Norwegia.

Sebelumnya, saat Universitas Nairobi menganugerahinya gelar doktor dalam Kedokteran Hewan pada 1971, ia adalah wanita pertama di Afrika Timur yang menerima penghargaan seperti itu; lalu ia menjadi dekan wanita pertama di sebuah fakultas perguruan tinggi.

Kehidupan keluarga

Wangari Maathai ialah ibu dari 3 anak (Waweru, Wanjira and Muta). Pada 1980 ia diceraikan suaminya – yang mengatakannya "terlalu terdidik, terlalu kuat, terlalu berhasil, dan terlalu sulit dikendalikan."

Pranala luar