Bisnis Indonesia
Artikel atau bagian dari artikel ini menggunakan gaya bahasa naratif yang tidak sesuai dengan Wikipedia sehingga menurunkan kualitas artikel ini. Bantulah Wikipedia memperbaikinya. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
Teks tebal
Bisnis Indonesia adalah surat kabar harian dengan segmentasi pemberitaan bisnis dan ekonomi berbahasa Indonesia yang diterbitkan di Jakarta, Indonesia, sejak 14 Desember 1985. Bisnis Indonesia diterbitkan oleh PT Jurnalindo Aksara Grafika (PT JAG) yang merupakan kongsi bisnis empat pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono (Sahid Group), Ciputra (Ciputra Group), Anthony Salim (Salim Group), dan Eric Samola. Pemimpin Redaksi saat ini adalah Ahmad Djauhar dengan Wakil Pemred Arief Budisusilo.
Awalnya, koran ini berkantor di bekas bengkel reparasi mesin jahit Singer di Jalan Kramat V/8, Jakarta Pusat. Koran yang fokus pada berita bisnis, ekonomi, dan umum ini meroket berkat booming yang melanda lantai Bursa Efek Jakarta pada tahun 1987 dan akibat maraknya industri perbankan sebagai hasil penerapan kebijakan Paket Oktober (Pakto) 1988.
Pertumbuhan yang baik tersebut membuat koran ini mampu membangun gedung sendiri dan kantor pun pindah ke Wisma Bisnis Indonesia (WBI) di Jalan Letjen S. Parman Kav. 12A Slipi, Jakarta Barat, pada akhir 1990. Namun kemacetan luar biasa di lokasi tersebut dan perhitungan bisnis di masa depan membuat koran ini kembali pindah ke wilayah Segitiga Emas Sudirman.
Mulai 1 Januari 2005 kegiatan operasional Bisnis Indonesia berpusat di Wisma Bisnis Indonesia (WBI) lantai 5-8, Jalan KH Mas Mansyur No. 12A, Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Saat ini, Bisnis Indonesia memiliki kantor perwakilan di sejumlah kota di Indonesia yakni di Medan, Pekanbaru, Batam, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.
Sebagai lembaga pemberitaan, Bisnis Indonesia juga menjadi pemasok tetap beberapa lembaga pemberitaan internasional seperti NewsNet Asia (yang menerjemahkan berita Bisnis ke dalam bahasa Jepang, Factiva (usaha patungan Dow Jones dan Reuters), dan ISI Emerging Markets (dari kelompok usaha Euromoney Institutional Investor Group Co.), Xinhua (kantor berita China), dan Bloomberg (kantor berita berbasis di New York, AS).
Anak penerbitan
Pada 1992, koran ini melahirkan majalah berita ekonomi (MBE) berbahasa Inggris, Indonesia Business Weekly (IBW) yang kemudian ditutup.
Pada 19 September 1997, di bawah payung PT Aksara Solopos, lahir Harian Umum Solopos yang hanya dalam tempo satu tahun bisa mencapai titik impas. Pada ulang tahunnya yang kedelapan, Solopos yang berkantor di Griya Solopos, Jl. Adisucipto 190 Solo 57145, itu sudah menjadi kelompok usaha tersendiri dengan membawahi unit usaha percetakan koran PT Solo Grafika Utama, Radio Solopos FM, dan Tabloid Olah Raga Arena.
Tiga tahun berikutnya, tepatnya pada 17 April 2000, melalui PT Aksara Warta Mandarin, lahir harian berbahasa Mandarin Indonesia Shang Bao. Namun, karena satu dan lain hal, terutama masalah teknis, dua tahun kemudian sebagian besar kepemilikan saham ini beralih ke mitra usaha Sjamsul Nursalim dari kelompok Gajah Tunggal.
Tak lama berselang, Bisnis Indonesia kembali melahirkan koran komunitas Monitor Depok yang kini menjadi kebanggaan warga Depok dan sekitarnya, Tabloid Tren Digital yang mengupas seluk-beluk peranti digital, dengan penonjolan topik bahasan telepon seluler, serta Tabloid Bisnis Uang yang merupakan panduan bagi individu maupun keluarga dalam perencanaan keuangan.
Pada 20 Mei 2009, Bisnis Indonesia meluncurkan lagi koran baru Harian Jogja yang tampil dengan format, corak, maupun pendekatan yang sama sekali baru, untuk melayani kebutuhan informasi warga di wilayah daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Ciri pokok yang melandasi koran baru, yang oleh warga DIY lebih dikenal sebagai Harjo itu adalah pada perwajahan yang segar dan ceria serta modern. Sedangkan dari sisi konten juga lebih menonjolkan ciri jurnalisme partisipatif konstruktif, bukan sekadar memberitakan content, melainkan dengan context. Dengan demikian, warga Jogja, yang dalam waktu relatif singkat cukup mengenalnya itu, memperoleh wawasan baru, pemahaman baru atas sebuah informasi publik yang sedang terjadi. Warga DIY dan sekitarnya memberi nama panggilan akrab Pakdhe Harjo, tapi ada pula yang memanggil Mbah Harjo, Kang Harjo, dan banyak lagi atribusi yang pada intinya menyatakan keakraban mereka kepada koran bersemboyan: Berbudaya. Membangun Kemandirian itu.
Perubahan tampilan
Sejak 14 Agustus 2002, ada yang berubah dari penampilan harian ini. Jumlah halaman diperbanyak, diterbitkan menjadi tiga bagian/seksi.
Seksi pertama berisi masalah makro ekonomi, perdagangan, jasa, dan bisnis menengah-kecil. Seksi kedua mengulas seputar pergerakan pasar modal, bisnis keuangan, dan perdagangan komoditas. Sementara bagian ketiga membahas perkembangan bisnis teknologi informasi, manufaktur, agribisnis, dan berbagai informasi bisnis dari sektor riil.
Tampilan ini kembali berubah pada 1 Agustus 2005. Selain format koran makin compact, dicantumkan pula nama reporter penulis berita beserta alamat email si penulis berita. Pencantuman identitas secara lebih gamblang ini menandai semangat keterbukaan di kalangan pelaku pers di negeri ini. Bahkan, pencatuman e-mail ini merupakan yang pertama di Indonesia. Terobosan ini menyebabkan interaksi antara penulis berita dan pembaca semakin meningkat.
Profil pembaca Bisnis Indonesia
- 92,4% Pelanggan
- 78,7% Berjenis kelamin pria
- 79,4% Dalam usia produktif (25-44 tahun)
- 67,5% Berpendidikan tinggi (54% berpendidikan Sarjana dan 13,5% Pasca Sarjana)
- 51,9% Kalangan pengambil keputusan
- 78,0% Bekerja di perusahaan swasta dan ritel
Sumber: Nielsen Media Research.
Edisi elektronik
Bisnis Indonesia juga dapat diakses secara online di www.bisnis.com dengan layanan format digital edisi cetak serta breaking news. Selain itu, bagi pembaca setia Bisnis yang sedang menempuh perjalanan ke berbagai kota besar seluruh dunia, harian ini juga dapat diperoleh di Satellite Newspaper Kiosk yang dapat dijumpai di bandara maupun hotel-hotel ternama.
Situs www.bisnis.com diluncurkan pertama kali pada September 1996 dengan hanya menyajikan format digital dari cetak Harian Bisnis Indonesia. Kala itu, layanan tersebut semata-mata untuk melayani para pelanggan Bisnis yang berada di luar jangkauan edisi cetak, termasuk mereka yang berada di seluruh planet Bumi ini. Selain itu, situs tersebut juga disertai beberapa fitur yang tidak ditemukan dalam edisi cetak, misalnya pusat akses data yang ketika itu diberi nama Pusat Informasi Bisnis Indonesia (PIBI) yang kini bernama Pusata Data dan Analisa Bisnis (PDAB). Seiring dengan kian berkembangnya lingkup pekerjaan Divisi PDAB, maka dibentuklah subinduk Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) yang selain memayungi PDAB juga membawahi unit riset dan Pustaka Bisnis Indonesia.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi