Batik Jombang

Revisi sejak 19 Desember 2011 14.12 oleh Willy2000 (bicara | kontrib) (←Membatalkan revisi 5040218 oleh 180.245.154.122 (Bicara))

Batik adalah salah satu hasil kerajinan tangan yang berasal dari Indonesia. Hal ini juga penulis tulis dalam Tesis. Batik adalah kerajinan tangan dari Indonesia yang pada umumnya berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Madura, Tuban dan lain-lain. Sedangkan batik Jombang baru berkembang pada tahun 2000-an. Jombang adalah salah satu nama daerah Tingkat II (Kabupaten/sub province/DO) yang berada di Propinsi Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia.

Sejarah batik Jombang telah ditulis oleh Ibu Hajah Maniati, pemilik kedai batik “Sekar Jati Star”. Pada tanggal 17 Juni 2007, penulis berkunjung ke rumah beliau dan beliau menceritakan tentang sejarah dan proses batik Jombang. Beliau mengatakan bahawa batik merupakan salah satu bagian dari budaya yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa, di mana batik sangat memerlukan ketrampilan, keahlian, kreatifitas, keuletan, kesabaran dan wawasan yang luas serta apresiasi yang tinggi sehingga batik mempunyai nilai seni yang tinggi pula dan berharga mahal.

Berdasarkan penjelasan tersebut saya (Hj. Maniati) mempunyai keinginan dan tekat yang besar untuk mulai belajar membatik, kerana masa saya muda dulu lagi dan sedang Sekolah Rakyat Perempuan (Darjah Rendah) pada tahun 1944, di mana uniform/pakaian sekolah masih memakai sarong dan kebaya batik (zaman penjajah Belanda). Pada masa itu di desa (kampung) Candi Mulyo kota Jombang banyak ibu-ibu dan remaja yang mempunyai ketrampilan/skill dan tekun membatik. Batik yang dihasilkan pada masa itu diberi nama Batik Pacinan bermotif kawung dengan warna merah bata dan hijau daun.

Sejarah

Pada masa penjajahan Jepang, batik di Jombang mulai menghilang sendiri. Hal ini dikarenakan oleh susahnya untuk mendapatkan bahan baku dan berkurangnya pembatik. Pada tahun 1993 Hj. Maniati bersama putrinya mempunyai gagasan dan keinginan untuk membangkitkan dan melestarikan kembali tradisi membatik di kota Jombang. Untuk mewujudkan keinginan dan gagasan tersebut, mereka bersilaturahmi ke kerabat yang lulus dari IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau maktab keguruan) bidang pengkhususan kerajinan tangan. Mereka mengajukan permohonan ke Kepala Desa (Kepala Kampung) untuk minta izin mengumpulkan ibu-ibu PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) dan remaja guna membicarakan pelatihan (workshop) membatik dan Kepala Desa menyetujuinya.

Dari proses tersebut di atas maka Ibu Hj. Maniati, Ibu-ibu PKK dan para remaja memulai belajar membatik dengan jenis batik jumput (batik ikat) dan hasilnya cukup menggembirakan, sehingga semangat untuk membatik cukup tinggi.

Pada tahun 2000 Ibu Hj. Maniati dipanggil oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Jombang untuk membicarakan pelatihan/kursus/workshop. Pada 8-10 Februari 2000 Ibu Hj. Maniati beserta putrinya mengikuti kursus Batik Tulis Warna Alami di Surabaya yang dilaksanakan oleh “Dinas Perindustrian Propinsi Daerah Tingkat I” Jawa Timur. Dari hasil kursus ini Ibu Hj. Maniati beserta putrinya dan ibu-ibu PKK semakin rajin membatik. Pada bulan Desember 2000 Ibu Hj. Maniati meresmikan usaha batik dengan nama “Sekar Jati Star” di desa Jatipelem. Pada waktu yang sama Bapak Bupati (ketua daerah/DO) memutuskan untuk mengadakan kursus membatik di desa Jatipelem dengan peserta dari perwakilan wilayah kecamatan (mukim) se-kabupaten Jombang. Pada 16 Desember 2004, Ibu Hj. Maniati mendapat izin usaha tetap dari pemerintah dengan nama “Batik Tulis Sekar Jati Star” dengan nombor SIUP: 00423/13-19/SIUP-K/IX/2004. Selain Ibu Hj. Maniati batik Jombang juga dikembangkan oleh Ibu Kusmiati Slamet. Dengan modal awal Rp 2 juta, tahun 2002 mulailah Ibu Kusmiati Slamet dari Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang mengambil tenaga kerja dari para tetangganya sendiri untuk membuat berbagai model dan motif batik dengan khas paten relief Candi Rimbi. Awalnya, prakarsa ini muncul atas dorongan tetangga yang ingin mencari kesibukan dengan belajar membuat batik dengan motif khas Kerajaan Majapahit. Alasannya, karena Jombang dulunya merupakan daerah pecahan Mojokerto, nenek moyangnya sama-sama berasal dari Majapahit.

Untuk mengembangkan batik Jombang, Pemerintah Jombang mengadakan workshop batik di Jombang. Berkat bantuan dari pemerintah dan didorong dengan semangat besar, batik Ibu Kusmiati Slamet menjadi berkembang dan terkenal tidak hanya di kalangan pemerintahan namun telah berkembang ke luar negeri.

Motif

 
Motif batik Jombang “merah”

Pada awalnya motif batik Jombang menggunakan motif alam sekitar, yaitu dengan motif bunga melati, tebu, cengkeh, pohon jati dan lain sebagainya. Setiap motif yang diciptakan biasanya diberi nama, seperti cindenenan, peksi/burung hudroso, peksi manya dan turonggo seto (kuda putih). Kemudian Ibu Hj. Maniati bersama Ibu Bupati kabupaten Jombang (isteri Bupati/DO), bersepakat/setuju bahawa “Motif Batik Tulis Khas Jombang” diambil dari salah satu relief Candi Arimbi yang terletak di desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi Arimbi merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit.

 
Motif batik Jombang “hijau”

Pada penghujung tahun 2005, penulis bertemu dengan Bapak Bupati Jombang untuk membicarakan motif batik khas Jombang. Dimana motif batik ini akan digunakan sebagai seragam para pegawai kabupaten Jombang. Ketika itu Bapak Bupati menunjukkan dua buah baju batik dengan motif relief Candi Arimbi. Baju tersebut bermotif batik warna merah dan yang satu lagi bermotif batik warna hijau. Untuk seragam pegawai di Jombang lebih baik menggunakan baju batik yang motifnya berwarna merah dan Bapak Bupati menyetujuinya.

 
Motif batik Jombang lainnya

Penjelasan tentang batik Jombang dijelaskan juga oleh Ibu Kusmiati Slamet bahwa motif batik Jombang menggunakan motif dengan khas paten relief Candi Rimbi, yaitu model candi yang melambangkan pintu gerbang masuk Kerajaan Majapahit. Sedang motif yang dikembangkan berupa motif tawang dan kaning dengan warna dasar yang menekankan pada kehijauan dan kemerahan yang melambangkan kota Jombang (ijo abang (hijau merah)).

Proses Batik

Proses batik Jombang secara umum masa dengan proses batik di daerah-daerah lain di Indonesia. Proses batik Jombang di antaranya adalah menggunakan teknik batik tulis batik skrin/printing, dan batik ikat. Kain yang digunakan juga beragam, seperti kain katun, ATBM, sutra, primisima.

Pemasaran

Saat ini untuk memenuhi permintaan pasar, Ibu Hj. Maniati menjual batik dalam bentuk kemeja pria (baju lengan panjang untuk lelaki). Untuk kemeja batik berbahan standar dijual Rp 150,000.00, sedangkan untuk bahan sutra Rp 300,000.00. Selain itu beliau juga melayani pesanan dan yang pesan boleh membawa contoh. Untuk melayani hal tersebut Ibu Hj. Maniati mempunyai 27 orang tenaga kerja. Untuk mengembangkan batik Jombang, berbagai usaha dilakukan oleh Ibu Hj. Maniati. Mulai dari mendirikan kedai sampai ke koperasi.

Berebeda dengan pemasaran Ibu Hj. Maniati, Ibu Kusmiati Slamet melakukan pekerjaan dilakukan dengan sistem borongan sesuai keperluan yang diinginkan. Jika pesanan ramai, dalam sehari bisa melibatkan 20 tenaga kerja dengan hasil batikan antara 35 sampai 40 lembar kain. Upahnya pun bervariasi, untuk mewarna biasa diberi upah Rp 12.000,00 setiap yard, sedangkan untuk kegiatan nyanting, upahnya Rp 5.000,00 setiap yard.

Lalu munculah inisiatif untuk memberi label/brand pada batik Ibu Kusmiati. Melalui kesepakatan dengan pihak keluarga, akhirnya batik Kusmiati diberi merk “Litabena”. Litabena diambil dari sebagian dari nama keempat anaknya yang sudah besar. Li dari nama Lilik, Ta dari nama Rita, Be dari nama Benny, dan Na dari nama Nanang. Ibu Kusmiati Slamet berharap dengan nama itu usaha batiknya dapat berkembang menjadi besar. Pada saat ini produk batik Litabena telah beredar sampai ke Jakarta, Kalimantan, Palembang dan Lampung.

Fungsi Batik Jombang

Seperti guna kain batik pada umumnya, batik Jombang juga digunakan untuk pakaian harian, terutama untuk baju atau pakaian-pakaian resmi. Namun demikian, setakat ini kain batik di Jombang termasuk kain yang mempunyai nilai harga yang mahal terutama di wilayah Jombang, sehingga kain batik kurang digunakan pakaian-pakaian untuk kerja kasar ataupun pakaian tidur. Secara khusus batik Jombang digunakan untuk seragam para pegawai di Jombang setiap hari Jumat ataupun Sabtu. Mulai 2006/2007 digunakan juga untuk para pelajar diseluruh wilayah Jombang, pada hari Rabu dan Kamis.

Referensi