Institut Studi Arus Informasi
Institut Studi Arus Informasi disingkat ISAI, adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. ISAI memiliki kepedulian utama pada kebebasan berekspresi, kebebasan pers dan kebebasan berpikir. Organisasi di bidang media ini didirikan oleh beberapa tokoh senior media, ilmuwan, wartawan-wartawan muda yang sangat prihatin terhadap kondisi sosial-politik Indonesia, terutama kondisi kebebasan pers pada masa kediktatoran pemerintah Soeharto. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Goenawan Mohamad, Aristides Katoppo, Zulkifli Loebis, Fikri Joefri, Mochtar Pabottingo, Ashadi Siregar, Mohammad Sunjaya, serta sederetan jurnalis muda yang melakukan perlawanan terhadap organisasi wartawan yang direstui pemerintah, PWI, seperti Toriq Hadad, Stanley, Bina Bektiati dan Andreas Harsono.
Sejak lahirnya pada akhir tahun 1994, ISAI aktif dalam beberapa kegiatan strategis seperti penerbitan buku alternatif, pengorganisasian diskusi-diskusi politik di berbagai kota yang menyangkut isu kebebasan pers dan berekspresi, riset media, penyelenggaraan pelatihan jurnalistik untuk media kampus dan Ornop pro-demokrasi, penyelenggaraan ISAI Award sebuah kompetisi jurnalistik bagi media cetak kampus dan Ornop. Kegiatan lain yang signifikan adalah penerbitan media alternatif yang memanfaatkan jaringan internet sebagai upaya counter-hegemony berita-berita yang dimuat di media mainstream saat itu yang menyuarakan kepentingan penguasa.
Adanya kebebasan pers sebagai hasil kongkret Reformasi 1998, serta menyadari pentingnya radio yang selama lebih dari 30 tahun berada di bawah kontrol penguasa Orde Baru, ISAI membangun sebuah unit kerja baru di bidang penyiaran berita radio. KBR-68H (Kantor Berita Radio 68H), yang sampai artikel ini ditulis sudah memiliki anggota jaringan lebih dari 400 stasiun radio swasta di seluruh Indonesia, menyelenggarakan pertukaran berita radio. Dengan didirikannya KBR-68H ini, ISAI berharap tidak ada lagi ketimpangan informasi antara daerah satu dengan daerah yang lain di masa depan. KBR-68 kini memisahkan diri dari ISAI sebagai entitas legal yang bersifat komersial.
Munculnya gejala komunalisme yang kemudian berkedok sebagai kegiatan keagamaan telah mengancam kehidupan berdemokrasi khususnya kebebasan pers, kebebasan berekspresi dan toleransi beragama. Gejala ini mendorong ISAI membentuk unit kerja baru (yang kemudian memisahkan diri dari ISAI karena luasnya kegiatan), yakni Jaringan Islam Liberal.
Rendahnya kualitas jurnalis penyiaran Indonesia, yang umumnya diambil dari para jurnalis cetak, terutama setelah adanya booming stasiun radio dan televisi baru, mendorong ISAI untuk mendirikan sebuah sekolah di bidang media penyiaran. Atas bantuan finansial Uni Eropa dan bantuan administratif BAPPENAS dan UNDP serta bantuan teknis dari BBC London, pada awal 2006 didirikanlah School for Broadcast Media (SBM). Sekolah yang memiliki fasilitas pelatihan sangat modern ini, telah menghasilkan 361 pekerja media penyiaran, baik jurnalis radio, jurnalis televisi, juru-kamera dan editor video.