Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten di provinsi Riau, Indonesia.Kabupaten Kampar beribukota di Bangkinang
Kabupaten Kampar | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Negeri Serambi Mekah | |
Koordinat: 0°18′49″N 101°01′07″E / 0.3136°N 101.0185°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Ibu kota | Bangkinang |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. Burhanuddin Husin, MM. |
Luas | |
• Total | 27.908,32 km2 (1,077,546 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 750.000 |
• Kepadatan | 0,27/km2 (0,70/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 762 |
Kode Kemendagri | 14.01 |
DAU | Rp. 440.702.230.500,- |
Situs web | kamparkab.go.id |
Geografi
Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 1.128.928 Ha merupakan daerah yang terletak antara 01000’40” Lintang Utara sampai 00027’00” Lintang Selatan dan 100028’30” – 101014’30” Bujur Timur. Batas-batas daerah Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut :
Batas wilayah
Kabupaten Kampar berbatasan dengan kabupaten-kabupaten lain, sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Siak |
Timur | Kota Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan |
Selatan | Kabupaten Kuantan Singingi |
Barat | Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Lima Puluh Kota (Provinsi Sumatera Barat) |
Di daerah Kabupaten Kampar terdapat dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil yaitu : pertama, Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dengan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kedua, yaitu Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).
Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis. Temperatur minimum terjadi pada bulan November Dan Desember yaitu sebesar 210C. Temperatur maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 350C. Jumlah hari hujan dalam tahun 2009, yang terbanyak adalah disekitar Bangkinang Seberang dan Kampar Kiri
Kecamatan
Saat ini (tahun 2006), Kabupaten Kampar memiliki 21 kecamatan, sebagai hasil pemekaran dari 12 kecamatan sebelumnya. Kedua puluh satu kecamatan tersebut (beserta ibu kota kecamatan) adalah:
- Bangkinang (ibu kota: Bangkinang).
- Bangkinang Barat (ibu kota: Kuok).
- Bangkinang Seberang (ibu kota: Muara Uwai).
- Gunung Sahilan (ibu kota: Kebun Durian).
- Kampar (ibu kota: Air Tiris).
- Kampar Kiri (ibu kota: Lipat Kain).
- Kampar Kiri Hilir (ibu kota: Sei.Pagar).
- Kampar Kiri Hulu (ibu kota: Gema).
- Kampar Timur (ibu kota: Kampar).
- Kampar Utara (ibu kota: Desa Sawah).
- Perhentian Raja (ibu kota: Pantai Raja).
- Rumbio Jaya (ibu kota: Teratak).
- Salo (ibu kota: Salo).
- Siak Hulu (ibu kota: Pangkalanbaru).
- Tambang (ibu kota: Sei.Pinang).
- Tapung (ibu kota: Petapahan).
- Tapung Hilir (ibu kota: Pantai Cermin).
- Tapung Hulu (ibu kota: Sinama Nenek).
- XIII Koto Kampar (ibu kota: Batu Besurat).
- Kampar Kiri Tengah (ibu kota: Simalinyang).
- Koto Kampar Hulu (ibukota: Tanjung)
Pemerintahan
Kabupaten Kampar terbentuk sejak tahun 1956 berdasarkan UU N0 12 tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang. Pada awalnya Kabupaten Kampar terdiri dari 19 kecamatan dengan dua Pembantu Bupati sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor : KPTS. 318VII1987 tanggal 17 Juli 1987. Pembantu Bupati Wilayah I berkedudukan di Pasir Pangarayan dan Pembantu Bupati Wilayah II di Pangkalan Kerinci. Pembantu Bupati Wilayah I mengkoordinir wilayah Kecamatan Rambah, Tandun, Rokan IV Koto, Kunto Darussalam, Kepenuhan, dan Tambusai. Pembantu Bupati Wilayah II mengkoordinir wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar. Sedangkan kecamatan lainnya yang tidak termasuk wilayah pembantu Bupati wilayah I & II berada langsung di bawah koordinator Kabupaten.
Bupati Kampar saat ini adalah Burhanuddin Husin. Pada pemilu yang dilaksanakan pada Oktober 2006, Burhanuddin Husin terpilih sebagai bupati baru untuk periode 2006-2011. Burhanuddin menggantikan Jefri Noer, bupati yang sempat menggemparkan peta politik nasional dengan skandal pengusiran seorang kepala sekolah pada sebuah rapat dengar pendapat di DPRD Kampar. Jauh sebelum reformasi, Kampar selalu dipimpin oleh bupati yang berlatar belakang militer dengan mengabaikan latar belakang sosio-kultural semisal putera daerah. Namun dengan digulirkannnya otonomi daerah, kini Kampar memiliki pemimpin dari daerahnya sendiri.
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kampar tahun 2009 tercatat 679,285 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki 351,793 jiwa (52.49 persen) dan wanita 327,492 jiwa (47,51 persen). Ratio jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) adalah 109. Penduduk Kampar asli adalah bersuku Minang yang kerap menyebut diri mereka sebagai Oughang Kampar. Mereka tersebar di sebagian besar wilayah Kampar. Secara sejarah, etnis, adat istiadat, dan budaya mereka sangat dekat dengan adat Minangkabau di Sumatera Barat, khususnya di daerah Lima Puluh Koto. Hal ini terjadi karena wilayah Kampar baru terpisah dari Ranah Minang sejak masa penjajahan Jepang di tahun 1942. Menurut H.Takahashi dalam bukunya Japan and Eastern Asia, 1953, Pemerintahan Militer Kaigun di Sumatera memasukkan Kampar ke dalam wilayah Riau Shio sebagai bagian dari strategi pertahanan teritorial militer di pantai Timur Sumatera.
Selanjutnya sedikit etnis Melayu yang pada umumnya bermukim di sekitar perbatasan Timur yang berbatasan dengan Siak dan Pelalawan. Umumnya berasal dari keturunan pendatang dari sekitar Siak dan Pelalawan. Diikuti oleh pendatang etnis Jawa yang sebagian telah menetap di Kampar sejak masa penjajahan dan masa kemerdekaan melalui program transmigrasi nasional. Mereka tersebar di seluruh wilayah Kampar, terutama di sentra-sentra pemukiman transmigrasi. Selain itu dalam jumlah yang signifikan para pendatang bersuku Minangkabau lainnya asal Sumatera Barat yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha. Didapati pula penduduk perantau beretnis Batak asal Sumatera Utara dalam jumlah yang cukup besar, dan etnis-etnis lainnya dari berbagai wilayah Indonesia dalam jumlah yang relatif kecil. Pada umumnya bekerja sebagai buruh di sektor-sektor perkebunan dan jasa lainnya.
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/Km2, diikuti oleh Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/Km2. Selain itu lima kecamatan yang agak padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Bangkinang Barat, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing –masing 216 jiwa/Km2, 191 jiwa/Km2, 158 jiwa/Km2, 154 dan 131 jiwa/Km2. Sedangkan dua kecamatan yang relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan 9 jiwa/Km2 dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 jiwa/Km2.2
Sebagian besar penduduk (67.22%) bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hanya sebagian kecil (0.22%) yang bekerja di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, disamping pemerintahan. Sebagai salah satu daerah terluas di Provinsi Riau, Kabupaten Kampar secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur seperti jaringan jalan raya (1.856,56 km), jaringan listrik (72,082 KWH) dengan 5 unit pembangkit tenaga diesel Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Koto Panjang yang memproduksi energi dengan kapasitas tersambung sebesar 114,240 KWH. Fasilitas lain yang juga telah tersedia antara lain layanan telekomunikasi (telepon kabel, telepon selular, dan jaringan internet) dan jaringan air bersih dengan kapasitas produksi sebesar 1,532,284 m³.
Penduduk Kabupaten Kampar mayoritas beragama Islam, diikuti oleh Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Jumlah pemeluk agama yang paling banyak adalah pemeluk agama Islam yang jumlahnya hampir 90% dari total pemeluk agama di seluruh wilayah Kabupaten Kampar, selanjutnya pemeluk agama Kristen yang terbanyak kedua sebanyak 63.557 orang atau 8,6%. Pemeluk agama Islam yang terbanyak berada di Kecamatan Siak Hulu yaitu sebanyak 63.511 orang. Meski pada umumnya semua Kecamatan di Kabupaten Kampar adalah mayoritas beragama Islam.
Potensi
Kabupaten Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat dimanfaatkan, terutama di bidang pertanian dan perikanan darat.
Pertanian
Bidang pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok buat lahan yang ada di Kabupaten kampar.
Perkebunan
Khusus perkebunan perkebunan sawit untuk saat ini Kabupaten Kampar mempunyai luas lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi crude palm oil (CPO) sebanyak 966 ribu ton.
Perikanan
Di bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui keramba (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai kampar, ini terlihat banyaknya keramba yang berjejer rapi di sepanjang sungai kampardan adanya kerjasama antara Pemda Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi Rp. 30 miliar yang mana kedepannya Kampar akan menjadi sentra ikan patin dengan produksi 220 ton per hari.
Pariwisata
Di segi pariwisata Kabupaten Kampar juga tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya, seperti Candi Muara Takus yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya, namun untuk saat ini Pemda Kampar belum memaksimalkan pengelolaannya menjadi tujuan wisatawan, mandi "balimau bakasai" tradisi ini adalah mandi membersihkan diri di Sungai Kampar untuk menyambut bulan suci Ramadhan. "Ma'awuo ikan" ini adalah menangkap ikan secara bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali, ini berada di danau Bokuok (Kecamatan Tambang) dan Sungai Subayang di Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri Hulu).
Di samping julukan BUMI SARIMADU Kabupaten Kampar juga terkenal dengan julukan SERAMBI MEKKAH di provinsi Riau, ini disebabkan masyarakatnya yang sebagian besar beragama Islam (etnis ocu), demikian juga dengan pakaian yang sehari-hari yang dipakai bernuansa muslim.
Kabupaten Kampar juga memiliki sosok pejuang di zaman kolonial Jepang yang terkenal yakni Datuk Tabano dan Datuk Panglima Khatib.
Kebudayaan
Kampar sangat identik dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari Pagaruyung. Limo Koto terdiri dari Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan yang masih dilestarikan hingga kini. Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan konsep Minang khususnya di Lima Puluh Koto. Bahasa sehari-hari warga Limo Koto, adalah Bahasa Ocu salah satu varian dialek dari bahasa Minang, mirip dengan bahasa di Lima Puluh Koto. Bahasa ini berlainan aksen dengan Bahasa Minangkabau yang dipakai oleh masyarakat Agam, Solok, Pariaman, dan Padang. Di samping itu, Kampar Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional, yaitu Calempong dan Oguong.
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi