Mohammad Husni Thamrin

pahlawan nasional Indonesia
Revisi sejak 21 Juni 2012 09.46 oleh Ennio morricone (bicara | kontrib) (kotak info)

Mohammad Husni Thamrin (16 Februari 1894 – 11 Januari 1941) adalah seorang politisi era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia. Ayahnya adalah seorang Belanda dengan ibu orang Betawi. Sejak kecil ia dirawat oleh pamannya dari pihak ibu karena ayahnya meninggal, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda.[1]

Mohammad Husni Thamrin
Berkas:Mh thamrin.jpg
Potret Mohammad Husni Thamrin
Lahir16 Februari 1894
Belanda Weltevreden, Batavia, Hindia Belanda
Meninggal11 Januari 1941(1941-01-11) (umur 46)
Belanda Senen, Batavia, Hindia Belanda
Sebab meninggalTidak diketahui
MakamTPU Karet Bivak, Jakarta
KebangsaanBelanda Hindia Belanda
PekerjaanPolitisi
Tahun aktif1919 – 1940
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok Inlanders ("pribumi"). Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra. Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (sekarang Jakarta).

Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.[2]

Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("Proyek MHT") pada tahun 1970-an .

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Glissenaar, F. DD: Het leven van E.F.E. Douwes Dekker. p. 153.
  2. ^ Anwar, R. Tjarda dibebaskan. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.

Pranala luar