Gereja Santo Petrus, Lubuk Baja

gereja di Indonesia

Paroki Santo Petrus Lubukbaja adalah paroki pertama di Pulau Batam yang berada di Jl. Anggrek Blok II, Lubukbaja, Batam, diresmikan menjadi paroki tahun 1990. Pada awalnya paroki ini menaungi seluruh gereja katolik yang ada di kepulauan batam, sampai ke pulau Rempang, pulau Galang, serta pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau Batam.

Gereja Santo Petrus, Lubuk Baja
LokasiJl. Anggrek Blok II, Lubukbaja Batam Blok 2
Sejarah
Didirikan1990
DedikasiSanto Petrus
Administrasi
KeuskupanKeuskupan Pangkal Pinang
Catatan Pendirian: Paroki pertama di Pulau Batam

Sejarah

Awal Gereja Katolik di Batam

Sejarah gereja Katolik di Batam di mulai dari para perantau dari Flores yang tiba di pulau Batam pada tahun 1956 - 1959. Mengikuti kebiasaan dari daerah asal, beberapa umat katolik ini mulai mengadakan doa bersama, sehingga akhirnya mereka membangun sebuah kapela yang sangat sederhana yang diberi nama Kapela Santa Maria. Kapela ini selesai dibangun pada tahun 1961 di daerah Batu Ampar”, di sebuah pinggiran pantai Pulau Batam yang menghadap Singapura.

Kunjungan pastur

Pada tahun 1963, Pastor Rudolf Reicenbach, SS.CC, Pastor Paroki Tanjung Pinang, yang akrab dipanggil Pastor Rolf, untuk pertama kalinya mengunjungi dan mengadakan Misa Kudus di kapela Santa Maria ini. Inilah misa kudus pertama diadaka di pulau Batam.

Kapela digusur

Tahun 1969 perusahaan-perusahaan asing mulai masuk Batam. Karena lahan yang digunakan untuk membangun kapela Santa Maria ini tidak berijin, akhirnya kapela di gusur untu dijadikan bangunan. Sejak tahun 1969, umat katolik di Batam tidak mempunyai tempat ibadah, sampai datang bantuan dari bapak Haji R. Muhammad yang mengijinkan kapela dibangun di kebun miliknya, tepatnya di samping Masjid Raya Sei Jodoh. Tahun 1974, mulailah dibangun kapela Santa Maria Sei Jodoh di lokasi ini. Kapela ini makin berkembang dengan ditambah bangunan kamar untuk menginap pastur yang berkunjung dan tempat tinggal katekis.

Kapela St. Maria Dipindahkan ke Bukit Baloi

Pada tahun 1983 Otorita Batam mengembangkan kawasan Sei Jodoh menjadi pusat perdagangan, perhotelan dan pertokoan. Maka pemukiman masyarakat di kawasan Sei Jodoh dipindahkan ke Seraya, Pelita, Baloi Indah, Baloi Centre serta Blok II sampai dengan Blok IV. Kapela St. Maria Sei Jodoh pun harus dipindahkan lagi. Pada tahun 1983 panitia pemindahan gereja menerima lahan dari Otorita Batam, yaitu ”Bukit Baloi”. Di lokasi inilah sampai sekarang berdiri bangunan gereja Katolik Lubuk Baja.

Berakhir Menjadi Gereja Santo Petrus

Bukit Baloi, lokasi baru yang diberikan oleh Otorita untuk bangunan gereja, ternyata penuh dengan bebatuan. Umat Katolik harus bekerja keras dengan bergotong royong meratakan tanah, memecahkan batu-batuannya dan akhirnya berdirilah bangunan gereja permanen. Bangunan permanen ini kemudian diberi nama ”Gereja Santo Petrus”. Nama yang sesuai mengingat letaknya yang di atas lokasi berbatu. Petrus berarti batu karang (Mat 16:18). Akhirnya pada tahun 1990, gereja Santo Petrus diresmikan menjadi Paroki pertama di pulan Batam.

Pemekaran

Seiring dengan pembangunan pulau batam menjadi pulau industri, perkembangan umat katolik di pulau batam juga berkembang dengan sangat pesat, sehingga pada tahun 1995, Paroki Santo Petrus Lubukbaja dipecah menjadi dua, dengan terbentuknya Paroki Beato Damian.[1] yang meliputi 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bengkong, Kecamatan Nongsa dan Kecamatan Batam Centre serta Pulau Todak.

Referensi

  1. ^ "WEB resmi Paroki Santo Damian". Diakses tanggal 2012-05-22.