Foto, Kotak Jendela

film Indonesia tahun 2006 oleh Angga Dwimas Sasongko

Foto Kotak dan Jendela adalah film drama Indonesia yang diproduksi pada tahun 2006. Film yang disutradari oleh Angga Dwimas Sasongko ini dibintangi antara lain oleh Vino G. Bastian, Christian Sugiono dan Noveleta Dinar.

Foto Kotak dan Jendela
Poster Film Foto Kotak dan Jendela
SutradaraAngga Dwimas Sasongko
ProduserSalman Aristo
Angga Dwimas Sasongko
Ditulis olehGinatri S Noer
PemeranVino G. Bastian
Christian Sugiono
Noveleta Dinar
Penata musikAdhika Satya Winasis
SinematograferAmsal Fadli
PenyuntingRamantyo Wicaksono
Tanggal rilis
2006
Durasi.. menit
NegaraIndonesia

Templat:Spoiler

Sinopsis

Tiga sahabat - Laras (Noveleta Dinar), Reno (Vino G. Bastian) dan Dimas (Christian Sugiono) - sadar bahwa mereka masih hidup dengan bayang - bayang masa lalu. Mereka masih menyimpan barang-barang pemberian mantan-mantan pacar mereka, dan dalam waktu dekat, mereka masih belum mampu membuang peninggalan-peninggalan itu.


Foto, Kotak dan Jendela (FKJ) adalah sebuh film sidestream. film yang dibuat untuk distribusi non-komersial, dengan kata lain film ini tidak di distribusikan melalui gedung-gedung bioskop yang ada. FKJ sudah pernah diputar di beberapa festival film berskala internasional yang pernah diadakan di Indonesia, seperti: Jakarta International Film Festival dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival. saat itu respon dari penonton sangat bagus. Gaya tutur yang sederhana namun digarap dengan pendekatan realistik yang tinggi, seperti akting, artistik dan penulisan skenario. Film ini dihantar dengan pace yang cukup lambat tanpa emosi berlebihan dan nyaris tanpa konflik. Sebuah pendekatan filmmaking yang mungkin kita pikir tidak audience-friendly. Namun nyatanya apresiasi yang didapat ketika pemutaran di festival-festival tersebut dan beberapa kampus seperti Universitas Indonesia dan universitas Pelita Harapan sangat positif. seakan-akan tema yang diangkat oleh film ini begitu 'bunyi' dikalangan anak-anak muda. Dialog-dialog sederhana dengan pola akting yang implisif ternyata malah mampu menghadirkan senyum dan tawa penonton. Gaya tutur ini ternyata malah membuat penonton menjadi begitu dekat dengan mereka. mungkin ini yang menjadi semangat film ini. Langsung hadir menjadi bagian dari penonton, tanpa perlu waktu mengidentifikasi dan membuka diri.

Pranala Luar