Bubi Chen

Musisi jazz Indonesia
Revisi sejak 12 Juli 2005 05.48 oleh *drew (bicara | kontrib) ({{rapikan}})


Nama : BUBY CHEN

Lahir : Surabaya, 9 Februari 1938

Agama : Protestan

Pendidikan : -SD & SMP di Surabaya -SMA St. Louis di Surabaya -Kursus piano dengan Di Lucia -Kursus Piano dengan Yosef Bodmer (8 tahun) -Kursus Tertulis dari Wesco School of Music di New York, AS (1955-1957)

Karir : -Karyawan RRI Jakarta (1955) -Ikut Festival Jazz di Berlin (1967) -Dosen di YMI & Yasmi Surabaya -Mengadakan pergelaran jazz di TIM -Guru Privat Piano -Ketua Yayasan Musik Victor Indonesia di Surabaya -Musikus Jazz (sekarang) Anggota Circle Band -Pemimpin Indonesian All Stars Band


Untuk menjadi pemusik jazz, Buby Chen harus mulai dengan sebuah pemberontakan, ketika usianya baru 13 tahun. Suatu sore, pada 1951, ia kepergok oleh guru musiknya, Jozef Bodmer (berkebangsaan Swiss), tengah memainkan sebuah aransemen jazz dengan pianonya. Padahal, Buby dididik menekuni musik klasik.

Sang guru mula-mula terperanjat, tetapi akhirnya tersenyum. Dua tahun sesudah itu, Bodmer justru menyarankan pada Buby supaya terus menekuni jazz. Saya tahu, itulah duniamu yang sebenarnya, kata sang guru, seperti kemudian dituturkan Buby.

Belasan tahun kemudian, semua pihak setuju bahwa anak bungsu dari delapan bersaudara Tan Khing Hoo -- pemain biola yang mahir -- ini ikut andil dalam perkembangan sejarah jazz di Indonesia. Down Beat, majalah musik terkemuka, pada 1967 menyebut Buby, alias Suprawoto, Pianis jazz terbaik di Asia.

Mengapa jazz? Improvisasinya lebih kaya, tidak seperti musik klasik yang terikat oleh berbagai aturan. Dan pemain jazz tidak selalu harus tunduk pada komposer, jawab Buby. Kecuali itu, Sejak kecil lingkungan saya jazz. Kakak-kakaknya, di tahun 1940-an, sudah sering memainkan jazz di rumah -- secara sembunyi-sembunyi.

Ketika masih buta huruf, oleh ayahnya Buby dikursuskan pada Di Lucia, guru piano asal Italia yang, dengan caranya sendiri, sanggup membuat Buby mampu membaca not balok. Saya kagum pada lelaki itu, kata Buby. Istilah-istilah ilmiah dunia jazz didapatkan Buby melalui kursus tertulis 1955-1957 pada Wesco School of Music di New York -- dengan guru antara lain Tedy Wilson, murid salah seorang dewa jazz Benny Goodman.

Lalu, adakah jazz Indonesia? Jawabnya, Jazz Indonesia pasti bisa ada, kalau kita mau memperhatikan kebudayaan sendiri. Sense of culture harus dipunyai setiap pemusik. Berangkat dari sini, kita akan melihat jazz Indonesia.

Buby sering main tanpa bayaran. Ia memang benci pada komersialisasi musik. Penghayatan seni melalui uang artinya kejahatan, kriminal, kata aktivis kelompok pemain jazz The Indonesia All Star ini.

Waktu kecil, Saya ingin menjadi insinyur atau arsitek, tuturnya. Sampai terakhir, ia masih punya hobi pada fotografi dan elektronika. Buby juga membuat replika beberapa model pesawat terbang, suatu kegiatan yang, menurut seorang psikolog, tidak boleh ia lepaskan. Karena waktu muda saya tidak sabaran, ingin selalu cepat selesai, dan rapi, katanya. Toh, di belakang hari, ia bisa memimpin Buby Chen & Circle Jazz 5080.

Buby menikah dengan Anne Chiang, 1963, di Surabaya, dan kini ayah empat anak.