Ngunut, Jumantono, Karanganyar

desa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
Revisi sejak 3 Februari 2016 03.29 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (perbaikan isi kotak info)


Ngunut adalah desa di kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini merupakan tulang punggung dari kecamatan jumantono. Kantor-kantor pemerintahan masih masuk dalam area desa ini.Tepatnya di dusun Ngadirejo, seperti:kantor BRI, Puskesmas, Koramil, Polsek,Kantor Pertanian dan juga SMP Negeri 1 Jumantono yang merupakan salah satu SMP favorit di kecamatan Jumantono. Bahkan mungkin se kabupaten Karanganyar.Desa ini di Kepalai seorang Insinyur Pertanian yang gemar dengan wayang sehingga desa ini sangat maju dan banyak inovasi yang di kembangkan baik dibidang pertanian dan seni budaya. Di desa in terdapat peternakan ayam (petelor)terbesar di Kab.Karanganyar yang areanya cukup luas dulu kebun pabrik jamu air mancur dan juga berdiri sebuah masjid agung yang merupakan masjid terbesar di kecamatan Jumantono. Dekat dengan masjid ini terdapat sebuah situs peninggalan sejarah yang sekarang sudah menjadi legenda masyarakat sekitar. Terdapat makam Jaka tarub, seorang zaman dulu yang diyakini merupakan awal mula terjadi desa Ngunut. Saat sang bidadari Nawang Wulan pergi kembali ke kayangan setelah menemukan kembali selendang yang dulu sempat hilang waktu turun dari kayangan untuk mandi di telaga, bersama dengan enam bidadari lain yang ternyata di ambil oleh Jaka Tarub, dan disimpan di bawah tumpukan padi.

Ngunut
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKaranganyar
KecamatanJumantono
Kode pos
57782
Kode Kemendagri33.13.04.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°39′3″S 110°58′48″E / 7.65083°S 110.98000°E / -7.65083; 110.98000

Di desa ini juga terdapat museum Tanah Kritis yang di dalamnya terdapat sumur minyak dengan air yang berwarna hijau. Museum ini juga menjadi salah satu objek wisata masyarakat sekitar.

Transportasi di desa ini juga cukup mudah diakses karena di lalui sebuah jalan kecamatan yang juga dilalui kendaraan menuju ibukota negara, walaupun kendaraan yang menuju ibukota ini baru satu macam jenisnya, dan hanya lewat sehari sekali untuk menjemput orang yang akan pergi ke ibu kota.