Selasar Sunaryo adalah galeri seni yang terletak di bagian utara Dago, Bandung. Selasar Sunaryo dibangun oleh oleh Sunaryo, seniman kontemporer sekaligus mantan dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung dan diresmikan pada hari Sabtu, 5 September 1998. Galeri ini tidak berorientasi profit.[1]

Awalnya hanya menampilkan karya Sunaryo, namun kemudian memfasilitasi berbagai karya seniman lainnya, terutama dari seni kontemporer.

Profil Sunaryo (Andy)

Sunaryo adalah salah satu seniman Indonesia, beliau lahir di Banyumas tanggal 15 mei 1943, anak kedua dari tujuh bersaudara. Segala cerita kesuksesannya dalam dunia seni berawal dari sebuah sabak (alat tulis terbuat dari batu berbentuk papan tipis untuk ditulis), yang tertinggal dikelas saat itu ketika beliau duduk dikelas 1 SD. Bergegas beliau mengambil sabaknya, Ketika itu beliau menemukan di belakang pintu sebuah gambar pemandangan. Itulah lukisan pertama yang masih terekam olehnya dalam ingatan hingga kini.

Semasa kecilnya beliau hidup berpindah-pindah keberbagai kota bersama pamannya yang kepala kantor penyuluhan perburuhan. Kelas 2 SD beliau pindah ke Tegal, kelas 3 SD beliau pindah ke Solo, dan Purwokerto saat beliau kelas 5 SD, disinilah beliau mulai bersemangat menggambar. Semasa SMP beliau aktif dalam dunia kesenian. Dan ketika SMA beliau sekolah di SMA bruderan, Purwokerto. Disini beliau mulai diperkenalkan dengan instrumen biola oleh seorang bruder, dari sinilah kemudian beliau menyukai musik klasik.

Sejarah pendirian(Bonaditya)

Selasar Seni Sunaryo didirikan pada tahun 1997, diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Juwono Sudarsono. Walau sudah dimulai pembangunannya sejak tahun 1997, namun terjadi krisis moneter 1998 yang menyebabkan pembangunan selasar ini sempat terhenti.

Koleksi (Andi)

Alamat (Kali)

Selasar Sunaryo terletak di ....

Pranala luar (Anita)

Referensi

  1. ^ Hujatnikajennong, Agung. Dedikasi Satu Dekade, A Decade of Dedication. ISBN: 978-979-18373-0-9. Yayasan Selasar Sunaryo. Bandung: 2008