Tari Gambyong

salah satu tarian di Indonesia
Revisi sejak 4 Mei 2014 13.03 oleh BP65Cicilia (bicara | kontrib) (menambah kategori baru)

Tari Gambyong merupakan tari kreasi baru dari perkembangan Tari Tayub.[1] Biasanya tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari.[1] Unsur estetis dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba besar.[2] Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif karena ditarikan bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila penari dapat menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang.[3] Sebab, kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing.[3] Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.[4]

Dua orang sedang melakukan gerakan tari gambyong

Sejarah

Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh penari jalanan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa).[5] Nama Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia cukup terkenal hampir di seluruh wilayah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820).[5] Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia mudah dikenal orang.[5] Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian Gambyong.[5]

Gerak Tari

Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.[5] Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong.[5] Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan.[5] Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong indah dilihat.[5]

Penggunaan

  • Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah.[1] Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.[1]
  • Sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian gambyong ini adalah milik rakyat sebagai bagian upacara.[1]
  • Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.[1]

Ciri khusus

  • Pakaian yang digunakan bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.[1]
  • Sebelum tarian dimulai, selalu dibuka dengan gendhing Pangkur.[3]
  • Teknik gerak, irama iringan tari dan pola kendhangan mampu menampilkan karakter tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.[3]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g Hari Sulastianto (2006). Seni Budaya. Bandung: Grafindo. ISBN 979-758-368-6. 
  2. ^ Sigit Astono, Margono, Sumardi (2007). Seni Tari dan Seni Musik. Jakarta: Yudhistira. ISBN 979-746-155-6. 
  3. ^ a b c d Yoyok R.M (2008). Pendidikan Seni Budaya. Jakarta: Yudhistira. ISBN 978-979-746-940-5. 
  4. ^ TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya. "Tari Gambyong". Diakses tanggal 30 April 2014. 
  5. ^ a b c d e f g h Rahimawati. "Tari Gambyong Tradisi Jawa Tengah yang Aduhai". Diakses tanggal 4 Mei 2014.