Masagus Nur Muhammad Hasyim Ning atau Hasyim Ning (lahir di Nipah, Padang, Sumatera Barat, 22 Agustus 1916 – meninggal 26 Desember 1995 pada umur 79 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia.

Hasyim Ning
Lahir22 Agustus 1916
Belanda Nipah, Padang, Hindia Belanda
Meninggal26 Desember 1995 (umur 79)
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanPengusaha
Dikenal atasKonglomerat Indonesia
Suami/istriRatna Maida Ning
AnakIsmail Hasyim Ning

Kehidupan

Hasyim merupakan seorang perantau Minangkabau yang datang ke Jakarta pada tahun 1937. Tetapi, dua tahun kemudian, ia sudah ditunjuk sebagai perwakilan NV Velodrome Motorcars di Tanjung Karang, Lampung. Setelah itu, menjadi pemborong tambang batu bara di Tanjung Enim tahun 1941. Hasyim Ning kembali lagi ke Jawa, menjadi administratur perkebunan teh dan kina di Cianjur ketika terjadi perang. Karena bercita-cita menjadi tentara walaupun tidak direstui orangtua, ia pun ikut mengangkat senjata di Cianjur, Bandung Selatan, pada tahun 1945. Lima tahun kemudian, ia pensiun dengan pangkat terakhir letnan kolonel.

Hasyim kecil mendapat pendidikan cukup keras dari orangtuanya. Usai sekolah ia harus mengaji, dengan guru yang dipanggil ke rumah. Kini ia mencontoh cara itu untuk mendidik anak-anaknya. Pengusaha yang mendapat gelar Dr.H.C. untuk Ilmu Manajemen dari Universitas Islam Sumatera Utara ini pernah aktif berpolitik. Tahun 1971 ia menjabat Ketua Umum IPKI, kemudian ikut melahirkan fusi PDI. Tahun 1978 ia mengundurkan diri dari PDI dan menjelang Pemilu 1982 bergabung dengan Golkar.

Haji Masagoes Noer Moechamad Hasjim Ning, 79, meninggal pada 26 Desember 1995 di RS Medistra, Jakarta, setelah sebelumnya dirawat karena keluhan jantung dan ginjal.

Bisnis

Setelah pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel 1951, Hasyim berdagang mobil dan mendirikan Djakarta Motor Company. Setelah dua tahun, usaha itu berkembang menjadi usaha perakitan mobil yang pertama di Indonesia, Indonesian Service Station. Ia kemudian lebih dikenal sebagai pengusaha perakitan mobil, meskipun juga bergerak dalam berbagai bidang, seperti ekspor-impor, bank, biro perjalanan, pabrik kosmetik, dan konsultan rekayasa yang menyerap tidak kurang dari 3.000 karyawan. Selain itu ia menjadi anggota dewan komisaris PT Jaya, Daha Motor, Jakarta Motor, Hotel Kemang, Asuransi Sriwijaya, PACTO, dan Central Commercial Bank.

Pada tahun 1981, ia menjual 49% saham Bank Perniagaan Indonesia miliknya, kepada Mochtar Riady. Delapan tahun kemudian bank ini mengganti namanya menjadi Lippo Bank, dan melakukan merger dengan Bank Umum Asia.[1]

Di awal tahun 1984, Hasyim diwawancarai majalah Prancis, Paris Match. Di sana ia mengatakan, bisnis perakitan mobil di Indonesia tidak terlalu baik karena bersaing dengan Jepang. Mobil-mobil yang dirakitnya memang buatan Eropa dan Amerika. Perusahaan Eropa dan Amerika mengikuti birokrasi, sedangkan Jepang langsung memperkenalkan jenis-jenis mobil mereka. Sukses usahanya menyebabkan Hasyim dipercaya menjabat Ketua Umum Kadin periode 1979-1982.

Catatan kaki

  1. ^ Majalah Tempo, Ini Dia Lippobank, 8 April 1989

Referensi