Heteroseksualitas
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Okkisafire (Kontrib • Log) 3857 hari 150 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Orientasi seksual |
---|
Berbagai orientasi seksual |
Kategori non-biner |
Penelitian |
|
Heteroseksualitas merupakan ketertarikan romantika, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual antara orang-orang yang berbeda jenis kelamin atau gender menurut pasangan gender. Sebagai sebuah orientasi seksual, heteroseksualitas merujuk pada "suatu pola tetap atau watak untuk melakukan ketertarikan seksual, kasih sayang, fisik, atau romantika pada orang-orang yang berjenis kelamin berbesa"; juga merujuk pada "sebuah rasa identitas seseorang berdasarkan ketertarikan-ketertarikan tersebut, kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan, dan keanggotaan dalam sebuah komunitas yang juga memiliki ketertarikan yang sama seperti itu".[1][2] Istilah ini biasanya diaplikasikan pada manusia, tetapi juga diamati pada semua mamalia.
Heteroseksualitas adalah satu dari tiga klasifikasi utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan homoseksualitas. Ketiganya merupakan bagian dari Rangkaian kesatuan heteroseksual-homoseksual.
Istilah ini secara etimologi terbentuk dengan menambahkan bahasa Yunani έτερος heteros (memiliki arti "berbeda" atau "lain") sebagai imbuhan pada "seksualitas".
Sejarah dan demografi
Demografi dari orientasi seksual sulit untuk ditetapkan karena kurangnya data yang tersedia. Meskipun demikian, sikap dan kebiasaan dalam sejarah seksualitas manusia cukup bervariasi pada berbagai kebudayaan.
Studi akademis
Biologikal
Teori hormonal sebelum kelahiran
Neurobilogi dari maskulinisasi otak telah cukup dimengerti. Estradiol dan testosteron, yang dikatalisa oleh enzim 5α-reduktase menjadi dihidrotestosteron, berikatan dengan reseptor androgen di otak untuk membuatnya maskulin. Jika reseptor androgen terlalu sedikit (pada manusia yang mengidap sindrom androgen tidak sensitif) atau terlalu banyak (wanita dengan congenital adrenal hyperplasia), akan timbul efek secara fisik dan psikologi.[3] Telah diduga bahwa keheteroseksualan pria dan wanita merupakan hasil dari variasi proses tersebut.[4] Menurut penelitian ini, keheteroseksualan pada wanita berkaitan dengan rendahnya proses maskulinisasi pada otaknya dibandingkan dengan yang ditemukan pada wanita lesbian. Namun, pada pria heteroseksual, terdapat sejumlah penelitian yang mendukung bahwa proses maskulinisasinya lebih tinggi dibandingkan pria homoseksual, tetapi beberapa penelitian yang lain justru membuktikan sebaliknya.
Seleksi alam
Banyak kebiasaan manusia yang dipandang dapat dijelaskan secara sempurna dalam konteks seleksi alam. Dari sudut pandang ini, variasi fenotip antara hasrat heteroseksual dan homoseksual dalam setiap individu telah berkembang pada manusia, sebagaimana juga terjadi pada beberapa spesies lain. Hal ini merupakan wujud nyata adaptasi yang lebih baik, sebab tidak ada dokumentasi populasi manusia yang heteroseksual secara keseluruhan.
Kebiasaan heteroseksual pada hewan
Sebagian besar proses reproduksi di dunia binatang difasilitasi melalui hubungan heteroseksual, meskipun ada juga binatang yang bereproduksi secara aseksual, seperti protozoa dan hewan tak bertulang belakang berkelas rendah.[5]
Reproduksi secara seksual sebenarnya tidak membutuhkan suatu orientasi heteroseksual, sebab orientasi seksual merujuk pada pola tetap berjangka panjang terhadap ketertarikan seksual dan emosional yang membimbing pada suatu ikatan sosial yang biasanya juga berjangka panjang. Sementara itu, reproduksi seksual hanya membutuhkan tindakan dasar hubungan kelamin yang seringkali dilakukan hanya sekali setiap waktu.
Psikologi
Penelitian terhadap kebiasaan
Pada permulaan abad ke-20 M, diskusi teoritis mula-mula terhadap bidang psikoanalisis menempatkan biseksualitas dalam perkembangan psikologi manusia. Penelitian kuantitatif oleh Alfred Kinsey pada tahun 1940an dan kisi-kisi orientasi seksual Dr. Fritz Klein pada tahun 1980an menemukan distribusi yang serupa dengan dalil para pendahulu mereka.
Berdasarkan tulisan Alfred Kinsey yang berjudul Sexual Behavior in the Human Male serta beberapa penelitian modern lainnya, mayoritas manusia memiliki pengalaman atau sensasi baik secara heteroseksual dan homoseksual sehingga mereka dikategorikan sebagai biseksual. Penelitian Kinsey secara konsisten menemukan bahwa orientasi seksual merupakan sesuatu yang berkembang ke banyak segi di sepanjang kehidupan seseorang; jarang, tetapi tidak selalu terjadi, termasuk membentuk ketertarikan pada jenis kelamin yang baru. Jarang setiap individu secara radikal mengorientasi ulang keseksualan mereka secara cepat -dan lebih sedikit lagi yang melakukannya atas kemauan mereka sendiri-tetapi seringkali seksualitas berkembang, berubah, dan menyerap elemen-elemen baru selama puluhan tahun. Misalnya, norma umum "usia yang pantas" untuk seksualitas membutuhkan suatu obyek ketertarikan yang berubah (terutama pada masa menuju kedewasaan). Teori queer kontemporer, yang menggabungkan berbagai ide dari konstruksionisme sosial, cenderung melihat seksualitas sebagai sesuatu yang hanya memiliki arti dalam susunan sejarah yang diberikan. Maka seksualitas dipandang sebagai suatu partisipasi dalam sebuah jalur sosial yang lebih besar dan, meskipun terkesan berubah-ubah jika dipandang dari beberapa sisi, bukanlah sebagai sesuatu yang ditentukan oleh masing-masing individu secara ketat.
Penelitian-penelitian lain menyangsikan metodologi Kinsey. "Perhitungannya dinilai rancu setelah diketahui bahwa ia mewawancarai para homoseksual dan tahanan (banyak yang merupakan pelaku kejahatan seksual) secara tidak seimbang."[6][7]
Para seksologis mengaitkan ketidaksesuaian beberapa penemuan pada sikap negatif masyarakat terhadap suatu orientasi seksual tertentu. Misalnya, orang-orang dapat berkata berbeda mengenai orientasi seksual mereka tergantung pada lingkungan sekitarnya saat itu, apakah terbuka atau pribadi. Keengganan untuk menyingkap orientasi seksual sebenarnya dari seseorang seringkali disebut sebagai "berada di dalam lemari". Masing-masing individu mampu untuk menikmati relasi seksual dengan dua atau satu jenis kelamin dapat memiliki kecenderungan untuk membatasi diri mereka sendiri pada hubungan heteroseksual atau homoseksual dalam masyarakat yang memberi stigma pada hubungan sesama jenis ada beda jenis.
Kodrat dan pola asuhan
Perdebatan skala besar mengenai "sifat alami dan pola asuhan" muncul pada topik mengenai faktor biologi atau psikologikah yang lebih mendominasi terbentuknya orientasi seksual pada manusia. Faktor-faktor yang menjadi kandidat antara lain adalah genetika, kadar hormonal yang diterima janin, dan faktor-faktor lingkungan.
APA baru-baru ini secara resmi memberikan pernyataan bahwa "beberapa orang percaya bahwa orientasi seksual merupakan pembawan sejak lahir dan tidak berubah; tetapi orientasi seksual berkembang sepanjang masa kehidupan seseorang",[8] kebalikan dari sebelumnya, saat seksualitas yang tidak umum dianggap sebagai suatu bentuk penyimpangan atau penyakit mental yang dapat disembuhkan melalui suatu institusionalisasi atau cara lain.
Kritik atas penelitian
Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui asal-muasal orientasi seksual dikritik memiliki lingkup terlalu sempit, kebanyakan hanya berfokus pada heteroseksualitas dan homoseksualitas sebagai dua kutub berlawanan tanpa adanya penjelasan diantara keduanya. Juga dinyatakan bahwa penelitian-penelitian ilmiah terlalu fokus untuk mencari penjelasan orientasi seksual secara biologis, dan tidak cukup untuk efek-efek kombinasi biologi dan psikologi.
Sebuah ringkasan yang diberikan oleh Council for Responsible Genetics, ditegaskan bahwa orientasi seksual tidak tetap, dan pada suatu ceramah: "Yang jelas hilang dari perdebatan ini adalah gagasan yang diperjuangkan oleh Kinsey, bahwa ekspresi seksualitas manusia bervariasi antara yang satu dengan yang lain, sebagaimana ciri-ciri kompleks lainnya. Tetapi sebagaimana intelegensia, seksualitas merupakan suatu ciri kompleks umat manusia yang berusaha dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern secara genetik... Daripada memutuskan bahwa hal tersebut merupakan hasil dari proses-proses biologis murni, suatu sifat tumbuh dari proses-proses perkembangan yang memasukkan elemen-elemen biologis dan sosial. Menurut American Psychological Association (APA), terdapat banyak teori mengenai asal-usul orientasi seksual seseorang, tetapi beberapa percaya bahwa "orientasi seksual sangat mungkin merupakan hasil dari suatu interaksi kompleks faktor-faktor lingkungan, kognitif, dan biologis," dan bahwa faktor-faktor genetika memainkan "peran yang signifikan" dalam menentukan sesualitas seseorang.
Sosial dan sejarah
Heteroseksisme
Heteroseksisme adalah suatu bentuk bias atau diskriminasi terhadap seksualitas dan hubungan dua jenis kelamin yang berbeda. Dengan asumsi bahwa semua orang adalah heteroseksual dan terlibat dalam berbagai tingkatan diskriminasi terhadap gay, lesbian, biseksual, heterofleksible, atau transgender.
Heteronormativitas
Heteronormativitas menunjukkan atau berhubungan dengan suatu pandangan dunia yang mempromosikan heteroseksualitas sebagai orientasi seksual yang normal atau yang lebih dipilih oleh orang-orang. Hal ini kemungkinan akan menetapkan secara tegas peran gender pada pria dan wanita. Istilah ini dipopulerkan oleh Michael Warner di tahun 1991.[9]
Sekutu heteroseksual
Seorang sekutu heteroseksual adalah seseorang yang heteroseksual, tetapi mendukung persamaan hak sipil bagi lesbian dan gay. Sekutu heteroseksual juga ikut mendukung gerakan sosial LGBT.[10]
Aspek religius
Bahasa
Etimologi
Terminologi
Slang
Simbolisme
Simbolisme heteroseksual dapat ditelusuri hingga ke artifal paling awal umat manusia, pada pahatan ritual kesuburan dan kesenian primitif. Hal tersebut kemudian diekspresikan dalam simbolisme ritual kesuburan dan pemujaan politeisme, yang seringkali memasukkan gambar alat kelamin manusia. Simbol modern keheteroseksualitasan dalam masyarakat diperoleh dari tradisi Eropa yang masih menggunakan referensinya pada kepercayaan kuno. Salah satu lambanganya adalah kombinasi simbol Mars, dewa perang Romawi, sebagai lambang jantan untuk maskulinitas, dan Venus, dewi cinta dan kecantikan Roma, sebagai lambang betina untuk femininitas. Karakter unicode untuk kombinasi simbol tersebut adalah ⚤ (U+26A4).
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ "What is sexual orientation?". APAHelpCenter.org. Diakses tanggal 2011-03-31.
- ^ "APA California Amicus Brief" (PDF). Courtinfo.ca.gov. Diakses tanggal 2013-10-11.
- ^ Vilain, E. (2000). Genetics of Sexual Development. Annual Review of Sex Research, 11:1–25
- ^ Wilson, G. and Rahman, Q., (2005). Born Gay. Chapter 5. London: Peter Owen Publishers
- ^ The Columbia Encyclopedia (Colum. Univ. Press, 5th ed. [casebound?] 1993 (ISBN 0-395-62438-X)), entry Reproduction.
- ^ Tom Bethell (April 2005). "Kinsey as Pervert". American Spectator, 38, 42–44. ISSN 0148-8414.
- ^ Julia A. Ericksen (May 1998). "With enough cases, why do you need statistics? Revisiting Kinsey's methodology". The Journal of Sex Research 35 (2): 132-40, ISSN 0022-4499.
- ^ American Psychiatric Association (May 2000). "Gay, Lesbian and Bisexual Issues". Association of Gay and Lesbian Psychiatrics.
- ^ Warner, Michael (1991), "Introduction: Fear of a Queer Planet". Social Text; 9 (4 [29]): 3–17
- ^ Emerging Issues in the 21st Century World-system: Volume 2 - Page 40, Wilma A. Dunaway - 2003
Referensi
- Wikholm, Andrew, Words: Heterosexual. Gay History.com. (Dikutip February 14, 2004)
- "Straight, Ex-gay". Deskriptor Minoritas Seksual.
- "The Hitchhiker's Guide to the Galaxy", H2G2. BBC. (Dikutip February 14, 2004)
- Answers to Your Questions About Sexual Orientation and Homosexuality. American Psychiatric Association. (Dikutip February 9, 2004)
- Heterosexual Sex. World Sex Explorer. (Dikutip February 14, 2004)
- Katz, Jonathan Ned (1995) The Invention of Heterosexuality. NY, NY: Dutton (Penguin Books). ISBN 0-525-93845-1.
- Johnson, P (2005) Love, Heterosexuality and Society. Routledge: London.
- Mills, Jonathan, Love, Covenant & Meaning, Regent College Publishing, 1997
- Klein, Ernest, A comprehensive etymological dictionary of the English language: Dealing with the origin of words and their sense development thus illustrating the history of civilization and culture, Elsevier, Oxford, 2000
Bacaan lain
- Bohan, Janis S., Psychology and Sexual Orientation: Coming to Terms, Routledge, 1996 ISBN 0-415-91514-7
- Endsjø, Dag Øistein, Sex and Religion. Teachings and Taboos in the History of World Faiths. Reaktion Books 2011.
- Kinsey, Alfred C., et al., Sexual Behavior in the Human Male. Indiana University Press. ISBN 0-253-33412-8
- Kinsey, Alfred C., et al., Sexual Behavior in the Human Female. Indiana University Press. ISBN 0-253-33411-X
Pranala luar
- Keel, Robert O., Heterosexual Deviance. (Goode, 1994, Bab 8, dan Bab 9, Edisi ke-6, 2001.) Sociology of Deviant Behavior: FS 2003, University of Missouri–St. Louis.
- Coleman, Thomas F., What's Wrong with Excluding Heterosexual Couples from Domestic Partner Benefits Programs? Unmarried America, American Association for Single People.