Bokoi
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP89Siti (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 26 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 15 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP89Siti (Kontrib • Log) 3860 hari 737 menit lalu. |
Bokoi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | Primata
|
Famili: | |
Genus: | Macaca
|
Spesies: | M. Pagensis[1]
|
Bokoi adalah nama hewan endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera, Indonesia.[2] Hewan ini termasuk dalam ordo Primata.[1] Bokoi juga disebut dengan nama beruk mentawai.[2] Nama bokoi adalah nama yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut.[2] Nama ilmiah bokoi adalah Macaca pagensis sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan Pagai Island Macaque.[2] Pagai merupakan daerah habitat asal bokoi yang ada di Kepulauan Mentawai.[2]
Gambaran
Secara umum bokoi mirip dengan beruk pada umumnya. [3] Perbedaannya boki dengan beruk jenis lain adalah pada rambut bagian pipi dan mahkota.[3] Bagian pipi bokoi berwarna lebih gelap daripada beruk lainnya, sedangkan mahkota bokoi berwarna coklat serta rambut pada dahi kepala lebih panjang.[3]
Hewan ini memiliki tubuh dengan panjang hewan jantan antara 45 hingga 55cm sedangkan untuk bokoi betina memiliki panjang antara 40 hingga 45 cm.[3] Bokoi memiliki ekor yang cukup panjang, baik bokoi betina maupun jantang memiliki ukuran panjang antara 10 sampai 16 cm.[3] Beruk jenis ini memiliki ukuran cukup besar, beruk jantan rata-rata memiliki berat badan sebesar antara 6 sampai 9 kg.[3] Beruk betina memiliki berat badan yang sedikit ringan yaitu antara 4,5 hingga 6 kg.[3]
Perilaku
Beruk mentawai merupakan binatang diurnal (aktif di siang hari) dengan memakan berbagai jenis daun, bunga, biji-bjian, dan buah-buahan. Monyet endemik mentawai ini hidup tinggal di atas pohon pada setinggi 24-36 meter secara berkelompok antara 5-25 individu. Monyet ini bersifat poligamus.
Habitat dan persebaran
Beruk mentawai dapat dijumpai diberbagai habitat hutan bakau, pesisir, hutan primer, hutan sekunder hingga hutan di dekat pemukiman. Persebarannya terbatas di pulau Pagai Selatan, pulau Pagai Utara, dan pulau Sipora di Kepulauan Mentawai, Sumatera.
Habitatnya yang hanya tersebar di 3 pulau di kepulauan Mentawai (Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan), [4]
Status konservasi
perburuan, serta deforestasi hutan dan pertambahan penduduk di pulau-pulau tersebut membuat populasi monyet asli mentawai ini semakin terdesak dan terancam kepunahan. Populasinya hanya tersisa sekitar 2.100-3.700 ekor (Paciulli 2004). Padahal pada tahun 1980-an populasinya masih tercatat sebanyak 15.000 ek
Rujukan
- ^ a b "Macaca pagensis". IUCN Red List. Diakses tanggal 9 Mei 2014.
- ^ a b c d e "Melestarikan Alam Indonesia". Yayasan Obor Indonesia. Diakses tanggal 9 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g "Mentawai macaque". Arkive. Diakses tanggal 9 Mei 2014.
- ^ a b "Mentawai macaque". The Primata. Diakses tanggal 9 Mei 2014.