Sajen sedulur papat
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP86Johanes (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 13 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 10 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP86Johanes (Kontrib • Log) 3879 hari 787 menit lalu. |
Sajen Sedulur Papat adalah salah satu sesaji atau sajen yang berupa aneka macam jenis nasi atau sega untuk menghormati empat saudara gaib yang berada di empat penjuru mata angin atau biasa disebut dengan sedulur papat lima pancer.[1][2] Secara turun temurun, orang Jawa lekat dengan kepercayaan bahwa setiap orang memiliki empat saudara gaib yang ada di utara, selatan, timur, dan barat sesuai arah mata angin.[1][3][2] Sedulur yang ada disisi timur disebut Tirtanata, sedulur yang ada di sisi utara disebut Warudijaya, sedulur yang ada di sisi selatan disebut Purbangkara dan sedulur yang ada di sisi barat disebut Sinotobrata.[1][3] Sedangkan Pancer adalah diri sendiri atau hati nurani.[1][3] Sedulur papat ini memiliki kemampuan dan mengendalikan hati nurani masing-masing orang.[1][3][2] Dengan demikian secara turun temurun diyakini apabila oran ingin selalu dijaga, diingatkan atau dikendalikan dari keinginan dan pengaruh jahat maka orang tersebut wajib menyapa keempat sedulur yang ada di masing-masing arah penjuru angin itu.[1][3][2]
Macam-Macam Sajen Sedulur Papat
- Sega putih adalah ubo rampe yang berupa nasi putih. Nasi putih tersebut dibentuk tumpeng dan disajikan tanpa lauk pauk.[1][4] Ubo rampe sega putih dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada di arah timur atau orang Jawa menamainya Tirtanata.[1] Sega putih ini untuk menggambarkan kakang kawah.[1][5]
- Sega cemeng atau nasi hitam adalah ubo rampe yang berupa nasi hitam.[1] Nasi hitam terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan jelaga hingga berwarna hitam dan dibentuk tumpeng.[1][4] Ubo rampe nasi hitam dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada di arah utara atau biasa disebut Warudijaya.[1] Sega cemeng ini untuk menggambarkan tali pusar.[1][5]
- Sega Abang atau nasi merah adalah ubo rampe yang berupa nasi merah.[1] Nasi merah terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan gula Jawa hingga berwarna merah dan dibentuk tumpeng.[1][4] Ubo rampe nasi merah ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada di arah selatan atau biasa disebut Purbangkara.[1] Sega abang ini untuk menggambarkan darah.[1][5]
- Sega Kuning atau nasi kuning adalah ubo rampe yang berupa nasi kuning.[1] Nasi kuning terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan kunyit sehingga berwarna kuning dan dibentuk tumpeng.[1][4] Ubo rampe nasi kuning ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada di arah barat atau biasa disebut Sinotobrata.[1] Sega kuning ini untuk menggambarkan adi ari-ari.[1][5]
Rujukan
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Wahyana Giri MC (2010). Sajen & Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. hlm. 27-29.
- ^ a b c d "Sedulur Papat Lan Kalima Pancer". Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ a b c d e "Sajen Mistik Sedulur Papat". Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ a b c d "Sesaji Sodara Empat". Diakses tanggal 13 Mei 2014.
- ^ a b c d Erwin Alexandra. "Sedulur Papat Pancer Lima (Bagian 2)". Diakses tanggal 13 Mei 2014.