Harimau jawa

subspesies harimau asal Indonesia (punah)
Revisi sejak 24 November 2014 11.29 oleh Ciput.putrawidjaja (bicara | kontrib) (Menambahkan keterangan dan foto-foto)
Harimau jawa
Foto harimau jawa yang diambil pada tahun 1938.

Kritis, kemungkinan punah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Subspesies:
P. t. sondaica
Nama trinomial
Panthera tigris sondaica
Peta wilayah harimau jawa
Berkas:Harimau ditembak 2.jpg
Harimau Jawa yang ditembak pemburu (ca. 1930an)

Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) adalah jenis harimau yang pernah hidup di Pulau Jawa.[1] Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an, ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverfikasi.[2][3]

Pada akhir tahun 1998 diadakan Seminar Nasional Harimau Jawa di UC Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik Harimau Jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambut macan tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.

Pada akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, Harimau Jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian di situ dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian diperkirakan punah pada tahun 80-an.

Karakteristik

Berkas:Harimau beda harimau jawa dan benggala.jpg
Perbedaan Harimau Jawa dan Harimau Sumatra

Harimau jawa mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Bali (Panthera tigris japonica). Harimau jawa jantan mempunyai berat 150-200 kg dan panjangnya kira-kira 2,50 meter. Betina berbobot lebih ringan, yaitu 75-115 kg dan sedikit lebih pendek dari jenis jantan. Besar tubuh Harimau Jawa ini diduga karena adanya kompetisi dengan Macan Tutul dan Ajak (anjing hutan). Disamping itu ada hukum: semakin menjauhi garis khatulistiwa maka ukuran tubuh harimau akan semakin besar, kecuali Harimau Bali.

Karakter unik Harimau Jawa

Kepala harimau Jawa terlihat kecil untuk ukuran badannya yang agak besar, panjang dan ramping. Bentuk kepala juga lebih pipih dengan hidung yang sempit dan panjang. Warna kepala kuning kemerahan gelap dengan sedikit surai atau janggut yang tumbuh di dagu/leher.  Pipi di dominasi warna putih dengan dua garis loreng berwarna kontras yang tebal. Leher harimau Jawa terlihat lebih jenjang. Kaki agak panjang dengan ukuran telapak kaki yang sangat besar. 

Ukuran tubuh rata-rata harimau Jawa lebih besar dari harimau Sumatera dan harimau Bali, bahkan sedikit lebih besar dari harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm. Berat jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg. Dibandingkan dengan subspesies lainnya, bentuk tubuh Harimau Jawa termasuk yang paling unik dan “sexy”. Postur tubuh juga memperlihatkan perbedaan yang jelas. Tubuh Harimau Sumatera sedikit lebih kecil, pendek, gempal namun proporsional. Sedangkan postur tubuh harimau Jawa terlihat lebih unik, dengan kepalanya yang kecil, tubuh ramping dan telapak kaki yang besar.

Dari gambar terlihat jelas perbedaan fisik Harimau Jawa dengan saudaranya Harimau Sumatera. 

Perbedaan yang paling menyolok terlihat pada bagian surai (jenggotnya). Perlu diketahui bahwa Harimau Sumatera adalah subspesies harimau yang memiliki surai paling lebat di antara seluruh subspesies harimau di dunia. Jadi, jika anda ingin memastikan suatu harimau tergolong harimau Sumatera atau bukan, lihat saja jenggotnya.

Pola Belang Harimau Jawa

Perbandingan pola belang pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan pola belang harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Belang harimau sumatera terlihat lebih lebar dan tebal (atas). Sedangkan harimau Jawa memiliki pola belang yang tipis, panjang dan sangat rapat (bawah).

Pola belang Harimau Jawa dan Sumatera juga berbeda. Dengan pola belangnya yang tipis memanjang, warna bulu harimau Jawa terlihat lebih cerah. Belang harimau Sumatera lebih lebar rapat dan hampir merata di sekujur tubuh sehingga warna bulu terlihat lebih gelap.

 
Harimau Jawa dalam bentuk offset di Kaliduwur Jawa Timur

Populasi dan Kepunahan

Di samping Harimau Jawa, ada dua jenis harimau yang punah di abad ke-20, yaitu Harimau Bali dan Harimau Kaspia (Panthera tigris virgata). Secara biologis, Harimau Jawa mempunyai hubungan sangat dekat dengan Harimau Bali. Beberapa ahli biologi bahkan menyatakan bahwa mereka adalah satu spesies. Namun, banyak [siapa?] juga yang membantah pernyataan ini.[butuh rujukan].

Meskipun Harimau Jawa bernama Latin sondaica namun lebih disebut Harimau Jawa atau Javan tiger. Mayoritas sumber bahasa Inggris menyebut Javan tiger. [4][5][6] Nama latin sondaica hanya dipakai sebagai penamaan biasa, tetapi berhubung bahasa Latin sudah tidak menguasai dunia maka yang dipakai sekarang pengetahuan Inggris (English Knowledge). Karena harimau itu dulunya ditemukan di seluruh tempat di Jawa, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dulu dinamakan Sondaica karena penelitiannya di daerah yang mayoritas Sunda. Ternyata justru Harimau Jawa yang masih tersisa malah di Jawa Tengah dan Jawa Timur terutama di hutan Meru Betiri Jawa Timur. Banyak laporan penampakan harimau jawa di hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur.[7][8] Yang dimaksud dengan Harimau Jawa ini adalah bukan Jawa dalam artian suku, karena harimau tidak ada suku dan agama; tetapi adalah Jawa dalam artian tempat atau wilayah. Jadi sama sekali tidak ada motivasi kesukuan dalam penamaan harimau jawa.

Penelitian terakhir

Sensus terakhir tentang keberadaan harimau jawa dilakukan selama 1 tahun, yaitu sejak tahun 1999-2000. Survei selama 12 bulan ini berlangsung di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung oleh Direktur Konservasi Flora dan Fauna, Ir. Koes Saparjadi, karena adanya laporan dari beberapa orang staf taman nasional serta warga setempat yang menduga bahwa harimau jawa masih ada.

Sebanyak 12 staf taman nasional dilatih dengan dibekali 20 unit kamera, selain itu juga mendapat bantuan dari yayasan "The Tiger Foundation" berupa 15 unit kamera inframerah dalam rangka memfasilitasi upaya sensus.

Hasil sensus mengatakan: Tidak ada harimau jawa, hanya sedikit mangsa, banyak pemburu liar.[9]

Lihat pula

Referensi

Galeri

Templat:Link FA