Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh pengunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus. Biasanya hal ini terdapat dalam kamus bahasa Perancis.

Contoh gambar kamus bahasa Jawa-Belanda, keluaran tahun 1903.


Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus, dengan ben¬tuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani okeanos yang berarti 'lautan'. Sejarah kata itu jelas memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah penge¬tahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya. Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya. Setiap kebudayaan besar di dunia bangga akan kamus bahasanya. Dalam kenyataannya kamus itu tidak hanya menjadi lambang kebang¬gaan suatu bangsa, tetapi juga mempunyai fungsi dan manfaat praktis

Jenis-jenis Kamus

Berdasarkan penggunaan bahasa

Kamus boleh ditulis dalam satu atau lebih daripada satu bahasa. Dengan itu kamus boleh dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Kamus Ekabahasa
    Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata(entri) yang dijelaskan dan penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang sama. Kamus ini mempunyai perbedaan yang jelas dengan kamus dwibahasa kerana penyusunan dibuat berasaskan pembuktian data korpus. Ini bermaksud definisi makna ke atas kata-kata adalah berdasarkan makna yang diberikan dalam contoh kalimat yang mengandung kata-kata berhubungan. Contoh bagi kamus ekabahasa ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (di Indonesia) dan Kamus Dewan di (Malaysia).
  • Kamus Dwibahasa
    Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan daripada bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Contohnya: Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggeris-Melayu;Melayu-Inggeris)
  • Kamus Aneka Bahasa
    Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.Misalnya, Kata Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Tionghoa secara serentak. .

Berdasarkan isi

Kamus boleh muncul dalam pelbagai isi. Ini adalah karena kamus diterbitkan dengan tujuan memenuhi keperluan gologan tertentu. Contohnya, golongan pelajar sekolah memerlukan kamus berukuran kecil untuk memudahkan mereka membawa kamus ke sekolah.Secara umumnya kamus boleh dibagi kepada 3 jenis ukuran:

  • Kamus Mini
    Pada zaman sekarang sebenarnya susah untuk menjumpai kamus ini.Ia juga dikenali sebagai kamus saku karena ia dapat disimpan dalam saku. Tebalnya kurang daripada 2 cm.
  • Kamus Kecil
    Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ia merupakan kamus yang mudah dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggeris-Melayu;Melayu-Inggeris)
  • Kamus Besar
    Kamus ini memuatkan segala leksikal yang terdapat dalam satu bahsaa. Setiap perkataannya dijelaskan maksud secara lengkap.Biasanya ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa ke sana sini.Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kamus Istimewa

Kamus istimewa merujuk kepada kamus yang mempunyai fungsi yang khusus. Contohnya:

  • Kamus istilah
    Entri dalam kamus ini adalah terdiri daripada istilah khusus bagi bidang tertentu. Fungsinya adalah untuk kegunaan ilmiah. Contohnya ialah Kamus Istilah Fiqh
  • Kamus Etimologi
    Kamus yang menerangkan asal usul sesuatu perkataan dan maksud asalnya.
  • Kamus Tesaurus (perkataan searti)
    Kamus yang menerangkan maksud sesuatu perkataan dengan memberikan kata-kata searti saja. Kamus ini adalah untuk membantu para penulis untuk meragamkan penggunaan diksi. Contohnya, Tesaurus Bahasa Indonesia
  • Kamus peribahasa/simpulan bahasa
    Kamus yang menerangkan maksud sesuatu peribahasa/simpulan bahasa. Selain daripada digunakan sebagai rujukan, kamus ini juga sesuai untuk dibaca dengan tujuan keindahan.
  • Kamus Kata Nama Khas
    Kamus yang hanya menyimpan kata nama khas seperti nama tempat, nama tokoh, dan juga nama bagi institusi. Tujuannya adalah untuk menyediakan rujukan bagi nama-nama ini.
  • Kamus Terjemahan
    Kamus yang menyedia kata searti bahasa asing untuk satu bahasa sasaran. Kegunaannya adalah untuk membantu para penerjemah.

Kamus Kolokasi Kamus kolokasi adalah kamus yang menerangkan tentang padanan kata, contohnya kata 'terdiri' yang selalu berpadanan dengan 'dari' atau 'atas'.

Cara Untuk Menyusun Kamus

Penyusunan kamus merupakan suatu pekerjaan yang berat. Biasanya ia dilakukan secara bertahap dan merupakan pekerjaan bersama (team work). Secara umumnya penyusunan kamus akan melalui prosedur seperti di bawah.

  1. Perancangan
  2. Pembinaan Data Korpus
  3. Pengisihan dan Pengabjadan Data
  4. Pengolahan Data
  5. Pemerian Makna

Perancangan

Pada peringkat ini, penyusun kamus harus menentukan pekara seperti di bawah:

  • Tujuan Penyusunan Kamus
  • Pendekatan Kerja

Selepas itu, penyusun kamus akan mulai mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan seperti pasukan penyusunnya, modal, komputer dan peralatan yang lain.

Pembinaan Data korpus

Hanya kata-kata yang pernah digunakan oleh masyarakat akan dimasukkan ke dalam kamus. Maka dengan itu, pasukan penyusun kamus akan membaca sejumlah karya untuk mendapatkan kata-kata kutipan yang akan dimasukkan ke dalam kamus nanti. Kata-kata ini akan direkamkan ke dalam kartu, satu kata satu kartu, dan kartu-kartu ini disusun mengikut urutan abjad. Semua kata-kata yang pernah muncul dalam karya yang terbaca akan direkam. Perkerjaan ini merupakan pekerjaan yang berat, tetapi pada zaman sekarang ia banyak di bantu oleh komputer.

Pengisihan dan Pengabjadan Data

Prosedur ini merupakan satu kemestian. Setiap kata yang telah dirakam akan disusun menurut abjad. Sekiranya tidak, maka data-data adalah sesuatu yang tidak berguna karena untuk mencari sesuatu perkataan dalam keadaan ini adalah tidak mungkin. Secara manual, kerja ini boleh dilakukan dengan merekamkan kata-kata kutipan di dalam kartu, satu kata satu kartu, supaya kata-kata ini boleh dialih dan disusun dalam urutan. Selepas itu kartu-kartu ini akan disimpan dalam katalog.

Pengolahan Data

Setelah kata-kata sudah dikumpul dan siap diabjadkan, maka data ini harus dianalisis. Pada peringkat ini penyusun kamus akan mengklasifikasikan kata-kata ini kepada:

  • Kata-kata yang lewah (tak perlu)
  • Kata-kata baru
  • Kata-kata neologisme (Kata-kata baru yang jarang digunakan)
  • Kata-kata yang mengalami perubahan makna

Selepas itu, penyusun kamus akan membuangkan kata-kata yang lewah, mendokumentasikan kata-kata neologisme, dan seterusnya mengambil kata-kata baru dan kata-kata yang mengalami perubahan makna ke peringkat "pemerian makna"

Pemerian Makna

Pemerian makna bermaksud menjelaskan makna sesuatu perkataan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu semantik dan pragmatik. Penyusun kamus boleh menggunakan pelbagai bahan rujukan seperti kamus yang sudah ada, daftar istilah dan sebagainya untuk mencari maksud sesuatu perkataan.

Sejarah

Perkamusan di Indonesia

Menurut catatan karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia adalah daftar kata Cina-Melayu pada awal abad ke-15. Daftar ini berisi 500 lema. Ada pula Daftar kata Italia-Melayu yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Kamus tertua dalam sejarah bahasa Melayu adalah Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche ende Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turcsche Woorden karya Frederick de Houtman yang diterbitkan pada tahun 1603. Kamus bahasa Jawa tertua adalah Lexicon Javanum (1706) yang sekarang tersimpan di Vatikan. Kamus bahasa Sunda baru ditulis oleh A. de Wilde pada 1841, dengan judul Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek. Kamus-kamus yang ditulis oleh para ahli bahasa asing tersebut biasanya terbatas pada kamus dwibahasa (bahasa asing-bahasa di Indonesia ataupun sebaliknya).

Kamus ekabahasa pertama di Indonesia merupakan kamus bahasa Melayu yang ditulis oleh Raja Ali Haji, berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama. Kamus ini diperkirakan terbit pada abad ke-19. Kitab Pengetahuan Bahasa sebenarnya bukan kamus murni, namun merupakan kamus ensiklopedis untuk keperluan pelajar.

Pada tahun 1930 terbit kamus bahasa Jawa Baoesastra Djawa karangan W.J.S Poerwadarminta, C.S. Hardjasoedarma, dan J.C. Poedjasoedira. Boesastra Djawa merupakan kamus ekabahasa, seperti juga Kamoes Bahasa Soenda (1948) karangan R. Satjadibrata.

Setelah kemerdekaan penerbitan kamus di Indonesia menjadi lebih merebak. Pusat Bahasa merupakan penerbit utama kamus Bahasa Indonesia berukuran besar. Selain itu Pusat Bahasa turut pula menerbitkan puluhan kamus bahasa daerah.

Kamus besar terbitan Pusat Bahasa pertama adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952) yang diselenggarakan oleh W.J.S. Poerwadarminta. Edisi kelima terbit pada tahun 1976. Kemudian pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan sebagai kamus baku untuk bahasa Indonesia. Kamus ini merupakan hasil karya tim, dengan pemimpin redaksi Sri Sukesi Adiwimarta dan Adi Sunaryo, dan penyelia Anton M. Moeliono. Edisi ketiga Kamus Besar Bahasa Indonesia diterbitkan pada tahun 2002. Kamus edisi ketiga ini memuat sekitar 78.000 lema.

Selain Pusat Bahasa berbagai pihak lain turut pula menyelenggarakan kamus bahasa Indonesia. Kamus besar Bahasa Indonesia yang patut disebut di sini adalah Kamus Indonesia oleh E. St. Harahap (cetakan ke-9, 1951), Kamus Besar Bahasa Indonesia (1951), oleh Hassan Noel Arifin, Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1954) oleh Sutan Muhammad Zain.

Perkamusan Bahasa Indonesia dalam Alam Kemerdekaan Usaha memantapkan dan menyebarluaskan bahasa nasional, bahasa Indonesia, sesudah kemerdekaan terus dilaksanakan dengan intensif, bukan hanya melalui pendidikan dan peng¬ajaran, melainkan juga melalui penulisan pelbagai jenis buku dalam bidang tata bahasa, ejaan, peristilahan, kesusastraan, dan penulisan yang bersifat sangat teknis ilmiah; tidak ketinggalan pula penyusunan kamus dengan format yang bermacam-macam. Penulisan kamus sedemikian melimpahnya sehingga kata kamus tidak hanya bermakna buku referensi yang berisi khazanah bahasa, tetapi mencakup pula buku referensi me¬ngenai pelbagai macam bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan yang disusun secara alfabetis. Dari masa awal kemerdekaan hingga berakhirnya abad ke-20 ini berpuluh kamus semacam itu beredar di tengah masyarakat. Misalnya, Kamus Istilah oleh S. Takdir Alisjahbana (1949), Kamus Teknik oleh B.S. Anwir (1974), Kamus Istilah Kimia dan Farmasi oleh Institut Teknologi Bandung (1976), Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi oleh H. Johannes (1976), Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia oleh J.S. Badudu (1975), Kamus Linguistik oleh Harimurti Kridalaksana (1982), Kamus Peribahasa oleh Sarwono Pusposaputro (1987), Kamus Singkatan dan Akronim Baru dan Lama oleh Ateng Winarno (1991), Kamus Biologi oleh Mien A. Rivai (1999), Kamus Hukum Belanda-Indonesia oleh M. Thermorshuizen (2000). Tentu saja tidak dapat disebutkan di sini secara lengkap kamus dalam pelbagai bidang yang cukup berperan dalam pemantapan bahasa Indonesia, termasuk kamus bidang ilmu hasil Pusat Bahasa. Dalam dunia perkamusan di Indonesia terbit pula kamus bahasa daerah dengan penjelasan bahasa Indonesia seperti Kamus Dialek Jakarta oleh Abdul Chaer (1976), Kamus Jawa Kuna-Indonesia oleh L. Mardiwarsito (1978), Kamus Bahasa Bali oleh Sri Reshi Anandakusuma (1986), dan puluhan kamus bahasa daerah terbitan Pusat Bahasa. Apabila kita kembali kepada perkamusan bahasa Indonesia, penyusunannya atau pembicaraannya dapat dibagi tiga, yaitu perkamusan Indonesia dalam rangka proyek swasta, per¬kamusan Indonesia yang dilaksanakan di luar Indonesia, dan perkamusan Indonesia oleh Pusat Bahasa (yang akan dibahas dalam pasal penutup di bawah ini). Sejak dahulu banyak kamus diterbitkan atas prakarsa pri¬badi, baik dalam format besar maupun dalam format kecil. Kamus itu mempunyai peranan yang cukup berarti dalam pengembangan bahasa Indonesia. Tiga kamus bahasa Indonesia yang berformat besar patut dicatat di sini, yaitu Kamus Indonesia oleh E. St. Harahap (cetakan ke-9, 1951), Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Hassan Noel Arifin (1951), dan Kamus Moderen Bahasa Indonesia oleh St. Mohammad Zain (1954). Beberapa kamus berformat kecil yang disusun karena mempunyai tujuan terbatas, antara lain, ialah Logat Kecil Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwadarminta (1949), Kamus Bahasaku oleh B.M. Nur (1954), Kamus Saku Bahasa Indo¬nesia oleh Reksosiswojo dkk. (1969), Kamus Bahasa Indonesia untuk Remaja oleh Ali Marsaban dkk. (1974), dan Kamus Sinonim Bahasa Indonesia oleh Harimurti Kridalaksana (1974). Di luar Indonesia perhatian kepada penyelidikan dan peng¬ajaran bahasa Indonesia cukup intensif. Salah satu hasilnya ialah kamus bahasa Indonesia dengan padanan bahasa asing. Kalau dibatasi terbitan mutakhir saja, beberapa di antaranya dapat disebut di sini. Di Prancis diterbitkan Dictionnaire Indonésien-Français oleh P. Labrousse (1984). Di Amerika Serikat diter¬bitkan An Indonesian-English Dictionary oleh John M. Echols dan Hassan Shadily (1963) dan An English-Indonesian Dictio¬nary oleh pengarang yang sama (1975), dan Contem¬porary Indonesian-English Dictionary oleh A. Ed. Schmidgall-Tellings dan Alan M. Stevens (1981) dan Kamus Besar Cina-Indonesia (1995). Di Republik Rakyat Cina diterbitkan Kamus Baru Bahasa Indonesia-Tionghoa oleh Liang Liji (1989). Di Rusia diterbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia-Rusia oleh R.N. Korigidskiy dkk. (1990). Di Negeri Belanda diterbitkan Indonesisch-Nederlands Woordenboek oleh A. Teeuw (1990).

Tahun-tahun terbit yang disebutkan di atas menunjukkan tahun-tahun cetakan pertama buku-buku tersebut. Setiap kamus itu mempunyai sejarah penyusunan dan penerbitan sendiri-sendiri. Hanya karena terbatasnya ruang, dan sama sekali bukan karena tidak menghargai karya itu, kamus bahasa Indonesia yang terbit di negeri lain atau yang berpadanan dengan bahasa lain tidak dapat diperikan di sini. Yang sepatutnya dikemukakan di sini ialah perkembangan perkamusan di Malaysia karena perkem¬bangan bahasa di negeri itu (ternyata juga perkembangan leksi¬kografinya) tidak dapat dilepaskan dari perkembangan bahasa Indonesia. Namun, dengan hanya menyebutkan kamus besar terbitan badan resmi negeri itu, yakni Dewan Bahasa dan Pustaka, yaitu Kamus Dewan oleh T. Iskandar (1970), dan tiadanya kesempatan untuk menyebut kamus-kamus lain, cukup tergambar usaha pemantapan bahasa di negara tetangga yang bahasanya serumpun dengan bahasa Indonesia.

Perkamusan dalam Rangka Pusat Bahasa Sebagai salah satu hasil proyek Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan Universitet Indonesia (instansi yang kemudian menjadi Pusat Bahasa) terbitlah pada tahun 1952 Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwadarminta. Kamus itu merupakan tonggak sejarah dalam pertumbuhan leksikografi Indonesia. Walaupun sifatnya sederhana dan prak¬tis, kamus itu merupakan kamus deskriptif yang pemuatan lema ataupun penjelasan maknanya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kamus itu mengalami cetakan ke-4 sebelum tahun 1976. Pada tahun itu terbit cetakan ke-5 setelah diper¬barui ejaannya dan jumlah lemanya oleh staf Bidang Per¬kamusan dan Peristilahan, Pusat Bahasa. Sebagai usaha untuk meningkatkan mutu leksikografi di Indonesia dan menambah tenaga ahli dalam bidang perkamusan, pada tahun 1974 Lembaga Bahasa Nasional (sekarang Pusat Bahasa) menyeleng¬garakan penataran leksikografi. Penataran itu menghasilkan puluhan spesialis perkamusan yang kemudian berhasil menyusun pelbagai kamus bahasa-bahasa daerah. Para ahli itu kemudian diikutsertakan juga dalam penyusunan kamus bahasa Indonesia "generasi baru". Kamus itu berjudul Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh suatu tim yang dipimpin oleh Sri Sukesi Adiwimarta. Penyusunan kamus itu dimulai pada akhir tahun 1974; bukunya terbit pada tahun 1983. Sayang sekali kamus itu hanya beredar dalam kalangan terbatas. Walaupun telah diusahakan penyusunan kamus yang lebih lengkap daripada Kamus Umum Bahasa Indonesia, kamus ter¬akhir itu belum dapat disebut kamus besar atau kamus baku sebagaimana dicita-citakan oleh para ahli bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Pusat Bahasa membentuk satu tim penyusun kamus besar baru. Maka, bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia V pada tanggal 28 Oktober 1988 di Jakarta terbitlah Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai hasil karya satu tim dengan pemimpin redaksi Sri Sukesi Adiwimarta dan Adi Sunaryo, dengan Kepala Pusat Bahasa, Anton M. Moeliono, sebagai pengawas. Kamus tersebut memperoleh sambutan yang baik, di sam¬ping kecaman yang cukup mendasar. Pusat Bahasa menam¬pung dan mengkaji semua reaksi itu dan memutuskan untuk segera menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua yang disusun oleh tim perkamusan Pusat Bahasa di bawah pimpinan Harimurti Kridalaksana, bersama sekelompok anggota redaksi inti. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua sudah meng¬alami pertambahan jumlah entri yang cukup banyak. Kamus itu sudah cukup lama beredar dan sudah mengalami cetak ulang berkali-kali. Sementara itu, selama kurun waktu yang cukup lama itu kosakata bahasa Indonesia mengalami per¬kembangan yang cukup pesat. Untuk mendokumentasikan kosakata itu, diter¬bitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga yang mengalami: a. penambahan jumlah lema menjadi ± 78.000 buah, b. perbaikan yang menyangkut ketaatasasan, penjelasan lema, pemenggalan kata, dan c. informasi teknis, seperti label bidang ilmu dan informasi yang lain. Jika dilihat dari sudut perkembangan bahasa Indonesia, kamus ini dapat dianggap memadai. Namun, para penyusun menyadari beberapa informasi yang penting yang menyangkut etimologi dan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai pelosok negeri ini belum dapat dimuat di dalamnya karena masih harus dilakukan penelitian yang akan makan waktu beberapa tahun lagi. Memang penyusunan kamus harus didukung oleh pene¬litian yang mendalam dan berkelanjutan.


Referensi

  • Ibrahim bin Ahmad. 2002. Perkamusan Melayu:Suatu Pengenalan. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.
  • Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Lihat juga

Pranala luar