Takwa
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Taqwa / takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj).
Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan allah dan melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga diartikan berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah.
Kedudukan Taqwa : Wasiat seluruh Nabi : 4 : 131 Dan sesungguhnya kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan kamu juga, untuk bertaqwa kepada Allah 26 : 10-11 Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa, "Datangilah kaum yang Zalim itu", Yaitu kaum Fir'aun, mengapa mereka tidak bertaqwa ? 26 : 123-124 Kaum Aad telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Hud berkata, "Mengapa kamu tidak bertaqwa?" 26 :141-142 Kaum Tsamud telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Saleh berkata, " Mangapa kamu tidak bertaqwa ?" 26 : 160-161 Kaum Luth telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Luth berkata, " Mengapa kamu tidak bertaqwa?" 26 :176-177 Kaum Aikah telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Syu'aib berkata, " Mangapa kamu tidak bertaqwa ?" 37 : 123-124 2 : 21, Wahai orang-orang yang beriman, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa
Taqwa sebaik-baik bekal 49 : 73 Persiapkanlah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa 7 ; 26 Taqwa : keselamatan 27 :53 demikianlah telah kami selamatkan orang yang beriman dan mereka itu selalu bertaqwa
Yang diterima dari amal : taqwanya Daging-daging dan darah-darah unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi taqwamulah yang mencapainya Ciri-ciri TAQWA 2 : 2- 5 Itulah kitab yang tiada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang beriman kepada yang ghaib, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizkinya, dan orang-orang yang yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad), dan kepada orang-orang sebelum kamu dan yaqin kepada hari akhir 2 :177 Bukanlah menghadapkan wajahmu ke barat dan ke timur itu suatu kebaikan. Melainkan kebaikan itu ialah barang siapa yang beriman kepada Allah , malaikat, kitab, dan para Nabi, dan memberikan harta yang dicintai kepada kerbat dekat, anak-anak yatim, orang miskin, orang yang dalam perjalanan, dan memerdekakan budak, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat , dan menepati janji apabila berjanji, dan sabar baik dalam kesulitan, penderitaan dan peperangan, yang demikan itulah yang benar, dan yang demikian itu lah orang-orang yang bertaqwa 3 : 133-135 dan bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, Yaitu orang-orang menginfaqkan rizkinya baik dalam kemudahan maupun kesusahan, yang menahan marahnya, dan memaafkan kepada manusia. Dan Allah menyukai orang yang berbuat baik Dan orang-orang yang apabila berbuat kekejian atau zalim kepada diri sendiri, maka ia segera ingat kepada Allah, dan beristighfar kepada Allah atas dosa-dosanya. Dan siapakah yang lebih mengampuni dosa selain Allah ? Kemudian dia tidak meneruskan perbuatannya, meskipun dia mengetahuinya 3 : 15-17 Untuk orang-orang yang bertaqwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri yang suci serta keridaan Allah. dan Allah Maha Melihat hamba-hambanya. Yaitu orang yang berdoa, " ya Tuhan kami, sesunguhnya kami telah beriman, maka ampunilah kami dan peliharalah kami dari siksaan neraka" Dan orang orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) dan memohon ampun di waktu sahur 21 :48- 49 Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang yang bertaqwa, Yaitu orang yang takut akan azab Tuhan mereka sedang mereka tidak melihatnya dan mereka takut akan tibanya hari kiamat 51:15-19 sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam taman-taman dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan mereka di akhir-akhir malam mohon ampun kepada Allah Anugerah bagi Orang Taqwa 8 : 29 Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kamu furqon (petunjuk membedakan baik dan buruk), dan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan menghapus dosa-dosamu 65 : 2-3 Barang siapa bertaqwa kepada Allah, nisaya Allah memberikan kepada mereka jalan keluar (atas segala persoalan), dan diberi rizki dari tempat yang tidak terduga 65 :4 Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusan 65 :5 Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan melipat gandakan pahala baginya 7 ; 96 Jika seandainya penduduk suatu negeri Iman dan taqwa, pastilah Kami akan melipatgandakan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
Keagungan Taqwa “Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya.” . Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yg membuatnya berdosa dan itu dgn meninggalkan apa yg dilarang menjadi sempurna dgn meninggalkan sebagian yg dihalalkan.” Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dgn “menaati perintah dan larangan-Nya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dgn melakukan perbuatan atau meninggalkannya.” Karena itu siapa yg tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa berarti dia bukanlah orang bertakwa. Maka orang yg melihat dgn kedua matanya apa yg diharamkan Allah atau mendengarkan dgn kedua telinganya apa yg dimurkai Allah atau mengambil dgn kedua tangannya apa yg tidak diridhai Allah atau berjalan ke tempat yg dikutuk oleh Allah berarti tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi orang yg membangkang perintah Allah serta melakukan apa yg dilarang-Nya dia bukanlah termasuk orang-orang yg bertakwa. Orang yg menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yg bertakwa. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan “Maknanya barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah dgn melakukan apa yg diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yg dilarang-Nya niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rezeki dari arah yg tidak disangka-sangka yakni dari arah yg tidak pernah terlintas dalam benaknya.” Alangkah agung dan besar buah taqwa itu! Abdullah bin Mas’ud berkata “Sesungguhnya ayat terbesar dalam hal pemberian janji jalan keluar adalah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya.” “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.” . Dalam ayat yg mulia ini Allah menjelaskan seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal yakni iman dan takwa niscaya Allah akan melapangkan kebaikan utk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah. “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan Taurat Injil dan yg diturunkan kepada mereka dari Tuhannya niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yg dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” . Allah mengabarkan tentang ahli kitab ‘Bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yg ada di dalam Taurat Injil pada dan Alquran demikian seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut niscaya Allah memperbanyak rezeki yg diturunkan kepada mereka dari langit dan yg tumbuh utk mereka dari bumi. Syekh Yahya bin Umar al-Andalusi berkata “Allah menghendaki wallahu a’lam bahwa seandainya mereka mengamalkan apa yg diturunkan di dalam Taurat Injil dan Alquran niscaya mereka memakan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Maknanya wallahu’alam niscaya mereka diberi kelapangan dan kesempurnaan ni’mat dunia” Dalam menafsirkan ayat ini Imam al-Qurthubi mengatakan “Dan sejenis dgn ayat ini adl firman Allah “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yg tidak disangka-sangkanya.” . “Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di atas jalan itu benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yg segar .” . “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi.” . Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat di atas Allah menjadikan ketakwaan di antara sebab-sebab rezeki dan menjanjikan utk menambahnya bagi orang yg bersyukur. Allah berfirman “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan ni’mat-Ku atasmu.” . Oleh krn itu tiap orang yg menginginkan keluasan rezeki dan kemakmuran hidup hendaknya ia menjaga dirinya dari segala dosa. Hendaknya ia menaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga hendaknya ia menjaga diri dari yg menyebabkan berhak mendapat siksa seperti melakukan kemungkaran atau meninggalkan kebaikan. Sumber Diadaptasi dari Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an & As-Sunnah Dr.Fadhl Ilahi Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Taqwa : Mutiara Penuh Pesona Surat Ali’Imran Ayat 133: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu (Allah SWT) dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang taqwa (muttaqin).
Allah SWT menguraikan tanda-tanda orang yang taqwa, dalam Surat Ali’Imran Ayat 134:
(yaitu) Orang-orang yang berinfaq (karena Allah SWT), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mereka yang pemaaf terhadap (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Marilah terlebih dahulu kita coba memahami apakah itu Taqwa. Taqwa memiliki tiga tingkatan.
Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Didalam pengertian ini semua orang beriman tergolong taqwa meskipun mereka masih terlibat beberapa dosa.
Kedua : Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi.
Ketiga : orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi lagi.
Allah SWT menjelaskan dalam Surat Ali’Imran Ayat 102: Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim (beragama Islam)
Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang benar-benar taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan lapang maupun sempit. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT adalah jalan-hidup mereka. Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari kesulitan (bala’) kehidupan lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini.
Lebih dari itu, seseorang yang suka menolong orang lain tidak akan mengambil atau memakan harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat kebaikan bagi sesamanya. ‘Aisyah RA sekali waktu pernah menginfaqkan sebutir anggur karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi. Beberapa muhsinin (orang yang selalu berbuat baik) menginfaqkan sebutir bawang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Selamatkanlah dirimu dari api nereka dengan berinfaq, meskipun hanya dengan sebutir kurma. (Bukhari & Muslim)
Didalam “Tafsir Kabir” Imam Razi diceritakan bahwa suatu kali Nabi Muhammad SAW mengajak umatnya untuk berinfaq. Beberapa dari mereka memberikan emas dan perak. Seseorang datang hanya menyerahkan kulit kurma, “Saya tak memiliki selain ini.” Seorang lain lagi mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Saya tak punya apapun untuk diinfaqkan. Saya infaqkan harga-diri saya. Jika ada seseorang menganiaya atau mencaci-maki saya, saya tidak akan marah.” Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran bahkan orang miskin pun terbiasa memberikan apapun yang dia miliki untuk menolong orang lain di masa hidup Rasulullah SAW.
Ayat diatas tidak menjelaskan apa yang harus diinfaqkan. Berinfaq tidak hanya berarti sebagian dari hartanya tetapi juga waktu dan keahlian. Ada kebijaksanaan yang besar dalam penjabaran mengenai mukmin yang shaleh yang berinfaq dikala lapang maupun sempit. Kebanyakan orang melupakan Allah SWT ketika berada dalam keadaan sangat lapang. Mereka juga lupa kepada Allah SWT dikala sempit karena terlalu larut dalam kesedihan menanggung kesempitannya.
Awal surat Al Baqarah memberikan petunjuk bagi kita tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa. Salah satu diantaranya adalah mereka yang menafkahkan Rizqi yang dianugrahkan kepadanya di jalan Alloh. "Alif Laam Miim.Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (QS Al Baqarah 2:1-3)
Sedangkan ganjaran pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh akan dilipat gandakan sebagaimana disebutkan pada ayat berikut. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah 2:261)
Lalu bagaimana cara menafkah harta sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya ? Secara global Al Qur'an menerangkan sebagai berikut. "Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya." (QS Al Baqarah 2:215)
Secara lebih detil Rasululloh SAW Sang Uswatun Hasanah memberikan petunjuk sebagai berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. menceritakan seorang petani yang diberkahi usaha dan hartanya, dan beliau bersabda; “……., maka sesungguhnya aku memperhitungkan hasil yang didapat dari kebun ini, lalu aku (1) bersedekah dengan 1/3 (sepertiganya), dan aku (2) makan beserta keluargaku (biaya konsumsi) 1/3 (sepertiganya) lagi, kemudian aku (3) kembalikan (untuk menanam lagi) 1/3 (sepertiganya).” hadis No. 2984 Kitab Sahih Imam Muslim; Zuhud & Kelembutan Hati, Bab Sedekah terhadap orang-orang miskin, yang dimasukkan sebagai hadis ke 19 dalam kitab Riyadus Shalihin Bab 60 tentang Kedermawanan oleh Imam Nawawi.
Nabi Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bersedekahlah kamu! Seorang laki-laki bertanya : Saya punya satu dinar. Nabi bersabda: Sedeqahkanlah itu untuk dirimu sendiri. Laki-laki itu berkata: Saya punya satu dinar lagi, Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk istrimu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk anak-anakmu. Padaku masih ada satu dinar lagi: Nabi bersabda: Sedeqahkanlah untuk pembantumu. Padaku masih ada satu dinar lagi, Nabi bersabda: Kamu mengetahui dengannya ” [HR Abu Dawud, Nasa'i dan Imam Hakim menshahihkannya. Lihat: Fiqhus Sunnah Sayyid Sabiq bab Shadaqah Tathawu']
Dari keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menafkahkan rizqi berupa harta kita hendaknya mengikuti proporsi yang telah disampaikan oleh Rasululloh yaitu. - 1/3 bagian untuk modal kerja. - 1/3 bagian untuk nafkah konsumsi pribadi/keluarga. Pos ini termasuk di dalamnya ada komponen orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. - 1/3 bagian untuk sedeqah. Pos ini secara lebih detil bisa dibagi lagi menjadi. - 1/5 untuk diri sendiri - 1/5 untuk istri - 1/5 untuk anak-anak - 1/5 untuk orang-orang yang membantu kita - 1/5 untuk lain-lain
Petunjuk proporsi cara menafkahkan rizqi tersebut, kalau kita lihat ternyata tidak hanya berlaku bagi rizqi berupa harta saja, namun bisa rizqi berupa apa saja, misal umur, waktu, ilmu, kasih sayang dan sebagainya. Sebagai ilustrasi saja, bisa benar bisa salah, wa Allohu 'alam.. Rizqi Umur. Umur Rasululloh adalah 63 tahun, kalau kita lihat berdasarkan proporsi di atas, terlihat periode 1/3 bagian (1-20 tahun) bisa dikatakan sebagai perode pengumpulan modal, 1/3 bagian (20-40) bisa dikatakan sebagai periode konsumsi keluarga, 1/3 bagian (40-63) sebagai periode sedeqah. Bagaimanakah dengan umur kita? Rizqi Waktu. Waktu kita dalam sehari 24 jam, kalau dibagi berdasarkan proporsi di atas, 1/3 bagian (8 jam) untuk modal kerja, 8 jam untuk konsumsi keluarga, dan 8 jam untuk sedeqah untuk pemberdayaan. Rizqi Ilmu, Di dalamnya ada 1/3 bagian ilmu untuk modal menambah ilmu lagi, 1/3 bagian ilmu untuk dimanfaatkan bagi kebaikan diri, 1/3 bagian ilmu untuk disedeqahkan dengan dakwah Rizqi kasih sayang, 1/3 bagian untuk meningkatkan kasih sayang Alloh kepada kita, 1/3 bagian untuk dinikmati dan disyukuri, 1/3 bagian untuk disedeqahkan dengan silaturahim.
Bahkan dalam bisnis, misal perdagangan juga mengikuti proporsi ini, dalam komponen harga suatu barang akan meliputi 1/3 bagian adalah ongkos produksi (modal), 1/3 bagian adalah keuntungan produsen (konsumsi), 1/3 bagian adalah keuntungan distributor (sedeqah).
Subhanalloh, sungguh Alloh benar-benar telah memberikan tuntunan yang demikian sempurna bagi kita untuk dapat mengemban amanah khalifah fil ard. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap rizqi yang kita terima dari Alloh, pasti ada dimensi hak-hak orang lain di dalamnya. Mudah-mudahan kita dapat mengemban seluruh amanah Rizqi dalam bentuk apapun yang dititipkan kepada kita ini dengan baik, sehingga tidak ada satupun hak-hak orang lain yang tidak terpenuhi karena kelalaian kita. Karena bagaimanapun itu akan menjadi hutang kita, yang pasti akan ditagih di akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian tahu siapa orang yang mengalami kebangkrutan (muflis) itu?” Para sahabat yang ditanya menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak memiliki uang dan kekayaan”. Rasulullah menanggapi, “Seorang yang muflis dari umatku ialah yang mempunyai simpanan pahala shalat, puasa, dan zakat namun ia telah menghina seseorang, memberi tuduhan kepada orang lain, mengambil harta bukan miliknya pernah membunuh, dan memukul si ini dan itu. Ia akan disidangkan di hadapan peradilan Allah, dan diberi hukuman sepadan dengan kesalahannya, yang mengurangi kebiujakan-kebijakannya. Apabila kebajikan-kebajikannya dikurangi sampai habis sebelum dapat menutup dan melunasi kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, kesalahan-kesalahan orang lain ditimpakan kepadanya, sehingga ia dimasukan ke neraka”. Tirmidzi berkata, “Hadits ini termasuk hasan sahih”.
Dari dia juga diriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda, “Allah memberikan rahmat-Nya kepada seseorang, yang dulu dianiaya kehormatannya dan hartanya diambil secara tidak sah oleh orang lain. Orang yang menganiaya dirinya datang kepadanya untuk minta maaf sebelum diambil --yakni bukan uang atau kekayaan, melainkan pahala kebajikan-kebajikannya darinya kepada si teraniaya. Jika kebaikan-kebaikan yang ada padanya telah habis, dosa-dosa si teraniaya itu ditimpakan kepadanya”. Tirmidzi berkata, “Riwayat ini termasuk hadits hasan sahih”.
Dari Abu Hurairah juga, bahwa Rasulullah SAW memperingatkan, “Pada hari kiamat, hak-hak seseorang pasti akan ditunaikan, sampai-sampai peradilan domba yang tidak bertanduk yang mendapat yang mendapat kesusahan dari domba yang bertanduk. Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits-hadits Hasan Sahih. (Lihat: Jami’al-Tirmidzi, juz vii, halaman 98 hadits no: 1049 (Tuhfat al-Ahwa))
Inilah yang menyebabkan para sahabat ketakutan dan menangis waktu ditunjuk menjadi pemimpin/amir, karena terbayang betapa besarnya tanggung jawabnya, terbayang betapa banyaknya orang-orang yang berhak atas dirinya. Seandainya dia tidak bisa menunaikan hak-hak orang-orang tersebut, betapa besar hutang yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh kelak.
Allah SWT menyatakan bahwa tanda ketaqwaan mukmin yang ke-dua ialah mereka dapat mengendalikan amarah. Tanda ke-tiga, selain mengendalikan amarah mereka juga memaafkan kesalahan orang lain dengan sepenuh hati. Terakhir (ke-empat), yang tidak kalah pentingnya, mereka bersikap baik terhadap sesama manusia.
Memaafkan orang lain akan mendapatkan pahala yang besar di Hari Pembalasan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan pengumuman di Hari Pembalasan, barang siapa yang memiliki hak atas Allah SWT agar berdiri sekarang. Pada saat itu berdirilah orang-orang yang memaafkan orang-orang kejam yang menganiaya mereka.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barang siapa berharap mendapatkan istana yang megah di surga dan berada di tingkatan yang tinggi dari surga, hendaknya mereka mengerjakan hal berikut ini: 1.Memaafkan orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka. 2.Memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberi hadiah kepada mereka. 3.Jangan menghindari pertemuan dengan orang-orang yang dengan sengaja memutuskan hubungan dengan mereka.
Dalam kesempatan ini kita saling mengingatkan agar sesama Muslim hendaknya saling memberi hadiah sesering mungkin sesuka mereka. Hal ini hendaklah menjadi kebiasaan, dan janganlah membatasi di hari-hari spesial sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang tidak beriman pada perayaan tertentu atau moment tertentu.
Allah SWT memberi petunjuk dengan sangat indah bagaimana hendaknya kita berperilaku terhadap musuh-musuh kita yang paling jahat dalam Surat Fushshilat : 34
Tidaklah sama perbuatan baik dengan perbuatan jahat. Jika kamu membalas perbuatan jahat dengan kebaikan, maka musuh-musuhmu yang paling keras akan menjadi teman karib dan sejawatmu.
Teladan mulia yang dapat kita ambil dari ulama besar, dimana ada seseorang berbuat kasar dan mencaci-maki Imam Abu Hanifah. Beliau tidak membalas dengan sepatah-katapun padanya. Ia pulang ke rumah dan mengumpulkan beberapa hadiah, lalu pergi mengunjungi orang tersebut. Beliau memberikan hadiah-hadiah itu kepadanya dan berterimakasih atas perlakuan orang itu kepadanya seraya berkata: “Kamu telah berbuat untukku hal yang sangat aku sukai, yaitu memindahkan catatan perbuatan baikmu menjadi catatan perbuatan baikku dengan cara berlaku kasar seperti tadi kepadaku.”
Lebih lanjut Allah SWT berfirman di dalam Surat Ali’Imran Ayat 135 dan 136, menambahkan tanda-tanda ketaqwaan orang-orang beriman.
Ketika mereka (orang-orang beriman) itu terlanjur berbuat maksiat, jahat dan aniaya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Allah. Dan mereka tidak tetap berbuat aniaya ketika mereka mengetahui. Untuk mereka balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka, dan surga yang mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala atas amal-perbuatan mereka.
Perhatikanlah bahwa dalam ayat ini ampunan Allah SWT mendahului balasan masuk surga. Maka, dari ayat ini jelaslah bahwa untuk masuk surga haruslah melalui ampunan dan rahmat atau kasih-sayang Allah SWT dan bukan tergantung pada amal-perbuatan kita saja. Untuk mendapat ampunan Allah hendaklah banyak membaca Sayyidul Istighfar
Perlu juga kita garis-bawahi, Allah SWT berfirman bahwa bobot surga itu jauh lebih berharga dari gabungan bumi dan seluruh langit. Hal ini bisa memberikan pengertian lain dari ayat ini. Jika lebar surga sama dengan lebar langit dan bumi, bagaimanakah dengan panjangnya, sedangkan ukuran panjang selalu lebih besar daripada lebar. Singkat kata, ayat ini memberikan pernyataan bahwa surga itu telah dipersiapkan bagi orang-orang beriman yang telah mencapai tingkat taqwa.
Menurut beberapa ulama muslim yang termasyhur, surga itu berada di atas langit ke-tujuh dan jiwa para syuhada telah menikmati surga sebagai hasil dari perjuangan mereka.