Lawang Sewu merupakan bangunan tua di kota Semarang. Bangunan ini dijuluki Lawang Sewu ( pintu seribu ) karena memiliki banyak pintu
disamping busur - busur yang mengesankan rongga, yang memenuhi facade bangunan ini. Komplek lawang Sewu terdiri tas dua massa bangunan
utama. yang disebelah barat berbentuk "L" dengan pertemuan kakinya menghadap Tugumuda, dan yang sebelah timur merupakan masa linier
membujur dari barat ke timur. Semua bangunan berlantai dua . Sudut pertemuan kaki "L" merupakan daerah pintu masuk yang diapit oleh
dua menara yang pada bagian atasnya membentuk copula bersegi delapan bertudung kubah. bangunan lawang sewu ini dirancang oleh arsitek
C.Citroen dari Firma J.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag pada awal abad ini untuk NIS, perusahaan kereta api pertama di Jawa. Sebelum
kemerdekaan , bangunan ini menghadap ke Taman Wilhelmina yang mempunyai tempat bermain musik. Di depannya dulu melintas rel trem
kota Semarang, jurusan Bulu - Jomblang. Foto udara yang diambil pada tahun 1927 masih memperlihatkan jalur perangkutan ini. Setelah
mempelajari secara cermat iklim di Nusantara, para arsitek mulai mengadakan pendekatan design yang sesuai dengan kondisi iklim
setempat, sehingga arsitektur pada pergantian abad ini menjadi arsitektur yang kontektual yang disebut Indische. Pada saat
berlangsungnya Pertempuran Lima Hari di Semarang pada bulan Oktober 1945, halaman depan Lawang Sewu menjadi menjadi ajang pertempuran
dan banyak pejuang kita yang dibantai di sana. tak selang lama maka, didirikan sebuah prasasti di sana. Prasasti ini masih ada sampai
sekarang. bangunan Lawang Sewu sekarang berada dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. karya arsitektur yang bernilai tinggi seolah
disia-siakan karena tidak sepenuhnya berfungsi.