Kabupaten Sinjai
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Desember 2013) |
Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sinjai. Kota Sinjai berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 225.000 jiwa.
Kabupaten Sinjai | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Sinjai Bersatu | |
Koordinat: 5°11′57″S 120°09′16″E / 5.1993°S 120.1544°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | 20 Oktober 1959 |
Dasar hukum | UU No. 29 Tahun 1959 |
Ibu kota | Sinjai |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Sabirin Yahya,S.Sos |
Luas | |
• Total | 819,96 km2 (31,659 sq mi) |
Populasi ((2010)) | |
• Total | 228.879 |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode Kemendagri | 73.07 |
APBD | - |
DAU | Rp. 474.528.814.000.- |
Situs web | http://www.sinjaikab.go.id/ |
Sejarah
Kabupaten Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan yakni Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang terjadi di antara mereka.
Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai pada masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya.
Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya "PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO" artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia dia digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.
Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.
Agresi Belanda tahun 1559 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.
Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya Belanda untuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-Bulo untuk melakukan perang terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap berpegang teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG ( PUANG CELLA MATA) Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengizinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolak dengan tegas.
Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembangian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinjai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.
Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.
Dan pada tanggal 17 Pebruari 1960 Abdul Lathief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingak II Sinjai yang Pertama.
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 8 (delapan) orang putra terbaik dan saat ini Kabupaten Sinjai dipimpin oleh Bapak H. Sabirin Yahya, S.Sos.
Motto : Sinjai Bersatu
Sinjai Bersatu adalah motto Kabupaten Sinjai. Motto ini memiliki makna yang dalam dan merupakan harapan, tekad serta keinginan masyarakat Sinjai. Motto ini juga menggambarkan keinginan masyarakat Sinjai untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam pembangunan daerah pada berbagai aspeknya. Sinjai Bersatu juga merupakan dua kata yang dirangkai dari kata Sinjai yang menunjukkan bumi dan masyarakat Sinjai, sedangkan BERSATU selain makna dan harapan menunjukkan keinginan untuk membangun dan mempertahankan kebersamaan, persatuan kesatuan, juga memiliki makna khusus dalam bentuk huruf yang merangkainya kata BERSATU yaitu :
Huruf B = Bersih
- Bersih hati dan niat untuk bersatu padu memajukan bangsa dan daerah serta bersih untuk mementingkan kelompok dan diri sendiri.
- Bersih pikiran dari hal-hal yang negatif dan dapat merugikan orang lain, dan sebaliknya selalu berfikir kreatif dan produktif.
- Bersih lingkungan dalam arti masyarakat Sinjai cinta dan bertekad untuk mewujudkan Sinjai yang bersih dari sampah, polusi dan limpah.
Huruf E = Elok
Masyarakat Sinjai ialah masyarakat yang memiliki keramahtamahan, bersahabat serta mendambakan lingkungan sekitar yang asri, cantik sehingga elok dipandang mata baik lahir maupun batin.
Huruf R = Rapi
Bahwa apa yang telah bersih dan Rapi itu perlu tetap terpelihara secara berkesinambungan, dapat lebih tertata rapi dan apik. Untuk itu perlu pula adanya kebersatuan masyarakat berupa organisasi kecil yang rapi pula baik ditingkat Dasa Wisma atau RT dan RW yang bertanggungjawab mengatur dan menjaga kerapian setiap tenpat atau lokasi yang telah ditetapkan bersama.
Huruf S = Sehat
Karena masyarakat sudah bersatu hati, pikiran dan gerakan untuk hidup bersih, elok dan rapi, maka dengan sendirinya akan terciptalah masyarakat yang sehat. Sehat dalam arti yang sebenarnya yaitu sehat jiwa dan mentalnya, sehat fisik dan tubuhnya serta sehat pergaulan lingkungan sosialnya. Maka bila masih ada anggota masyarakat yang belum mampu hidup sehat dan perlu bantuan biaya pengobatan dan lain-lain maka masyarakat haruslah bersatu untuk membantu melalui pengumpulan Dana Sehat Masyarakat Sinjai, yang dalam awal tahun ini dikembangkan menjadi program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA).
Huruf A = Aman
Aman adalah sebuah kata yang “ paripurna” dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, sebab meskipun masyarakat hidup sehat dalam arti yang utuh, tanpa rasa aman maka itu tidak berarti apa-apa, karena itu kata ini tidaklah dipilih sekedar simbol tetapi ia menjadi komitmen sebagai bentuk jaminan pemerintah dan masyarakat untuk selalu memelihara, menjaga dan selalu berupaya untuk menciptakan rasa aman itu, mulai dari lingkungan terkecil sekalipun.
Huruf T = Tekun
Tekun atau ketekunan adalah suatu semangat atau roh yang ada dan terus dipelihara oleh individu-individu dalam masyarakat Sinjai, karena hanya dengan melalui ketekunan itulah semua upaya dan cita-cita baik secara pribadi ataupun bersama-sama (bersinergi) diyakini dapat diwujudkan. Karena itu ketekunan identik dengan kerja keras. Semangat inilah yang selama ini terpelihara sebagai warisan kearifan dari para pendahulu dengan motto : RESOPA TE MANGINGI MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA. (Hanya dengan kerja keras mudah mendapatkan rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa)
Huruf U = Unggul
Memasuki era kompetisi saat ini dan yang akan datang, maka kata unggul atau keunggulan itu adalah merupakan suatu keharusan yang harus diciptakan sebagai kekuatan baru agar tetap survive. Menjadi suatu keyakinan bersama bahwa jika masyarakat hidup sehat dalam suasana aman dan tekun dalam bekerja dan belajar akan melahirkan inovasi-inovasi baru, yang nantinya menjadi embrio dari suatu keunggulan. Unggul tentunya tidak dalam segala hal, sebab juga diyakini oleh pemerintah dan masyarakat memiliki keterbatasan-keterbatasan di luar kendalinya. Tetapi yang pasti bahwa keunggulan yang diinginkan adalah unggul atau cerdas dalam mengelola potensi sumber daya yang dimilikinya. SINJAI BERSATU sebagai motto, kini telah menjadi semacam “ brand image” masyarakat dan pemerintah. Untuk menyebut kata Sinjai misalnya, dalam wacana-wacana tertentu sebagai penggugah semangat, tidaklah lengkap tanpa kata BERSATU.
Pemerintahan
Bupati
- Mayor Inf Andi Abdul Lathief (1960 - 1963)
- Andi Azikin (1963 - 1967)
- Drs. H. Muh. Nur Thahir (1967 - 1971)
- Drs. H. Andi Bintang (1971 - 1983) 2 Periode
- H. Andi Arifuddin Mattotorang, SH (1983 - 1993) 2 Periode
- H. Mohammad Roem, SH, M.Si (1993 - 2003) 2 Periode
- H. Andi Rudiyanto Asapa, SH, LLM (2003 - 2013) 2 Periode
- H. Sabirin Yahya, S.Sos ( 2013-sekarang )
Wakil Bupati
- Nursyamsu Mus, S.Sos (2003-2008)
- Andi Massalinri Lathief, S.Sos (2008-2013)
- H. Andi Fajar Yanwar, SE ( 2013-sekarang )
Iklim
Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April - Oktober , dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April. Selain itu ada 3 (tiga) type iklim (menurut Schmidt & Fergusson) yang terjadi dan berlangsung di wilayah ini, yaitu iklim type B2, C2, D2 & type D3.
- Zona dengan iklim type B2 dimana bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan berturut – turut , sedangkan bulan kering berlangsung 2 – 4 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Sinjai Timur & Sinjai Selatan .
- Zona dengan iklim type C2, dicirikan dengan adanya bulan basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan, sedangkan bulan keringnya berlangsung selama 3 – 5 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan. Sinjai Timur , Sinjai Selatan & Sinjai Tengah
- Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah selama 3 – 4 bulan & bulan keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan. Penyebarannya meliputi wilayah bag. Tengah Kabupaten Sinjai , yaitu sebagian kecil wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan & Sinjai Barat.
- Zona dengan iklim type D3, bercirikan dengan berlangsungnya bulan basah antara 3 – 4 bulan ,& bulan kering berlangsung antara 3 – 5 bulan . Penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan. Sinjai Barat, Sinjai Tengah & Sinjai Selatan
Dari keseluruhan type iklim yang ada tersebut , Kabu paten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara 2.000 - 4.000 mm / tahun, dengan hari hujan yang bervariasi antara 100 – 160 hari hujan / tahun.
Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 - 87 persen, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 21,1oC - 32,4oC.
Demografi
Hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Kabupaten Sinjai berjumlah 228.879 jiwa. Dengan Kepadatan penduduk 286 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun 0,79 persen/tahun. Berikut adalah penduduk Kabupaten Sinjai, per Kecamatan Tahun 2010 :
- Kecamatan Sinjai Barat : 22.985 jiwa
- Kecamatan Sinjai Borong : 15.901 jiwa
- Kecamatan Sinjai Selatan : 37.055 jiwa
- Kecamatan Tellu Limpoe : 31.448 jiwa
- Kecamatan Sinjai Timur : 28.971 jiwa
- Kecamatan Sinjai Tengah : 25.966 jiwa
- Kecamatan Sinjai Utara : 43.467 jiwa
- Kecamatan Bulupoddo : 15.681 jiwa
- Kecamatan Pulau Sembilan : 7.405 jiwa
Ekonomi
Pertanian
Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai adalah lada dan coklat. Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali di kecamatan Pulau Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249 hektare dengan jumlah produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektare dan hasil panen per tahun mencapai 2.129 ton. Sinjai mengkespor coklat-coklat ini ke Eropa.[1]
Kondisi geografis
Sinjai secara geografis terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau Buton.
Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba (di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .
Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha).
Daftar Kecamatan
Secara administratif, Kabupaten Sinjai mencakup 9 (sembilan) kecamatan, 13 kelurahan dan 67 desa, yaitu:
- Kecamatan Sinjai Utara, 6 kelurahan
- Kecamatan Sinjai Timur, 1 kelurahan dan 12 desa
- Kecamatan Sinjai Tengah, 1 kelurahan dan 10 desa
- Kecamatan Sinjai Barat, 1 kelurahan dan 8 desa
- Kecamatan Sinjai Selatan, 1 kelurahan dan 10 desa
- Kecamatan Sinjai Borong, 1 kelurahan dan 7 desa
- Kecamatan Bulupoddo, 7 desa
- Kecamatan Tellu Limpoe, 1 kelurahan dan 10 desa
- Kecamatan Pulau Sembilan, 4 desa yang merupakan wilayah kepulauan
Referensi