Raja Kepulauan Cocos (Keeling)
Raja Kepulauan Cocos adalah sebuah gelar, yang awalnya adalah julukan dari pers[1] namun belakangan diklaim sendiri oleh John Clunies-Ross, seorang kapten kapal asal Skotlandia beserta para keturunannya.
Asal muasal
John Clunies-Ross adalah seorang pelaut keturunan Skotlandia; ia dan keluarganya berasal dari Kepulauan Shetland.[2]
Mansion
Mansion tempat kediaman keluarga besar Clunies-Ross di Kepulauan Cocos bernama "Oceania House"", dengan fasilitas delapan kamar tidur, aula ruang dansa, tangga spiral, panel kayu jati, serta taman-taman bertembok seluas 12 hektar.[3] Mansion tersebut serta perumahan penduduk keturunan Eropa berada di Pulau Home, terpisah dari perumaha keturunan Melayu Cocos yang berada di West Island.[3]
Di Kepulauan Cocos (Keeling)
Alexander Hare, seorang petualang Inggris, pada tahun 1926 memutuskan untuk memanfaatkan Kepulauan Cocos (Keeling) yang saat itu tidak berpenghuni sebagai tempat produksi kopra kelapa.[4] Hare membawa 98 orang budak dan gundik yang berasal dari Bali, Bima, Sulawesi, Madura, Sumbawa, Timor, Sumatera, Borneo, Malaka, Penang, dan Jawa (Batavia, Cirebon, Tasikmalaya); serta masing-masing seorang asal Papua dan Mozambik.[4] John Clunies-Ross, mantan pegawai Hare, mulai menetap pula di sana pada tahun 1827, dan ia membawa 21 orang, di mana setidaknya 18 orang berasal dari Britania dan 1 orang dari Jawa.[4] Tahun-tahun berikutnya beberapa orang keturunan Eropa dan Indonesia didatangkan lagi, sehingga pada tahun 1829 komposisinya adalah 175 orang, di mana 155 orang adalah keturunan Indonesia.[4]
Aneksasi oleh Britania dilakukan pada tahun 1857, dan kemudian pekerja didatangkan dari Banten, pelabuhan-pelabuhan Jawa Tengah, dan Madura.[4] Tahun 1874, jumlah pekerja Banten mencapai 198 orang dan Melayu Cocos sejumlah 292 orang.[4] Pada tahun 1886 Ratu Victoria menganugerahkan kepulauan tersebut untuk selamanya kepada Keluarga Clunies-Ross.[3] Pemukiman komunitas Banten dan Melayu Cocos kemudian bergabung pada tahun 1920-an.[4]
Di bawah kepemimpinan Keluarga Clunies-Ross, Kepulauan Cocos relatif tidak terpengaruh Perang Dunia II, kecuali saat Jepang menjatuhkan bom dan ditempatkannya garnisiun sementara Britania di Pulau Home.[4] Tahun 1947 populasi telah mencapai 1.814 orang, dan mulailah diadakan migrasi ke Pulau Christmas, Singapura, Sabah, dan Australia Barat. Pada tahun 1948, Perdana Menteri Australia dari Partai Buruh Gough Whitlam mengundang sebuah misi PBB untuk berkunjung ke kepulauan tersebut, yang menyebabkan dikeluarkannya kecaman atas perlakuan Keluarga Clunies-Ross terhadap para pekerjanya sebagai "anakronistik dan feodal".[3]
Australia telah menjalankan administrasi kepulauan tersebut sejak tahun 1955.[4] Kepemilikan terhadap kepulauan tersebut tetap diklaim oleh para keturunan John Clunies-Ross, hingga tahun 1978 di saat John Cecil Clunies-Ross menjual kepulauan tersebut (di bawah ancaman pengambil alihan) kepada Persemakmuran Australia senilai A$6.25m (sekitar £10m saat itu).[3] Akibat program migrasi yang dijalankan, pada tahun 1979 populasi sudah turun menjadi 235 orang saja.[4] Sebuah jajak pendapat yang disponsori PBB dilaksanakan pada tahun 1984, dan penduduk kepulauan diminta memilih apakah ingin merdeka, berasosiasi bebas dengan Australia, atau integrasi menyeluruh dengan Australia; dan para penduduk memilih pilihan ketiga.[3]
Keturunan saat ini
John Cecil Clunies-Ross menempuh pedidikan di sekolah umum di Inggris, dan ia saat ini menetap di Perth, Western Australia.[3] Setelah penjualan dan serah-terima kekuasaan terjadi, ia pergi kepengasingan di Perth dan menginvestasikan uangnya di sebuah perusahaan pelayaran, namun bisnisnya runtuh pada tahun 1986, dan mansion keluarga Ocean House dijual untuk menutupi kerugiannya.[3] Pemerintah Australia memboikot perusahaan tersebut.[3]
According to Mr Clunies-Ross: "They wanted to break us economically as well as politically, and they didn't care if they bankrupted us in the process." Oceania House had to be sold to pay off debts, and now belongs to a former Perth taxi driver.
Anaknya John George Clunies-Ross (lahir 1957) tinggal di West Island.[5]
Daftar raja
Raja | Gelar | Lahir-wafat | Awal | Akhir |
---|---|---|---|---|
John Clunies-Ross | Ross I | 1786–1854 | 1827 | 26 Mei 1854 |
John George Clunies-Ross | Ross II | 1823–1871 | 26 Mei 1854 | 8 Juni 1871 |
George Clunies-Ross | Ross III | 1842–1910 | 8 Juni 1871 | 7 Juli 1910 |
Sydney Clunies-Ross | Ross IV | 1868–1944 | 7 Juli 1910 | 14 Agustus 1944 |
John Cecil Clunies-Ross | Ross V | 1928– | 14 Agustus 1944 | 1 September 1978[6] |
Referensi
- ^ Long, Edward E. (3 October 1903). "King of the Cocos Island". Timaru Herald, Volume LXXIX, Page 2 (Issue 12187). Via Government of New Zealand. Diakses tanggal 15 February 2015.
- ^ Sir John Waters Kirwan. My Life's Adventure. Hayes Barton Press. hlm. 141. ISBN 9781593776671, 1593776675.
- ^ a b c d e f g h i Kathy Marks (2011-09-22). "Scottish clan that wants its tropical paradise returned".
- ^ a b c d e f g h i j Alexander Adelaar, D.J. Prentice (1996). Stephen A. Wurm, Peter Mühlhäusler, Darrell T. Tryon, ed. Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the Americas. 13 dari Trends in Linguistics Documentation [TiLDOC]. Walter de Gruyter. hlm. 686. ISBN 9783110819724, 3110819724.
- ^ The man who lost a 'coral kingdom'
- ^ "Cocos Islands (State)". 10 December 2012. Diakses tanggal 11 April 2015.