Kabupaten Aceh Tengah

kabupaten di Indonesia, di pulau Sumatera

4°31′N 96°52′E / 4.517°N 96.867°E / 4.517; 96.867 Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kotanya adalah Takengon, sebuah kota kecil berhawa sejuk yang berada di salah satu bagian punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera.

Kabupaten Aceh Tengah
Daerah tingkat II
Motto: 
Keramat Mupakat
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Tengah di Sumatra
Kabupaten Aceh Tengah
Kabupaten Aceh Tengah
Peta
Kabupaten Aceh Tengah di Indonesia
Kabupaten Aceh Tengah
Kabupaten Aceh Tengah
Kabupaten Aceh Tengah (Indonesia)
Koordinat: 4°20′00″N 96°20′00″E / 4.3333°N 96.3333°E / 4.3333; 96.3333
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Ibu kotaTakengon
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 14
  • Kampung: 295
Pemerintahan
 • BupatiIr. H. Nasaruddin, M.M.
Luas
 • Total445,404,13 km2 km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 ((2010)[1])
 • Total213.732 Jiwa
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1106 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0643
Kode Kemendagri11.04 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp718.033.147.247
PAD73.668.285.472
DAURp513.863.035.000.-
Situs webwww.acehtengahkab.go.id

Geografi

Kabupaten Aceh Tengah berada di kawasan Dataran Tinggi Gayo. Kabupaten lain yang berada di kawasan ini adalah Kabupaten Bener Meriah serta Kabupaten Gayo Lues. Tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren, dan Simpang Tiga Redelong. Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang sangat indah. Pada masa lalu daerah Gayo merupakan kawasan yang terpencil sebelum pembangunan jalan dilaksanakan di daerah ini.

Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 kecamatan yang terdiri dari 295 kampung yaitu: [2]

No. Kecamatan Jumlah Kampung Kode Pos
1 Atu Lintang 11 24563
2 Bebesen 28 24552
3 Bies 12 24561
4 Bintang 24 24571
5 Celala 17 24562
6 Jagong Jeget 10 24563
7 Kebayakan 20 24517 - 24519
8 Ketol 25 24562
9 Kute Panang 24 24568
10 Linge 26 24563
11 Laut Tawar 18 24511 - 24516
12 Pegasing 31 24561
13 Rusip Antara 16 24562
14 Silih Nara 33 24562

Batas wilayah

Utara Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen
Timur Kabupaten Aceh Timur
Selatan Kabupaten Gayo Lues
Barat Kabupaten Pidie dan Kabupaten Nagan Raya

Sejarah

Zaman Hindia Belanda

Kedatangan kaum kolonial Hindia Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan Tanah Gayo yang sangat cocok untuk budidaya kopi arabika, tembakau dan damar. Pada periode itu wilayah Kabupaten Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial Hindia Belanda tersebut di kawasan Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Sejak saat itu pula kawasan Takengon mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi Dataran Tinggi Gayo, khususnya sayuran dan kopi.

Zaman penjajahan Jepang

Sebutan Onder Afdeeling Takengon di era Hindia Belanda, berubah menjadi Gun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Gun dipimpin oleh Gunco.

Zaman kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi kabupaten. Aceh Tengah berdiri sebagai satuan administratif pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-Oendang Nomor 10 Tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 (Darurat) Tahun 1956. Wilayahnya meliputi tiga kawedanan, yaitu Kawedanan Takengon, Kawedanan Gayo Lues, dan Kawedanan Tanah Alas.

Radio Rimba Raya

Radio Rimba Raya (Desember 1948 - ... 1949) adalah Radio Republik Indonesia Darurat yang disiarkan dari Takengon, Aceh Tengah oleh Tentara Republik Indonesia Divisi X/Aceh pimpinan Kolonel Husin Yusuf. Radio ini mulai bersiaran sejak terjadinya Agresi Belanda I sampai dengan Konferensi Meja Bundar berakhir dan tentara pendudukan Belanda ditarik dari Indonesia.

Potensi

Pendidikan

Kabupaten Aceh Tengah memiliki beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, diantaranya, Sekolah Tinggi Agama Negeri Gajah Putih Takengon, universitas Universitas Gajah Putih Takengon, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah (STIHMAD, Sekolah Tinggi Ilmu Kependidikan Muhammadiyah, Perguruan Tinggi Al-Wasliyah.

Pariwisata, adat, dan budaya

Beberapa objek wisata di Kabupaten Aceh Tengah adalah Danau Laut Tawar, Pantan Terong (atraksi pemandangan), Taman Buru Linge Isak (berburu), Gua Loyang Koro, Loyang Pukes, Loyang Datu, Burni Klieten (hiking), Gayo Waterpark (wahana wisata keluarga) dan Krueng Peusangan arum jeram.

Didong merupakan salah satu kesenian asli yang berasal dari daerah dataran tinggi ini. Sekelompok orang duduk bersila membentuk lingkaran. Salah seorang ceh akan mendendangkan syair-syair dalam bahasa Gayo dan anggota yang lain akan mengiringi dengan tepukan tangan dan tepukan bantal kecil dengan ritme yang harmonis.

Masyarakat Aceh Tengah memiliki tradisi tahunan pada saat perayaan proklamasi Indonesia yaitu pacu kuda tradisional. Hal yang unik dari pacu kuda tradisional ini adalah jokinya yang muda berumur antara 10-16 tahun. Selain itu, joki juga tidak menggunakan sadel dan mulai tahun 2011, Pacuan Kuda diselengarakan 2 kali dalam setahun, di bulan Agustus pada saat perayaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan bulan Februari untuk memperingati hari ulang tahun kota Takengon yang jatuh pada tanggal 17 Februari setiap tahunnya

Pertanian dan perkebunan

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Aceh Tengah berprofesi sebagai petani dan pekebun. Kabupaten Aceh Tengah menghasilkan salah satu jenis kopi arabika terbaik di dunia dengan luas lahan mencapai 48.300 Hektar, dengan rata-rata produksi per hektare sebanyak 720 kilogram. Komoditas penting selain kopi adalah tebu dengan luas areal 8.000 Hektar, serta kakao seluar 2.322 hektare, kemudian terdapat pula tanaman sayur mayur dan palawija.

Demografi

paska penandatanganan MoU helsinky di finlandia banyak penduduk pesisir aceh dan jawa asal sumatra utara bermigrasi ke wilayah tengah aceh sehingga saat ini sebagian besar penduduk Aceh Tengah berasal dari Suku Aceh dan Suku Jawa selain itu juga terdapat Suku Gayo yang cukup besar sekitar 20%. 95 persen penduduk Aceh Tengah beragama Islam.

Pada umumnya, orang Aceh Tengah dikenal dari sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan. Daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Masyarakat aceh tengah adalah penganut Islam yang kuat. Masyarakat di aceh tengah banyak yang memelihara kerbau khusus nya dari suku gayo, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Aceh maka orang itu sedang berada di Aceh Tengah.

Pemerintahan

Bupati

  1. Abdul Wahab (1945-1949)
  2. Zaini Bakri (1949-1952)
  3. M. Husin (1952-1953)
  4. Mude Sedang (1953-1955)
  5. M. Sahim Hasimi (1955-1958)
  6. Abdul Wahab (1958-1964)
  7. M. Saleh Aman Sari (1964-1966)
  8. M. Isa Amin (1966-1969)
  9. Nyak Abas (1969-1970)
  10. Nurdin Sufi (1970-1975)
  11. M. Beni Banta Cut, BA (1975-1985)
  12. M. Jamil (1985-1990)
  13. Drs. Zainuddin Mard (1990-1991)
  14. Drs. T.M. Yoesoef Zainoel (1991-1992)
  15. Drs. Buchari Isaq (1982-1998)
  16. Drs. Mustafa M. Tamy, M.M. (1998-2004)
  17. Ir. H. Nasaruddin, M.M. (2004-2006)
  18. Drs. H. Syahbuddin, B.P. (2006-2007)
  19. Ir. Nasaruddin, M.M. (2007-2012)
  20. Ir. Mohd. Tanwier. M.M. (4 April 2012-27 Desember 2012)
  21. Ir. H. Nasaruddin, M.M. (27 Desember 2012- sekarang)

Bupati yang sekarang adalah Nasaruddin menggantikan Ir. Mohd Tanwier, MM, sedangkan Wakil Bupati adalah Drs. H. Khairul Asmara. Mereka dilantik oleh Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah pada tanggal 27 Desember 2012. Nasaruddin lahir di Takengon, 17 Juli 1957. Meraih gelar Sarjana Pertanian (S-1) dan Magister Manajemen (S-2) dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sekretaris kabupaten

  1. H. Darul Aman (1946-1955)
  2. M. Yacub Daud, B.A. (1955-1961)
  3. H. Mohd. Rizal, S.H. (1957-1961)
  4. Drs. H. Mahmud Ibrahim (1961-1985)
  5. Drs. M. Syarif (1985-1991)
  6. Drs. Buchari Isaq (1991-1992)
  7. Fauzi Abdullah, S.E. (1992-1994)
  8. Armia, S.E. (1994-1999)
  9. Drs. Ibnu Hadjar Laut Tawar (1999-2002)
  10. Ir. H. Nasaruddin (2002-2005)
  11. Muhammad Ibrahim, SE (2005-2009)
  12. Drs. H. Khairul Asmara (2009 - 2012)
  13. Drs. H. Taufik. MM (2012 - Sekarang)

Referensi

Pranala luar