Sinofobia (dari Latin: Sinae "orang Tionghoa" + Yunani φόβος, phobos, "ketakutan") atau anti-Cina adalah suatu ketakutan dari ketidaksukaan terhadap Tiongkok, orang Tiongkok/Tionghoa/Tionghoa perantauan, ataupun budaya Tionghoa dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.[2] Perasaan tersebut sering ditujukan kepada masyarakat Tionghoa yang berstatus minoritas yang berada di luar negeri Tiongkok, orang Tionghoa yang bermasalah status imigrasinya, kerancuan warga negara mereka, dan kesenjangan ekonomi. Hal ini juga ditimbulkan karena trauma atas tindakan kekerasan yang dilakukan orang Tionghoa pada masa lalu seorang pribumi. Perasaan ini lawan dari Sinofilia.

Persentase kebencian suatu negara terhadap Cina berdasarkan jajak pendapat pada tahun 2009.[1]

Malaysia, Indonesia, dan Filipina

Di negara dengan minoritas Tionghoa, kesenjangan sosial terlihat perbedaannya dengan pribumi. Sebagai contoh, pada tahun 1998, 1% populasi Tionghoa di Filipina mereka menguasai 40% perekonomian swasta di sana, dan disebutkan dengan salah bahwa 3% populasi di Indonesia menguasai 70% perekonomian swasta di Indonesia (pakar ekonomi Indonesia percaya bahwa ini adalah pendapat yang salah, sejak diketahui bahwa kekayaan Indonesia ternyata dikuasai militer pada era Orde Baru).[3] Di Malaysia, fenomena tersebut tidak jauh berbeda dengan kedua negara tersebut. Dominasi pasar oleh Tiongkok merupakan dasar kebencian dan menjadi karakteristik alasan kebencian sebagian orang terhadap segala hal berbau Tiongkok/Tionghoa di negara-negraa Asia Tenggara tersebut.[4]

Di negara-negara lain


Referensi

  1. ^ http://pewglobal.org/database/?indicator=24&response=Unfavorable
  2. ^ Sinophobic. The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Retrieved 2008-08-23.
  3. ^ Chua. pg. 3 & 43.
  4. ^ Chua. (2003). pg. 61.

Sumber bacaan lainnya