Tianwen

syair Tiongkok Kuno yang kaya akan referensi Mitologi

Tianwen (Pertanyaan-pertanyaan Surgawi atau Pertanyaan-pertanyaan kepada Surga; Hanzi Tradisional: 天問; Hanzi Sederhana: 天问; Pinyin: Tiānwèn) merupakan bagian penting yang termuat dalam koleksi Sastra Klasik Tiongkok Chu Ci, merupakan suatu kumpulan puisi sekaligus informasi mengenai budaya kuno Tiongkok, terutama pada wilayah negara kuno Chu. Dari semua karya sastra yang diatributkan kepada Qu Yuan, "Tianwen" lebih banyak mengandung unsur mitologis dibandingkan yang lain. Namun, karena struktur formal "Tianwen" yang berupa serangkaian pertanyaan, informasi mengenai mitologi terlihat lebih sebagai rangkaian potongan-potongan kiasan daripada kisah yang utuh.[1] Menurut legenda, Qu Yuan menulis rangkaian pertanyaan dalam bentuk syair setelah melihat berbagai peristiwa yang dilukiskan pada lukisan dinding kuil.[1][2] Konon hal tersebut terjadi setelah ia diusir dari pengadilan istana Chu, Qu Yuan melihat lukisan-lukisan para leluhur dan dewa pada dinding kuil leluhur Chu, ia kemudian menulis pertanyaan-pertanyaan kepada Surga pada dinding yang sama.[1]

Tian Wen, dikaitkan dengan Qu Yuan, tetapi terdapat bukti adanya sumber atau sumber-sumber yang lebih tua. Dari buku The Illustrated Li Sao, digambar oleh Xiao Yuncong dan ditulis oleh Tang Yongxian. Judul di kanan atas dipotong karena suatu alasan yang berhubungan dengan pelestarian sejarah sebelum disalin ke lembaran kertas yang baru.

Deskripsi

Tianwen tersusun atas serangkaian bait pertanyaan yang ditujukan kepada Tian atau "Surga". Ke-172 pertanyaan tersebut menanyakan seputar mitologi Tiongkok dan kepercayaan religius Tiongkok kuno, serta menampilkan kontradiksi atau teka-teki yang ada di dalamnya. Oleh karena Tianwen hanya berisi pertanyaan tanpa jawaban, hal ini juga menjadi suatu masalah bagi para mitografer. Meskipun demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut juga membuka jendela informasi ke dunia mitologi kuno. Pertanyaan-pertanyaan informatif tersebut merupakan faktor yang membuat Tianwen disebut sebagai "harta tertulis mengenai mitologi Tiongkok".[1]

Gaya tulisan

Gaya sastra pada Tiawen berbeda dari bagian lain koleksi Chuci, kecuali pada "Sembilan Lagu" (Jiu ge). Tianwen tersusun atas empat aksara per baris sehingga lebih menyerupai Shi Jing dibandingkan bagian-bagian lain Chuci yang umumnya per barisnya tidak memiliki konsistensi jumlah aksara. Kosa kata yang digunakan juga berbeda dibandingkan sebagian besar bagian Chuci yang lain, lebih menyerupai tulisan mengenai kebijaksanaan seperti Daodejing. Berdasarkan fitur yang dimiliki Tianwen, David Hinton menduga bahwa karya ini memiliki sumber-sumber lebih kuno yang berbentuk tradisi lisan, meskipun mungkin disusun menjadi satu ke bentuknya yang sekarang oleh Qu Yuan. Hinton menemukan bahwa sejumlah besar kekuatan puitis Tianwen berasal dari "karakternya yang terpisah-pisah dan mengandung teka-teki" yang digabungkan dengan perasaan misterius yang muncul di sepanjang puisi.[2]

Influence

 
"Question to heaven" from Wang Xiaolong's 2007 series: Tao's Queries.

The "Heavenly Questions" was an influence on the later works of the Chuci. David Hinton sees the "Heavenly Questions" and the "Nine Songs" as introducing a "shamanistic world from the folk tradition" into the literary tradition of Chinese poetry: appearing in form close to the older, oral tradition in "Heavenly Questions" and the "Nine Songs", these voices from the shamanic world were transformed into poetry of "self-conscious individual authorship" with a personal voice in the "Li Sao".[3]

Other examples of the influence of the Heavenly Questions include the poem written by Li He, which A. C. Graham translates as "Don't Go Out of the Door", which then in turn influenced the lyrics of the Pink Floyd song "Set the Controls for the Heart of the Sun", attributed to Roger Waters. This translation by Graham features the line: "Witness the man who raved at the wall as he wrote his questions to Heaven".[4] Thus, beginning with the "Heavenly Questions" contained in the Chu Ci anthology of the third or fourth century BCE, then progressing to the eighth or ninth century work of Li He influenced by Qu Yuan's "Heavenly Questions", and continuing on into the twentieth century with Graham's translation, and through the subsequent use of this motif by Roger Waters in the lyrics for a song by the popular music band Pink Floyd, and then subsequently as cover versions of that song in the twenty-first century, "Heavenly Questions" has had a long and enduring influence upon poetry and song.

American poet Gjertrud Schnackenberg used the title Heavenly Questions for her elegy of six linked poems on the death of her husband Robert Nozick in 2002. The work won the Griffin Poetry Prize in 2011. The title was taken from the Chinese poem.

See also

Notes

  1. ^ a b c d Yang, Lihui, dkk. (2005). Handbook of Chinese Mythology. New York: Oxford University Press. hlm. 8-10. ISBN 978-0-19-533263-6. 
  2. ^ a b Hinton, David (2008). Classical Chinese Poetry: An Anthology. New York: Farrar, Straus, and Giroux. hlm. 55-58. ISBN 0-374-10536-7 / 978-0-374-10536-5 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  3. ^ Hinton, 57
  4. ^ Graham, 118. Note that the lower case "q" in "questions" is the accurate quotation.

References

  • Yang, Lihui, et al. (2005). Handbook of Chinese Mythology. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-533263-6