Anas Nasional Sejahtera

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 14 November 2015 15.44 oleh Jayrangkoto (bicara | kontrib)

PO ANS adalah sebuah perusahaan jasa transportasi angkutan penumpang darat yang berasal dari Sumatera Barat.[1] Pada puncak kejayaannya, ANS yang merupakan akronim dari 'Aman Nyaman Sampai tujuan' ini adalah salah satu perusahaan angkutan penumpang darat terbesar di Sumatera dan merupakan yang terbesar di Sumatera Barat yang masih beroperasi hingga kini.

Aman Nyaman Sampai tujuan
Perseroan terbatas
IndustriTransportasi
Didirikan1960-an
PendiriAnas Sutan Jamaris
Kantor pusatIndonesia Bukit Tinggi, Sumatera Barat
ProdukAngkutan penumpang bus

Trayek

Pada era 1980-an hingga 1990-an, ANS pernah melayani jaringan trayek atau rute dari Banda Aceh di ujung utara Sumatera hingga Denpasar, Bali. Walaupun melakukan transit di Jakarta, jaringan trayek ini mungkin merupakan jarak terjauh yang dijalani oleh sebuah perusahaan otobus di Indonesia.

ANS melayani trayek ke arah barat, dari Jakarta ke berbagai kota tujuan di pulau Sumatera, seperti Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Padang, Bukit Tinggi, Pariaman, dan lainnya. Selain ke barat, ANS juga membuka trayek dari Jakarta ke arah timur, seperti ke Surabaya, Malang, hingga Denpasar, Bali.

Untuk trayek yang lebih dekat, ANS melayani rute dari beberapa kota di Sumatera Barat, seperti Padang, Bukit Tinggi, Pariaman, dan lainnya menuju beberapa kota di pulau Sumatera, seperti Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Dumai, Jambi, Palembang, Bengkulu, dan lainnya.

Lintas Sumatera

Angkutan penumpang bus jarak jauh, terutama rute pulau Jawa menuju Sumatera dan sebaliknya mengalami masa kejayaan sebelum adanya layanan low cost carrier oleh berbagai maskapai penerbangan. Dengan armada dua ratus unit lebih, selama lebih dari dua dekade, ANS bersama PO ALS (Sumatera Utara), PO Gumarang Jaya (Lampung), dan PO NPM (Sumatera Barat) merajai jalan raya lintas Sumatera, baik lintas tengah maupun lintas timur.

Memasuki awal dekade 2000-an, ANS bersama puluhan perusahaan otobus lain yang menjalani trip Sumatera - Jawa mengalami masa suram, karena banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi udara yang tarifnya hanya lebih mahal sedikit dibanding angkutan penumpang darat (bus).[2]

Rujukan

Pranala luar