Tahun Yobel (Ibrani: יובל) adalah salah satu perayaan keagamaan dalam tradisi Yahudi. Secara sederhana, tahun ini dikenal sebagai tahun ke-limapuluh yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan ungkapan jubilee.[1][2] [1] Dalam tradisi Yahudi, tahun Yobel dirayakan bersamaan dengan Hari Raya Pendamaian (Ibrani: yom kippur).[3] Perayaan ini dibuka dengan meniupkan sangkakala (shofar) yang tidak hanya menjadi tanda dimulainya perayaan, tetapi juga menjadi seruan pembebasan bagi para budak, termasuk pembebasan lahan pertanian.[4] Secara rinci, informasi mengenai perayaan tahun Yobel dapat dibaca di dalam Imamat 25.[1]

Sofar: Alat Musik tiup Untuk Menandai Dimulainya Tahun Yobel

Etimologi

Secara etimologis, asal kata Yobel tidak diketahui dengan pasti.[5] Kata ini diduga berasal dari kata Ibrani ybl (yovel) yang bisa berarti "domba jantan," atau "tanduk domba jantan." [2] Dalam beberapa teks Perjanjian Lama, seperti di dalam Keluaran 19:13 dan Yosua pasal 6, kata ini diyakini merujuk kepada shofar.[3] Shofar adalah terompet yang terbuat dari tanduk domba jantan dan biasa dibunyikan pada permulaan perayaan Hari Raya Pendamaian.[3]

Latar Belakang

Rujukan yang sangat sedikit mengenai tahun Yobel menyulitkan para ahli untuk mengidentifikasi latar belakang perayaan ini.[5] Seringkali, tradisi ini dihubungkan tradisi misnarum, yaitu praktik penghapusan hutang di Babel.[5] Tahun Yobel juga sering dihubungkan dengan tradisi andaruru, yaitu tradisi pembebasan budak yang dipraktekkan di Mesopotamia.[2]

Dalam bentuknya yang paling kuno, tahun Yobel dihubungkan dengan Tahun Sabat.[1] Diduga, tahun Yobel adalah tindak lanjut dari praktik tahun sabat.[2] Ini terlihat dari redaksi yang dilakukan di dalam Ulangan 15:1–2 di mana perintah untuk tidak menggarap tanah diganti dengan penghapusan utang.[1] Ada para ahli Perjanjian Lama yang berpendapat bahwa perubahan ini merupakan implikasi dari perubahan pola hidup di Israel, yaitu dari masyarakat agraris ke masyarakat kota yang telah mempraktekkan perdagangan.[1]

Perayaan Tahun Yobel

Tahun Yobel dirayakan satu kali dalam setiap 50 tahun.[1][2][5] Umat Israel menjadikan perayaan ini sebagai puncak dari siklus tujuh kali Tahun Sabat (karena 1 Tahun Sabat sama dengan tujuh tahun, maka tujuh Tahun Sabat berjumlah 49 tahun).[1][5] Menurut keterangan dari penulis kitab Imamat, perayaan ini diawali dengan meniupkan shofar.[5][1][2] Pelaksanaan perayaan tahun Yobel yang bertepatan dengan Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) tampaknya bukan tanpa alasan karena keduanya menyuarakan pesan moral yang kait-mengait, yaitu penebusan dan pembebasan.[1]

Beberapa Ketetapan mengenai Tahun Yobel

  • Pada tahun Yobel, semua budak Israel harus dibebaskan.[1]

""Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya." (Imamat 25:10)

  • Semua harta warisan yang telah dibeli harus dikembalikan kepada pemilik semula apabila pemilik semula dapat menebus tanah itu.[1] Ini memuat pesan teologi yang sangat penting, yaitu Allah sebagai pemilik tanah warisan. Tugas manusia hanyalah menggarapa tanah.[1] Jadi, ketika seseorang membeli tanah, orang tersebut tidak membeli tanah, melainkan membeli hak penggarapan tanah tersebut.[1]

"Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku." (Imamat 25:23)

"Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah. Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu. Apabila seseorang tidak mempunyai penebus, tetapi kemudian ia mampu, sehingga didapatnya yang perlu untuk menebus miliknya itu, maka ia harus memasukkan tahun-tahun sesudah penjualannya itu dalam perhitungan, dan kelebihannya haruslah dikembalikannya kepada orang yang membeli dari padanya, supaya ia boleh pulang ke tanah miliknya." (Imamat 25:25–27)

  • Pada tahun Yobel, tanah tidak boleh digarap.[1]

"Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya." (Imamat 25:11)

Pengecualian

Selain ketetapan yang telah disebutkan di atas, tiga aspek yang menjadi pengecualiaan dalam tahun Yobel, yaitu:[1]

  • Orang yang terpaksa menjual miliknya di kota, hanya berhak menebusnya selama satu tahun, dan tidak mendapatkannya kembali pada tahun Yobel, sebab rumah tersebut tidak menjadi dsar hidup keluarga selayaknya rumah dan ladang di luar kota. (Imamat 25: 29–31)
  • Jika yang dijual adalah rumah orang Lewi, rumah itu dapat ditebus kapan saja karena orang Lewi memiliki hak khusus, yaitu hak kepemilikan untuk selamanya. (Imamat 25:32–34)
  • Penebusan dan peraturan-peraturan tahun Yobel yang lain rupanya tidak berlaku bagi orang asing/ budak. Ini dilakukan untuk menjaga keutuhan marga dan keluarga Israel.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Forum Biblika. 2000. Jurnal Ilmiah Populer No. 11. 3-11.
  2. ^ a b c d e f (Inggris)R. J. Zwi Werblowsky & Geoffrey Widoger (eds.). 1997. The Oxford Dictionary of the Jewish Religion. New York: Oxford. 755.
  3. ^ a b c (Inggris)R. Laird Harris (ed). 1980. Theological Wordbook of the Old Testament. Chicago: Moody. 358-359.
  4. ^ Soedarmo. 2005. Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 92
  5. ^ a b c d e f (Inggris)John E. Hartley. 1992. World Biblical Commentary: Leviticus. Texas: Word Book. 428-230.