Caruban, Ringinarum, Kendal

desa di Kecamatan Ringinarum, Kendal
Revisi sejak 12 Juni 2015 07.58 oleh 112.215.36.142 (bicara) (Desa Caruban kecamatan ringinarum kabupaten kendal berdiri Pada massa akhir pemerintahan majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya V dari Bhre kertabhumi. Dimulai dari perjalanan pulang sang prabu dari kadipaten batang sang prabu melewati sebuah hutan)
Caruban
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKendal
KecamatanRinginarum
Kode pos
51356
Kode Kemendagri33.24.18.2009 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 6°58′7″S 110°6′3″E / 6.96861°S 110.10083°E / -6.96861; 110.10083


Caruban adalah desa di kecamatan Ringinarum, Kendal, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini adalah aset kabupaten,untuk perluasan kota Weleri.

Rencana Daerah mengembangkan Kota Weleri menjadi kota Administratif benar-benar diperhatikan,itu terbukti dengan dibangunnya Terminal Bahurekso yang berada disebelah utara desa caruban.Dan jalur Bus Sukorejo-Semarang yang diubah jalurnya melewati desa caruban.Itu membuktikan bahwa Desa Caruban kelak bakal menjadi perluasan kota Administratif.

Disebelah selatan dari terminal juga masih terdapat tanah yang sangat luas,wilayah tersebut sangat strategis sekali buat sekolah atau perumahan.Agar terminal tersebut bisa diterima oleh warga kabupaten kendal,pasalnya animo masyarakat untuk menghidupkn terminal tersebut masih kurang,dan juga mempercepat impian masyarakat weleri dapat tercapai,yaitu menjadi kota administratif yang berkelanjutan.Weleri adalah kota perekonomian kabupaten kendal yang sangat bagus. Buat para infestor,mari kembangkan kota weleri yang indah itu.

SEJARAH.

DESA CARUBAN terletak di kecamatan ringinarum kabupaten kendal berdiri Pada massa akhir pemerintahan majapahit yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya V dari Bhre kertabhumi. Dimulai dari perjalanan pulang sang prabu dari kadipaten batang sang prabu melewati sebuah hutan lebat. Ditengah perjalanan pulang sang prabu berhenti sejenak untuk beristirahat duduklah sang prabu diatas batu besar kemudian datanglah wangsit dari sang dewa agung yang memberitahu bahwa prabu harus menetap beberapa hari dihutan itu kemudian belia mengutus prajurit untuk membangun pemondokan kecil ditengah hutan tersebut. Selang tiga hari setelah rombongan sang prabu mendengar terjadi pertarungan para tumenggung dari berbagai wilayah yang memperebutkan seorang putri cantik bernama putri Pandansari. Para tumenggung itu bertarung cukup hebat dan menunjukan berbagai ajian ajian untuk bertarung satu sama lain. Dan akhirnya mereka terbunuh semua akibat pertarungan tersebut,lalu prabu Brawijaya V dan rombongan penasaran terjadi prahara apakah ditempat tersebut lalu sang prabu melihat aliran darah dari kelima tumenggung tersebut yang mengalir ke sebuah sendang petirtaan dan berubah menjadi lima warna. Akhirnya sang prabu memberikan titah agar menjadi pengingat bahwasanya dahulu telah terjadi pertarungan kelima tumenggung dan tewas disini. Dan akibat percampuran darah tersebut yang berubah menjadi lima warna dipetirtaan tersebut prabu bersabda "untuk mengingat daerah ini sebagai tempat bercampurnya darah dari lima tumenggung maka aku namakan daerah ini sebagai desa CARUBAN" caruban sendiri berasal dari kata carub yang berarti bertemunya orang orang dari wilayah yang berbeda dan an berarti tempat jika digabungkan maka maksud sang prabu menamai wilayah tersebut dengan desa caruban yaitu dikarenakan disitulah tempat pertemuan pertarungan kelima tumenggung dan tewas. Namun ada juga yang mengatakan CARUBAN berasal dari kata carut ing paseban yang berarti pertarungan diarena peperangan. Lalu diutuslah para prajurit majapahit untuk membuka hutan disitu dan menjadikannya sebagai desa yang saat ini dikenal dengan desa caruban. Sebagai petilasan Brawijaya V terletak disebelah selatan masjid al-jihad yang tepat disamping jalan disebuah gardu namun sekarang sudah hilang petilasan tersebut berupa batu besar dibawah pohon asem namun sekarang sudah tidak ada lagi dikarenakan didihancurkan oleh warga desa dan akibat pembuatan jalan.

Oleh : Raden Adin Prawiro Adinegoro