Jas
Jas (bahasa Belanda: jas) adalah pakaian resmi model Eropa, berlengan panjang dan dipakai di luar kemeja. Setelan jas (bahasa Inggris: suit) atau hanya disebut setelan sedikitnya terdiri dari sebuah jas dan sebuah celana panjang yang dibuat dari kain yang yang sama. Berdasarkan jumlah baris kancing di bagian depan, jas terdiri dari jas kancing sebaris (single breasted) dan jas kancing dua baris (double breasted).
Dalam bahasa Inggris, istilah jacket juga mengacu kepada jas launs (lounge suit) atau jas malam (evening suit), dan bukan pengertian jaket dalam bahasa Indonesia (jaket olahraga atau jaket kulit).
Jas launs adalah model jas standar yang paling umum, dulunya berasal dari Inggris sebagai pakaian untuk berkegiatan di alam bebas.[1] Bila hanya disebut jas, maka jas yang dimaksudkan adalah setelan jas model standar (jas launs) lengkap dengan kemeja dan dasi, dan biasanya dipakai pria bekerja di kantor.
Bila dalam undangan disebutkan kode busana black tie, maka pria diminta memakai jas resmi yang disebut tuksedo. Jas diner (dinner suit, sebutan di Britania) atau tuksedo (tuxedo atau tails, sebutan di Amerika Serikat dan Kanada) adalah setelan jas resmi berwarna hitam, bagian belakang jas berbuntut, dan dipakai bersama dasi kupu-kupu hitam dan kemeja putih. Kode busana black tie bukan berarti jas standar warna gelap dengan dasi hitam.
Tuksedo dulunya merupakan alternatif dari mengenakan jas berbuntut (dress coat). Sementara itu, jas yang dipakai bekerja di kantor merupakan pengganti dari jas panjang (frock coat) dan jas pagi (morning coat), atau setelan pagi (morning suit).
Blazer adalah sejenis jas santai untuk pria dan wanita yang di bagian saku depan sering diberi lambang dari sekolah atau organisasi, dan sering dipakai sebagai seragam. Dalam bahasa Indonesia, blazer hanya sering mengacu kepada sejenis jas untuk wanita yang dipakai di luar blus atau kemeja dengan bawahan berupa rok, kulot, atau celana panjang.
Variasi desain jas, model, jenis kain, rompi, dan jumlah baris kancing di bagian depan menunjukkan fungsi sosial dan kegunaan pakaian. Sejak dulu hingga sekarang, jas umumnya dipakai sewaktu mengenakan kemeja berkerah dan dasi.[2] Hingga sekitar 1960-an, pria memakai topi ketika berada di luar ruang.
Seperti halnya semua jenis pakaian, jas dulunya hanya dijahit oleh tailor berdasarkan pesanan. Ketika ingin membuat jas, orang datang ke tailor untuk diukur, memilih bahan, dan menentukan model. Sejak Revolusi Industri, jas diproduksi massal dalam berbagai ukuran dan dijual sebagai pakaian jadi. Penjahit misalnya hanya perlu menyesuaikan ujung bawah pipa celana dengan tinggi badan pemakai. Jas sekarang ini umumnya dijual dalam tiga bentuk:
Referensi
- Antongiavanni, Nicholas (2006). The Suit: A Machiavellian Approach to Men's Style. HarperCollins. ISBN 978-0-06-089186-2.
- Boyer, G. Bruce (1990). Eminently Suitable: The Elements of Style in Business Attire. W. W. Norton & Company. ISBN 978-0393028775.
- Croonborg, Frederick (1907). The Blue Book of Men's Tailoring. New York and Chicago: Croonborg Sartorial Co.
- Druesedow, Jean L. (1990). Men's Fashion Illustrations from the Turn of the Century: by Jno. J. Mitchell Co. Courier Dover Publications. ISBN 9780486263533.
- Keers, Paul (1987). A Gentleman's Wardrobe: Classic Clothes and the Modern Man. Weidenfeld & Nicolson. ISBN 978-0297791911.
- Flusser, Alan (1985). Clothes and the Man: The Principles of Fine Men's Dress. Villard. ISBN 0-394-54623-7. Diakses tanggal 2008-09-20.
- Flusser, Alan (2002). Dressing the Man: Mastering the Art of Permanent Fashion. HarperCollins. ISBN 0-06-019144-9.
- The Nu-Way Course in Fashionable Clothes-Making. Nu-Way. 1926. Diakses tanggal 2008-08-20.