Kroya, Cilacap

kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Kroya adalah sebuah Kota di wilayah kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Masyarakat Kroya mayoritas menggunakan Bahasa JawaBanyumasan dan Bahasa Jawa Surakarta. Kota ini merupakan kota berkembang dan menjadi pusat perdagangan di wilayah timur Cilacap. Kroya juga dikenal sebagai jalur pertemuan antara jalur KA dari arah Bandung-Tasikmalaya dengan jalur KA dari Cirebon (Kejaksan)-Purwokerto menuju antara dari Yogyakarta, Madiun dan Surabaya.

Alun-alun Tugu Kroya, sebagai pusat kota kroya.

Hal ini mengakibatkan Stasiun Kroya memiliki tingkat lalu lintas terpadat di Daerah Operasi 5 Purwokerto, dan untuk mengakomodasinya, emplasemen stasiun ini dibuat sepanjang 600 m. Stasiun Kroya diklaim merupakan stasiun terbesar di wilayah Kab. Cilacap. Di sisi lain kota Kroya memiliki sebuah pasar tradisonal yang cukup besar serta berada di tempat yang strategis. Kroya berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Banyumas di sebelah utara, dan timur laut, kemudian berbatasan dengan kecamatan Nusawungu di sebelah timur ,kecamatan Adipala di sebelah barat dan kecamatan binangun di sebelah selatan.

Batas kewilayahan kota kroya terlihat dari arah barat (cilacap,adipala) tepatnya berada di wilayah desa pekuncen, sedangkan batas kota di wilayah timur (kebumen,nusawungu) berada di perempatan desa pucung kidul.

Nama kota ini mirip dg di daerah Indramayu, Jawa Barat yaitu Kroya.

Sejarah

Sejarah berdirinya Kota Kroya tidak lepas dari sejarah terbentuknya wilayah karisidenan Banyumas.Kota Kroya awal mulanya adalah daerah desa kecil pada masa kadipaten Wirasaba. Kemudian setelah perang Diponegoro usai secara politis seluruh daerah Banyumas atau Mancanegara Kulon menjadi milik pemerintah Belanda dan Kota Kroya termasuk di dalamnya. Hal ini terbukti karena pada tanggal 20 September 1830, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda bernama Hallewijn memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada pihak Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal De Kock yang berada di Sokaraja. Laporan tersebut berhubungan dengan luasnya cakupan wilayah karisidenan Banyumasan yang hendak dibentuk dimana meliputi daerah Kebumen, Banjar (Banjarnegara), Panjer (Kebumen) , Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Sumpiuh, Adireja, Karanganyar (Kebumen), Patikraja, Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, dan berbagai daerah lain. Dengan dibentuknya wilayah karisidenan,tahun 1843 akhirnya pemerintah Belanda mulai membangun akses jalan dari Banyumas ke selatan menerobos gunung Karangrau hingga ke Buntu dan disambung ke selatan lagi sampai Kroya.

Mulanya Kota Kroya justru masuk ke wilayah distrik Adireja dan hanya berstatus sebagai kawedanan. Kala itu distrik Adireja mencakup wilayah Adipala, kroya, Nusawungu, Pantai Ayah, Maos, Kalireja dan sekitarnya. Namun pada akhirnya status Kroya naik menjadi distrik yang membawahi sebagian besar bekas distrik Adireja. Kenaikan status Kroya menjadi distrik karena wilayah ini lebih cepat berkembang, akses lebih dekat dari pusat karisidenan, dan terdapat jalur rel kereta api startegis yang menghubungkan jalur dari Cirebon, Purwokerto dari utara dan Bandung, Cilacap dari selatan.

Selang beberapa lama pasca kemerdekaan, pemekaran wilayah Cilacap bagian timur dilakukan sekitar tahun 1980-an. Kroya yang awalnya menjadi distrik akhirnya dipecah menjadi beberapa kecamatan, di antaranya adalah Kota Kroya, kecamatan Adipala, kecamatan Nusawungu, kecamatan Sampang, dan kecamatan Binangun.

Demografi wilayah secara kepemerintahan Kecamatan Kroya bisa disimpulkan memang sudah mengalami penurunan status, jika sebelumnya merupakan wilayah Kawedanan (yang meliputi 5 Kecamatan) pada masa Hindia Belanda Hingga tahun 1980-an, maka kini hanya menjadi wilayah kecamatan saja. idealnya Kecamatan Kroya bisa menjadi daerah otonom baru (Kota / Kabupaten), persyaratan yang sesuai dengan RUU DOB (Daerah Otonomi Baru) yang telah diperkuat dengan Amanat Presiden Nomor R-66/PRES/12/2013 yang meliputi Aspek Administratif, Syarat Kewilayahan dan Syarat Teknis bisa dipenuhi Kecamatan Kroya.

(kontributor : Awim Haryanto, dari berbagai sumber)

Demografi

 
GPDI Kroya, salah satu gereja di kota Kroya

Kondisi kerukunan umat beragama di Kota Kroya terbina dengan baik, dimana para tokoh agama senantiasa menjalin silaturahmi dalam rangka meningkatkan peran serta dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Jumlah penduduk di Kota Kroya menurut agama yang dianut, terdiri dari ; Islam : 136.663 jiwa, Katholik : 617 jiwa, Protestan : 1913 jiwa, Hindu : 56 jiwa, Budha : 418 jiwa. Dengan luas wilayah 58 KM2, dan jumlah penduduk 139.667 jiwa (2013), kepadatan penduduk di kota kroya mencapai 2.019 jiwa /KM2.

Sedangkan jumlah tempat peribadatan adalah: Masjid : 144 buah, Mushola/langgar : 262 buah, Gereja katholik : 12 buah, Gereja protestan : 23 buah, Vihara : 7 buah.

Mayoritas penduduk Kota Kroya adalah suku Jawa Banyumasan menggunakan Bahasa Jawa Surakarta, sisanya adalah suku pendatang seperti Sunda, Madura, Manado, Minang, Batak dan lain-lain. Mengenai etnis Tionghoa di Kota Kroya, banyak yang sudah bermukim selama lebih dari 50 tahun. Orang-orang Tionghoa menguasai sektor pertokoan di jalan Jend. Ahmad Yani maupun jalan-jalan utama di kota Kroya.

Kondisi sosial meliputi aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam (IPOLEKSOSBUD HANKAM). Secara umum kondisi social ekonomi masyarakat di Kota Kroya berada pada kondisi yang cukup baik, artinya secara prinsipil tidak terdapat tindakan–tindakan yang mengarah pada upaya penggantian idiologi negara, ancaman disintegrasi bangsa, serta tindakan-tindakan sara khususnya yang mengarah pada perpecahan antar etnis, suku dan agama.

Transportasi

 

Kondisi sarana dan prasarana transportasi darat di Kota Kroya secara umum cukup memadai meskipun belum sepenuhnya memenuhi tuntunan kebutuhan yang di harapkan. Fasilitas perhubungan di Kota Kroya meliputi 1 buah terminal dan 2 buah stasiun yaitu stasiun besar Kroya dan stasiun sikampuh. Jaringan transportasi darat di Kota Kroya tercatat sepanjang 209,9 km. Kondisi ini tentu saja masih memerlukan peningkatan atau pengembangan demi mendukung percepatan pembangunan yang bergerak cepat. Dilihat dari jenis jalan, maka dapat dirinci sebagai berikut : a. Jalan Beraspal : 110,10 km b. Jalan Keras : 58,50 km c. Jalan Tanah : 62,80 km.

Patut disayangkan bahwa ada satu terminal di Kroya yang terletak di wilayah Karangmangu saat ini masih terbengkalai dan tidak gunakan lagi. Hal ingin mengingat letaknya yang cukup jauh dari pusat keramaian. Alhasil yang digunakan sebagai tempat pemberhentian bus adalah halte yang ada di perempatan Pegadaian dan perempatan utama Jalan Jendral Sudirman. Terminal karangmangu hanya ramai ketika terjadi relokasi sementara pedagang pasar kroya di lapangan karangmangu saat dilakukan renovasi pasar sekitar tahun 2001 sampai 2004.

Perekonomian

Guna mendukung iklim investasi di Kabupaten Cilacap serta kegiatan industri dan perdagangan, tersedia fasilitas pasar baik milik pemerintah daerah maupun desa. Untuk pasar milik pemerintah daerah yang berada di Kota Kroya tercatat ada 3 buah, sedangkan pasar milik desa sebanyak 10 buah, selain itu terdapat beberapa swalayan yang juga menopang perekonomian di Kroya. Dua swalayan besar di Kroya yang cukup terkenal adalah Toserba Jadi Baru dan Kato, keduanya berada di Jalan A.Yani. Hanya saja untuk Kato berada di bangunan sisi selatan Pasar Kroya.

Beberapa Swalayan dan minimarket di Kota Kroya antara lain.

1. Jadi Baru Toseba di Jl.Jend Ahmad Yani

2. Rita Kato Kroya di Jl.Jend Ahmad Yani

3. AM Cahaya Toserba dan Karaoke di Jl.Jend Ahmad Yani

4. Alfamart di berbagai sudut Kota

5 Indomart, dan masih banyak lagi

Pendidikan

Ditinjau dari segi pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Kroya tergolong tinggi. Hal ini karena didukung fasilitas pendidikan yang memadai, yaitu meliputi :

1. 59 buah SD / MI,

2. 21 buah SLTP / MTs dan

3. 9 SLTA, 5 SMK,

4. 3 Akademi,

5. 1 Perguruan tinggi, dan

6. 7 Pondok Pesantren.

Beberapa Sekolah yang sangat favorit di Kota Kroya antara lain:

1. Untuk tingkat SMA/Sederajat ada SMA N 1 Kroya, SMA N 2 Kroya, SMK Tamtama 1 Kroya, SMK Ma'arif 1 Kroya, SMK YPE Kroya, SMA Plus Al-Hidayah Kroya, SMA Buana 1 Kroya, dan masih banyak lagi.

2. Untuk tingkat SMP/Sederajat ada SMP N 1, SMP N 2, SMP N 3, SMP N 6, SMP N 4, SMP N 5 Kroya, SMP Plus Al-Hidayah Kroya,dan masih banyak yang lainya.

3. Beberapa perguruan tinggi di kota kroya meliputi;

- Akbid Dulang Mas Kroya,Jl Betet Kroya.
- Universitas 17 Agustus 1945 Kroya, Jl. Yos Sudarso Kroya.
- Stikes Muhamadiyah Kroya, JL, Kroya-mujur km.4, kroya.
- Stie Satria Purwokerto Kampus Kroya, Jl, jend.sudirman Kroya.

Pendidikan informal yang ada di Kroya meliputi; LPK Bahasa (24), Komputer (11), Menjahit (6), Sopir/Montir (9), dan lainnya (18).

Kesehatan

Jumlah Prasarana Kesehatan yang ada di Kota Kroya terdiri dari 3 buah Rumah Sakit, 2 buah Puskesmas, 10 Puskesmas Pembantu, 11 Polindes, dan 108 Posyandu. Konstribusi masyarakat Kota Kroya dalam menunjang PAD Kabupaten Cilacap di sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) cukup besar, dimana pada tahun 2008 total baku ketetapan sebesar Rp. 1.157.550.000,- (satu milyard seratus lima puluh tujuh juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) dengan 51.161 lembar SPPT,- telah lunas dibayarkan sesuai ketentuan yang berlaku. Rumah sakit di kota kroya antara lain;

- RSU Aghisna Medika Kroya, JL.Yos Sudarso, Kroya.
- RSU PKU Muhamadiyah Kroya, JL. Kroya-Mujur km4. Kroya.
- RSU MIftahul Huda Kroya, JL.Jend.Sudirman barat Kroya.

Fasilitas

Di Kota Kroya juga berdiri kantor cabang atau cabang pembantu Bank Nasional seperti : BCA, MANDIRI, BRI, BNI, LIPPO, DANAMON,PUNDI, PERMATA, BANK JATENG, BII beserta ATM sebagai penunjang aktifitas bisnis dan investasi. Sebagian besar berasal dari aktifitas perniagaan pasar, industri jamu, industri sapu, lap, keset, sumpit kayu ekspor, TKI / TKW, transportasi darat, pertanian dan peternakan.

Industri

Cukup menarik bahwa industri Jamu di Kroya lebih terpusat di dua desa yakni Mujur Lor dan Gentasari. Dari usaha industri Jamu inilah banyak menghasilkan pengusaha meski pada akhirnya mereka banyak menginvestasikan hasil keuntungan pada bidang lain. Sementara industri sapu, keset dan lap lebih terpusat di wilayah Pucung Kidul dan Pucung Lor. Pemasaran barang rumah tangga tersebut sering dijumpai pada saat hari pasaran Wage dan Manis. Selain itu ada juga dua industri besar di Kroya yang berada di jalan raya Buntu-Kroya yakni pabrik Sohun (Mie putih) dan pabrik Sumpit. Industri ini banyak membuka lapangan kerja bagi sebagian penduduk Kroya.

Seiring perkembangan jaman, kini sudah banyak bermunculan industri baru di Kroya, salah satunya adalah industri bulu mata dan rambut palsu yang berada di wilayah kauman. Sementara desa Bajing Kulon masih memiliki industri tahu dan tempe yang terletak di dekat kuburan umum pesarean. Roda ekonomi juga berputar di alun-alun setelah dibuka secara bebas sejak tahun 2011. Banyak pedagang kaki lima yang mulai menempati sekitar alun-alun seiring ramainya pengunjung terutama di hari sabtu malam.

Tokoh

Kecamatan Kroya memiliki catatan sejarah penting dimana Jenderal Soedirman pernah tinggal (menjadi komandan PETA), mengajar dan berjuang di wilayah ini sebelum beliau berjuang secara gerilya di wilayah Purwokerto, Purworejo dan Jogjakarta, Kroya juga memiliki catatan sejarah perjuangan kemerdekaan dan menjadi lokasi syuting film heroik dokumenter KERETA API TERAKHIR.

Selain itu ada pula tokoh kelahiran daerah Kroya yaitu Jenderal Soesilo Soedarman (koreksi dalam catatan lain dia lahir di Brebes), Soesilo Soedarman lahir di Desa Nusajati, Maos, Cilacap, pada 10 Nopember 1928, sebagai anak keempat dari 12 bersaudara, putra dari Bapak Soedarman Wiryosoedarmo dan Ibu Soembijah. Masa kecil Soesilo Soedarman dilewatkan di Pendopo Wisma Mbah Ageng ini. Ia tinggal bersama kakeknya, Eyang Bona Wangsawiredja, yang juga menjabat sebagai Penatus Desa Gentasari ini. Sedang sang ayah, Soedarman Wiryosoedarmo, adalah Sekretaris (Carik) Desa Gentasari.

Almarhum Soesilo Soedarman pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Soesilo Soedarman juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC dari 18 Februari 1986 hingga 11 April 1988.

(kontributor : Awim Haryanto, dari berbagai sumber)

Desa/kelurahan

Ada 5 Kelurhan dan 12 desa di Kroya,yaitu:

1. Kelurahan:

- Kelurahan Bajing

- Kelurahan Bajing Kulon

- Kelurahan Kedawung

- Kelurahan Karangmangu

- Kelurahan Kroya

2. Desa:

- Desa Ayamalas

- Desa Buntu

- Desa Gentasari

- Desa Karangturi

- Desa Mergawati

- Desa Mujur

- Desa Mujur Lor

- Desa Pekunen

- Desa Pesanggrahan

- Desa Pucung Kidul

- Desa Pucung Lor

- Desa Sikampuh