Otani Yoshitsugu
Otani Yoshitsugu (大谷吉継 ,1558-1600) adalah seorang samurai pada masa masa perang sipil Jepang/ periode Sengoku. Dia adalah salah satu pengikut Toyotomi Hideyoshi dan ayah mertua dari pahlawan legendaris zaman Sengoku, Sanada Yukimura. Asal-usulnya tidak terlalu jelas, teori sejarah pada umumnya meyakini keluarganya pernah bekerja untuk klan Otomo, penguasa Bungo. Setelah kekalahan Otomo dari klan Shimazu, Yoshitsugu mengembara bersama keluarganya hingga tiba di daerah Hideyoshi. Dia direkomendasikan pada Hideyoshi sekitar tahun 1574 (kemungkinan oleh Ishida Mitsunari) dan sejak itu kariernya menanjak dengan cepat.
Tahun 1583 turut berpartisipasi dalam Pertempuran Shizugatake melawan klan Shibata, dalam pertempuran ini dia berhadapan dengan Takigawa Kazumasu. Menyusul kekalahan Shibata Katsuie, Hideyoshi menganugerahinya daerah Tsuruga, di provinsi Echizen. Tahun 1587 dia membantu invasi Hideyoshi ke Kyushu dalam mengurus bidang logistik. Tahun 1590 dia juga berpartisipasi dalam pengepungan kastil Odawara, selain itu dia juga berperan dalam invasi Korea sebagai salah satu dari tiga birokrat bersama dengan Matshita Nagamori dan Ishida Mitsunari.
Yoshitsugu terkenal akan penyakit kusta yang dideritanya dan persahabatannya dengan Ishida Mitsunari. Ada sebuah anekdot menceritakan tentang awal mula persahabatan sejati mereka. Dalam sebuah jamuan minum teh semua undangan saling meminum dari gelas yang diedarkan secara estafet di antara mereka. Ketika tiba pada giliran Yoshitsugu, tiba-tiba nanah dari wajahnya jatuh ke dalam gelas itu. Ketika dia menyadari hal itu, gelas itu sudah keburu dioper pada tamu berikutnya sehingga tamu yang menerima giliran selanjutnya menunjukkan ekspresi jijik pada wajahnya. Yoshitsugu sangat malu karenanya, namun Mitsunari tiba-tiba maju dan mengambil gelas itu lalu diminumnya dengan tenang sisa minuman di dalamnya beserta nanah itu. Mitsunari berkata, “Memang ini belum giliranku, tapi aku sedang sangat haus dan tidak bisa menahan diri untuk minum”. Yoshitsugu sangat terkesan akan hal ini, sejak itu dia bertekad untuk selalu setia pada Mitsunari.
Sebelum Pertempuran Sekigahara (関ヶ原の戦い) , Yoshitsugu beberapa kali membujuk Mitsunari untuk mengurungkan niatnya berperang dengan Tokugawa Ieyasu, namun tidak berhasil mengubah keputusan sahabatnya itu. Pada saat yang sama, kesehatannya memburuk, matanya hampir buta, tubuhnya tidak bisa berdiri dan bertarung, namun dia tetap memimpin pasukannya ke medan perang di atas tandu. Dia mengepalai 600 prajurit bersama dengan 4000 lainnya di bawah komando Toda Shigemasa, Hiratsuka Tanehiro, Otani Yoshikatsu (putranya), dan Kinoshita Yoritsugu. Dalam pertempuran itu, Kobayakawa Hideaki yang diposisikan tidak jauh darinya di atas Gunung Matsuo tidak bergerak padahal Mitsunari beberapa kali memerintahkannya bergerak. Yoshitsugu mulai curiga, maka dia memerintahkan pasukannya mengatur posisi bersiap menghadapi kemungkinan serangan bokongan. Dan memang benar, begitu terdengar beberapa kali tembakan dari posisi Ieyasu, Kobayakawa menyerbu turun ke bawah gunung ke posisinya. Pembelotan ini disusul pula oleh Akaza Naoyasu, Ogawa Suketada, Kutsuki Mototsuna, dan Wakizaka Yasuharu sehingga total pasukan yang membelot mencapai lebih dari 20.000.
Pasukan Yoshitsugu bertempur dengan para pembelot (Yoshitsugu memimpin pasukannya saat ia sudah mengalami kebutaan) di beberapa titik mereka berhasil menghalau pasukan Kobayakawa, namun pada akhirnya mereka kalah jumlah dan kekuatan di pihaknya semakin menyusut. Yoshitsugu bertanya pada bawahannya, Yuasa Goro, “Apakah kita kalah ?” Ketika bawahannya itu mengkonfirmasi kekalahan mereka, dia menyuruhnya untuk memenggal kepalanya dan menguburkannya di suatu tempat agar tidak diambil musuh sebagai piala kemenangan.
Pranala luar
Referensi
- (Inggris) Mitsuo Kure, Samurai, Tuttle, 2002