Harun Idris

Revisi sejak 26 Juni 2016 15.39 oleh Apundung (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Harun Idris")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dato' Seri -- Harun bin Haji Idris (22 desember tahun 1925 – 19 oktober 2003) adalah seorang politikus Malaysia dan Menteri Besar Selangor ke 8.

Kehidupan awal

Harun lahir di Petaling, Selangor. Dia bekerja sebagai petugas lapangan dengan departemen penerangan sampai tahun 1948, ketika ia diangkat sebagai Jaksa untuk Gemas dan Tampin, di pelayanan Administrasi Malaysia. 

Kemudian ia bekerja sebagai hakim di Kuala Langat, Klang dan Kuala Lumpur, Dato Seri -- Harun kemudian berangkat ke britania raya untuk belajar hukum di Midle Temple,  London dalam bahasa inggris Bar di pertengahan 50-an. Tahun 1957, dia adalah bekerja sebagai Panitera Perusahaan, Wakil jaksa Penuntut Umum di Selangor dan  Penasihat Hukum sampai tahun 1964 karir sipilnya berakhir dan karir politiknya dimulai.[1]

Karir politik

Maret 1964 Harun terpilih menjadi anggota perwakilan untuk perwakilan negara bagian Morib, Selangry[1] Dato Seri Harun terpulih menjadi peminpin Umno di Selangor dari tahun 1964 sanpai 1976. Kemudian Ia terpilih Menjabat sebagai Menteri Besar Selangor Dari  1964 sampai 1976. Ia menjabat Menteri Besar Selangior selama 12 tahun menggantikan Datuk Abu Bakar Bagindar,[1] .

Harun Pernah menjadi ketua Pemuda UMNO dari tahun 1970 sampai 1976.

Harun's career was marred by the 13 May racial riots, which had been triggered by a political rally held at his residence in the national capital of Kuala Lumpur. Harun, who was perceived as a proponent of ketuanan Melayu (Malay supremacy, although this exact phrase was not in use at the time), had seen UMNO suffer several losses in the Selangor State Assembly due to the 1969 general election. After the opposition held a victory rally to humiliate the Malay government, UMNO leaders called for a retaliatory rally to be held on 13 May to "teach the Chinese a lesson". The discipline of party members soon broke down, and the rally turned into a riot which lasted two days and cost at least 180 lives.

Harun's political career did not stop after stepping down as Chief Minister. Between 1975 to 1977, he was found guilty on various charges of corruption and was sentenced to six years' imprisonment. In 1981, Harun was released after receiving a pardon from the Yang Di-Pertuan Agong on advice of Prime Minister Mahathir Mohamad, after serving three years of his sentence.[2]

Dato Seri Harun die meninggal 19 Oktober 2003 pada umur 78, meninggalkan istrinya Datin Sri Salmah Sulaiman, Enam Anak, 18 cucu dan 22 cicit.

Catatan

  1. ^ a b c Tan, Chee Khoon & Vasil, Raj (ed., 1984).
  2. ^ Cheah, pg 206

References

  • Malaysia: The Making of a Nation, Boon Kheng Cheah, Institute of Southeast Asian Studies, 2002, ISBN 981-230-175-5

Bibliography

  • Bruce Gale, Politics and public enterprise in Malaysia, Eastern Universities Press, 1981, ISBN 9971711524