Roma 13

Revisi sejak 5 Februari 2017 15.41 oleh JohnThorne (bicara | kontrib) (Perbaikan)

Roma 13 (disingkat Rom 13) adalah bagian Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Pengarangnya adalah Rasul Paulus, tetapi dituliskan oleh Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.[1][2]

Roma 13
Folio 256 verso Codex Guelferbytanus 64 Weissenburgensis, halaman 507 memuat Codex Carolinus bagian Surat Roma 12:17-13:1 di lapisan bawah; Naskah karya Isidore of Seville dalam bahasa Latin di lapisan atas dalam posisi terbalik.
KitabSurat Roma
KategoriSurat-surat Paulus
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
6

Teks

Struktur

Pembagian isi pasal:

Ayat 1

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.[3]

Allah memerintahkan orang Kristen untuk taat kepada pemerintah, karena pemerintah merupakan lembaga yang didirikan dan ditetapkan oleh Allah. Allah telah mendirikan pemerintah karena di dalam dunia yang tercemar ini kita memerlukan pembatasan-pembatasan tertentu untuk melindungi kita dari kekacauan dan pelanggaran hukum yang menjadi akibat wajar dari dosa.

  • 1) Pemerintah sipil, sebagaimana halnya seluruh kehidupan ini berada di bawah hukum Allah.
  • 2) Allah telah menetapkan pemerintah sebagai pelaksana keadilan, membatasi kejahatan dengan menghukum pelaku kesalahan dan melindungi yang baik di dalam masyarakat (Roma 13:3–4; 1 Petrus 2:13–17).
  • 3) Paulus menggambarkan pemerintah sebagaimana seharusnya. Pada saat pemerintah meninggalkan fungsinya yang semestinya ia tidak lagi berasal dari Allah atau bekerja menurut maksud-Nya. Misalnya, pada saat pemerintah menuntut sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah, orang Kristen harus lebih menaati Allah daripada manusia lain (Kisah Para Rasul 5:29; bandingkan Daniel 3:16–18; 6:7–11).
  • 4) Semua orang percaya wajib untuk berdoa bagi para penguasa (1 Timotius 2:1–2).[4]

Ayat 10

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.[5]

Tujuan hukum Taurat adalah kebenaran, tetapi hukum Taurat tidak dapat mencapai tujuan itu. Sama seperti Kristus adalah tujuan hukum Taurat (lihat Roma 10:4), demikian juga kasih (yang dicapai dalam Kristus) adalah kegenapan hukum Taurat.[6]

"Kasih" digenapi bukan hanya melalui perintah-perintah yang positif (Roma 12:9–21; 1 Korintus 13:4,6–7) tetapi juga dengan perintah-perintah negatif. Semua perintah yang disebutkan di sini berbentuk negatif (Roma 13:9; bandingkan 1 Korintus 13:4–6).

  • 1) Kasih itu positif; namun kasih juga negatif karena berhubungan dengan kecenderungan manusia akan dosa, mementingkan diri sendiri, dan kekejaman. Delapan dari sepuluh Hukum bersifat negatif karena dosa terjadi dengan sendirinya, sedangkan kebaikan tidak. Bukti pertama dari kasih Kristen ialah berbalik dari dosa dan segala yang mendatangkan kerugian atau kesedihan kepada orang lain.
  • 2) Pandangan bahwa etika Kristen harus bersifat positif saja adalah pandangan yang keliru didasarkan pada pandangan masyarakat yang berusaha meloloskan diri dari semua larangan yang mengekang kerinduan yang tak terkendalikan dari tabiat berdosa (Galatia 5:19–21).[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.
  3. ^ Roma 13:1
  4. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  5. ^ Roma 13:10
  6. ^ Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma: dari bahasa Yunani. Jakarta: Yayasan Kalam Hidup. 2004.

Pranala luar