Genosida Rohingya
Penindasan terhadap Rohingya di Myanmar 2016–2017 adalah tindakan kekerasan militer yang sedang berlangsung oleh angkatan bersenjata dan kepolisian Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine di wilayah barat laut negara itu.
Tanggal | 09 Oktober 2016 | – sekarang
---|---|
Tempat | Negara Bagian Rakhine |
Lokasi | Myanmar |
Jenis | Penindasan |
Tema | Kekerasan militer oleh angkatan bersenjata Myanmar dan polisi terhadap Muslim Rohingya |
Penyebab | Penyerangan barak polisi perbatasan oleh pemberontak tak dikenal |
Hasil | Pelanggaran HAM besar-besaran di tangan aparat keamanan |
Tindakan keras militer terhadap orang Rohingya mengundang kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelompok hak asasi manusia Amnesty International, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dan pemerintah Malaysia. Kepala pemerintahan de facto Aung San Suu Kyi secara khusus telah dikritik karena tidak bertindak dan diam atas masalah ini dan melakukan sedikit tindakan untuk mencegah pelanggaran militer.
Latar belakang
Orang Rohingya di Negara Bagian Rakhine utara, Myanmar, telah dianggap sebagai kelompok minoritas yang paling tertindas di dunia.[1][2][3] Orang Rohingya mengganggap diri mereka sebagai keturunan saudagar Arab yang telah menetap di wilayah tersebut beberapa generasi sebelumnya.[1] Para ahli telah menyatakan bahwa mereka telah ada di wilayah tersebut sejak abad ke-15.[4] Namun, mereka telah ditolak kewarganegaraan oleh pemerintah Myanmar, yang mengganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.[1] Pada masa modern, penindasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar telah ada sejak tahun 1970-an.[5] Semenjak itu, orang Rohingya biasanya telah menjadi sasaran penindasan oleh pemerintah dan nasionalis Buddhis .[6] Ketegangan antara berbagai kelompok keagamaan di negara ini sering dieksploitasi oleh penguasa militer Burma.[1]
Menurut laporan negara Myanmar, pada tanggal 9 Oktober 2016, beberapa individu bersenjata menyerang beberapa barak polisi perbatasan di Negara Bagian Rakhine yang menewaskan sembilan orang polisi.[7] Senjata dan amunisi juga dijarah. Serangan besar terjadi di kota Maungdaw negara itu. Identitas para penyerang tetap tidak diketahui, meskipun diyakini kelompok sempalan dari Organisasi Solidaritas Rohingya.[8]
Tindakan kekerasan
Menyusul insiden barak polisi, militer Myanmar mulai melakukan tindakan kekerasan besar di desa negara bagian Rakhine utara. Dalam operasi awal, puluhan orang tewas dan banyak yang ditangkap.[9]
Lihat juga
Referensi
- ^ a b c d Kevin Ponniah (5 December 2016). "Who will help Myanmar's Rohingya?". BBC News.
- ^ Matt Broomfield (10 December 2016). "UN calls on Burma's Aung San Suu Kyi to halt 'ethnic cleansing' of Rohingya Muslims". The Independent. Diakses tanggal 12 December 2016.
- ^ "New wave of destruction sees 1,250 houses destroyed in Myanmar's Rohingya villages". International Business Times. 21 November 2016.
- ^ Leider, Jacques (2013). Rohingya: the name, the movement and the quest for identity. Myanmar Egress and the Myanmar Peace Center. hlm. 204–255.
- ^ "Rohingya Refugees Seek to Return Home to Myanmar". Voice of America. 30 November 2016. Diakses tanggal 9 December 2016.
- ^ "Myanmar seeking ethnic cleansing, says UN official as Rohingya flee persecution". The Guardian. 24 November 2016.
- ^ "Myanmar says nine police killed by insurgents on Bangladesh border". The Guardian. 10 October 2016.
- ^ "Rakhine border raids kill nine police officers". Myanmar Times. 10 October 2016. Diakses tanggal 10 January 2017.
- ^ James Griffiths (25 November 2016). "Is The Lady listening? Aung San Suu Kyi accused of ignoring Myanmar's Muslims". CNN.