Islam di Papua
Islam di Papua adalah agama minoritas yang dipeluk oleh dari sekitar 16% menjadi 22% hasil sensus 2010 penduduk provinsi ini,[1] dari keseluruhan 2.833.381 jiwa penduduk berdasarkan sensus tahun 2010.[2] Mayoritas umat Islam tersebut adalah dari non suku asli Papua (439.337 jiwa, atau 15.51%), sedangkan sisanya adalah dari suku asli Papua (10.759 jiwa, atau 0.38%).[1]
Pendahuluan
Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku. Berdasarkan cerita populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fakfak, agama Islam masuk di Papua sekitar abad ke 15 yang dilalui oleh pedagang–pedagang muslim. Perdagangan antara lain dilakukan oleh para pedagang–pedagang suku Bugis melalui Banda (Maluku Tengah) dan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur.
Selain melalui jalur perdagangan, di daerah Merauke Islam dikenal melalui perantara orang-orang buangan yang beragama Islam, yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Terdapat istilah yang populer di Merauke, yaitu "Jamer" (dari kata Jawa-Merauke), untuk menyebut orang-orang keturunan Jawa baik yang merupakan keturunan orang-orang yang dipindahkan pada zaman penjajahan Belanda ataupun keturunan penduduk program transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia.
Proses Islamisasi di Papua
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, di antara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.
Pengaruh Islam
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak ada generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya. Selain itu para raja di Maluku, Fak-fak dan Kaimana masih membatasi peredaran agama Islam karena jangkauan saat itu masih susah dicapai [3].
Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses penyebaran Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, LDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahlussunah waljama'ah.
Referensi
- ^ a b Jumlah Penduduk yang beragama Islam menurut Klasifikasi Suku - Provinsi Papua, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Diakses 13 November 2013.
- ^ Jumlah Penduduk menurut Klasifikasi Suku - Provinsi Papua, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Diakses 13 November 2013.
- ^ Kaimana dan Fakfak, Pusat Penyebaran Islam di Papua, Papua Untuk Semua | www.papua.us Diakses 15 Juni 2015.
Pustaka
- Monografi daerah Irian Jaya. Proyek Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Santoso, S Budhi, dkk. Masyarakat terasing Amungme di Irian Jaya. CV Eka Putra. 1995.
- Wanggai, Toni Victor M. Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. 2009.