Pantai Papuma
'Pantai Papuma adalah sebuah pantai yang menjadi tempat wisata di Kabupaten Jember, provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Geografi
Kata “Papuma” berasal dari akronim Pasir Putih Malikan. Sesuai dengan namanya Pantai Tanjung Papuma adalah sebuah penjorokan daratan ke laut dengan pantai pasir putih. Tidak hanya pasir putih yang terdapat di Papuma, batu-batu hijau, hitam, dan putih beraneka bentuk terhampar di sisi barat Papuma yaitu Pantai Malikan. Inilah perbedaan Papuma dengan pantai- pantai di sekitarnya. Di timur Papuma ada Pantai Watu Ulo dan Pantai Payangan yang berpasir hitam. Perbedaan ini mampu mendatangkan pengunjung lebih banyak ke Papuma dari pada Watu Ulo dan Payangan.[butuh rujukan]
Berwisata ke pantai merupakan hal yang sangat menyenangkan. Lingkungan yang tenang, semilir angin, dan debur ombak selalu mengiringi tiap kegembiraan yang dihadirkannya. Kegembiraan itu akan semakin lengkap jika di sana terdapat aneka ragam flora fauna. Kicau burung, celoteh monyet, warna-warni serangga melengkapi suburnya tetumbuhan khas pantai. Tanjung Papuma adalah salah satu tujuan wisata di Kabupaten Jember yang mampu menyuguhkan keindahan tersebut.
Lokasi
Wana Wisata Tanjung Papuma adalah salah satu kawasan wisata unggulan Kabupaten
Jember yang terletak kurang-lebih 40 km sebelah selatan kota Jember. Tempat ini terletak di
Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan. Menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun
motor, perjalanan kesana memerlukan waktu antara 60 hingga 90 menit dari Kota Jember,
lima sampai enam jam dari Surabaya atau Malang, dan tujuh sampai delapan jam dari
Denpasar Bali.
Transportasi
Ada tiga alternatif jalan menuju Pantai Papuma. Jalur pertama adalah sekitar 3 km jalan
belum beraspal tembus langsung menuju ke loket masuk. Jalur ini terletak di sebelah selatan
Gunung Watangan. Gunung Watangan merupakan salah satu gunung paling selatan
Kabupaten Jember. Gunung ini terletak di utara Pantai Papuma dan Watu Ulo. Ujung timur
gunung ini memasuki wilayah Kecamatan Ambulu. Bagian tengahnya berada di Kecamatan
Wuluhan, Ujung baratnya merupakan wilayah Kecamatan Puger. Ada jalan yang cukup lebar
untuk sebuah mobil. Sayangnya, di kurang lebih kilo meter kedua jalan ini terdapat lokasi
rawan longsor bila terjadi hujan lebat.
Jalur kedua melalui Pantai Watu Ulo yang merupakan wilayah Kecamatan Ambulu.
Sebelum memasuki kawasan wisata Tanjung Papuma, pengunjung melewati Pantai Watu Ulo
yang terletak di timur Tanjung Papuma. Jalan halus beraspal memudahkan akses Pantai Papuma. Tempat wisata Pantai Watu Ulo lebih dulu dikelola sebelum Tanjung Papuma dibuka untuk umum. Mungkin karena itulah – selain perbedaan wilayah kecamatan – pengunjung
harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 3000 per orang di loket masuk Pantai Watu Ulo
walaupun hanya bertujuan ke Pantai Papuma. Sebab itu, pengunjung Papuma banyak tidak
melalui jalur ini.
Jalur terberat adalah jalur ketiga. Perjalanan ini melalui pusat Kecamatan Wuluhan.
Kecamatan Wuluhan terletak kurang lebih tujuh kilometer arah barat Kecamatan Ambulu.
Dari pusat Kecamatan Wuluhan (Kantor Polsek Wuluhan), perjalanan ke selatan sejauh tiga
km melalui Desa Ampel hingga pertigaan paling selatan, lalu belok kiri (ke timur) hingga
Dusun Pomo. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke selatan (belok kanan) menuju Hutan
Grintingan/Gunung Watangan. Jalan ini tidak dapat dilalui mobil. Hanya motor dan sepeda
yang bisa melaluinya. Bahkan ketika musim hujan, jalur ini hanya dapat dilalui oleh pejalan
kaki, karena jalan berlumpur. Sebenarnya jalur ini sudah halus diaspal. Namun, karena kurang
adanya perawatan maka jalan ini sebagian telah rusak akibat longsor. Jarak dari Pusat
Kecamatan Wuluhan hingga loket masuk Tanjung Papuma melalui jalur ini sekitar 10 km,
dengan estimasi waktu tempuh 30 menit menggunakan motor karena beratnya medan.
Walaupun berat, jalur terakhir ini menawarkan keelokan hutan dengan latar belakang Pantai
Watu Ulo dan birunya Laut Selatan yang terlihat indah dari celah-celah pepohonan. Beberapa
jenis burung menyambut kedatangan pengunjung dengan keindahan siulannya, lebih-lebih
jika hari masih pagi.
Fasilitas
Sesampainya di loket masuk, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 3000
per orang, Rp. 1000 untuk parkir motor atau Rp. 7000 untuk parkir mobil. Biaya tersebut
sudah termasuk asuransi kecelakaan. Dari sini perjalanan tinggal sekitar 10 menit lagi
menggunakan kendaraan pribadi. Pengunjung harus melalui jalan mendaki dan menurun
sejauh kurang lebih dua km. Sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan hutan nan elok.
Pantai Papuma sesekali terlihat melalui sela-sela pepohonan di bukit dengan ketinggian
sekitar 150 mdpl (meter di atas permukaan laut).
Jalan menuju Papuma juga digunakan untuk mengakses Gua Jepang dan Guwa Lowo yang
berada di sebelah kiri jalan. Untuk mencapai guwa, pengunjung harus melalui jalan setapak
yang menurun tajam, karena guwa-guwa tersebut terletak di tebing terjal pantai. Guwa Jepang
merupakan tempat pengintaian Tentara Jepang pada masa Perang Dunia Kedua. Guwa Lowo
(Jawa: kelelawar) menurut legenda adalah tempat bersemayam putri penguasa laut selatan
“Dewi Sri Wulan” dan tempat bertapa Kyai Mataram.
Di Pantai Papuma, terdapat tempat parkir luas di sebelah kanan jalan masuk. Mobil bisa di
parkir disana. Bila perjalanan diteruskan ke arah selatan, pengunjung bisa naik ke Siti
Hinggil, tempat tertinggi di ujung Tanjung Papuma sekitar 50 mdpl. Dari ketinggian ini,
pengunjung bisa menyaksikan debur ombak Ganasnya Laut Selatan menyerbu bukit-bukit karang yang terpisah dari pantai. Dari ketinggian ini pula, di sisi utara terhampar ekosistem hutan yang sangat bagus karena terjaga kelestariannya dengan pohon gebang mendominansi.
Turun dari Siti Hinggil pantai berbatu di sebelah selatan dan ekosistem hutan di sebelah
utara bisa dinikmati sambil berjalan atau berkendara ke arah barat. Di sinilah tampak sekali
kekayaan keanekaragaman hayati ekosistem pantai, Formasi Pes-caprae dan Formasi
Barringtonia.
Potensi
Tanjung Papuma menyuguhkan keindahan alam pantai didukung dengan ekosistem pantai
yang terjaga. Di bagian timur, pantai berpasir putih terhampar dari utara ke ujung selatan
tanjung, Siti Hinggil. Di beberapa tempat terdapat batu karang yang masih utuh ditemani
beberapa bongkah batu karang bulat pipih terukir ombak, membentuk pantai batu putih. Tepat
di timur Siti Hinggil terdapat batuan besar yang menyerupai kodok dan mahkota Dewa
Narada. Kedua batu karang tersebut dinamakan Batu Kodok dan Batu Narada. Di sebelah
selatan Siti Hinggil terdapat sebuah bukit batu besar yang menunjukkan bukti-bukti pernah
menjadi satu daratan dengan Pantai Malikan. Ada jalur bebatuan yang menciptakan laut
sangat dangkal antara pantai dengan batu tersebut. Di kejauhan sebelah barat terdapat
beberapa batu-batu besar dan kecil selalu menampilkan semburat air laut yang menerjangnya.
Ekosistem pantai menawan akan membuat wisatawan kerasan berlama-lama menikmati
pemandangan. Rimbunnya pohon pada formasi baringtonia yang berada di utara Siti Hinggil
dimanfaatkan oleh para pedagang menyajikan ikan segar, es kelapa muda, dan aneka ragam
kuliner yang menambah kesan wisata alami khas pantai.
Keelokan Tanjung Papuma dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas penginapan ber-AC,
tepat istirahat/balairung, bumi perkemahan, kios souvenir, playground, MCK, listrik/air
bersih, musholla, dan telepon umum. Dengan adanya fasilitas tersebut, pengunjung bisa lebih
betah menikmati pemandangan, bahkan bisa menginap dengan nyaman. Bila sampai menginap, pengunjung bisa menikmati keindahan matahari terbit dan tenggelam. Pada malam hari, suasana pantai semakin menakjubkan karena kehadiran bintang gumintang dan satwa laut yang mampu memendarkan cahaya.
Zonasi Vegetasi
1. Pes-capre
Khusus pantai bergelombang besar, seperti Pantai Papuma, dihuni oleh tetumbuhan yang
berdasarkan jenisnya bisa dibedakan menjadi dua kawasan atau formasi. Daratan yang paling
dekat dengan gelombang didominansi Ipomoea pes-caprae, karena itu disebut formasi pes-
caprae. I. pes-caprae mampu tumbuh di atas pasir dengan sedikit sekali atau hampir tidak
memerlukan tanah. Kemampuannya yang hebat menjadi benteng pertahanan pertama pantai
dari ancaman angin dan gelombang.
Di Tanjung Papuma, jalur atau formasi pes-caprae ditemukan tidak luas. Tanjung Papuma
memiliki pantai yang sempit. Jarak antara daratan hutan dan lokasi pecahnya gelombang laut
hanya berkisar antara 0 sampai 50 m sehingga tumbuhan yang hidup di atas pasir juga sedikit.
Populasi I. pes-caprae ditemukan di Pantai Malikan, pantai yang sebagian berbatu di
sebelah barat Siti Hinggil. Pantai ini relatif lebih terjaga dibanding Pantai Pasir Putih di utara
Siti Hinggil. Kebanyakan pengunjung memilih Pantai Pasir Putih yang berombak lebih kecil,
berpantai pasir, dan dekat dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan pengelola, serta jika
pengunjung merasakan lapar dahaga ada beberapa kios atau warung yang menyediakan
kelezatan ikan bakar dan kesegaran es kelapa muda.
2. Baringtonia
Sebutan “baringtonia” berasal dari nama marga tumbuhan penghuni pantai Baringtonia procera dan B. asiatica. Penyebutan ini tidak berarti bahwa formasi ini hanya ditumbuhi oleh baringtonia saja. Di antara baringtonia banyak juga dijumpai waru, pandan, gamal, dan bahkan gebang. Kekayaan inilah yang membuat formasi ini didiami banyak satwa, berhawa sejuk, sekaligus menjadikannya zona utama pertahanan pantai terhadap tsunami. Formasi ini secara alami akan membentuk hutan pantai yang bisa sangat rapat. Kerapatannya membuat manusia kesusahan menembusnya. Pantai yang berhutan terlalu lebat tentunya akan miskin pengunjung. Karena itu, diperlukan kearifan dalam pengelolaannya sehingga formasi ini dapat menjadi penjaga pantai sekaligus tempat nyaman untuk berwisata.