Abu Thalhah al-Anshari (bahasa Arab:أبو طلحة الأنصاري, lahir di Madinah, 585 - wafat di Madinah, 654) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad.[1][2][3] Abu Thalhah termasuk veteran Perang Badar. Sebelum Nabi hijrah, dia mengikuti Baiat Aqabah yang kedua, bahkan menjadi di antara dua belas pemimpin terpilih pada malam Baiat Aqabah tersebut.[4] Dia mendapat pujian Nabi karena suaranya yang sangat lantang: "Sungguh, suara Abu Thalhah dalam pasukan perang lebih baik daripada kekuatan seribu orang."[4]

Abu Thalhah al-Anshari
radhiyallahu anhu
Nama asli Zaid bin Sahl
Lahir 585
Madinah
Meninggal 654 (umur 68–69)
Madinah
Kebangsaan Suku Khazraj
Kabilah Bani Najjar
Istri Ummu Sulaim

Kehidupan

Lahir

Namanya adalah Zaid bin Sahl bin al-Aswad bin Haram bin Amr bin Zaid Manah bin Amr bin Malik bin Adi bin Amr bin Malik bin an-Najjar al-Anshari al-Khazraji (زيد بن سهل بن الأسود بن حرام بن عمرو بن زيد مناة بن عمرو بن مالك بن عديّ بن عمرو بن مالك بن النّجار الأنصاريّ الخزرجيّ), kunyahnya Abu Thalhah.[2] Lahir di Madinah, 36 tahun sebelum hijrah.[3] Dia berkerabat dengan Nabi Muhammad melalui ayahnya, karena dia adalah sepupu (anak paman) Nabi dari pihak ibu.[4]

Sebelum hijrah

Pernikahannya dengan Ummu Sulaim

Ummu Sulaim adalah seorang janda dari laki-laki bernama Malik yang meninggal terbunuh di Syam dalam keadaan kafir ketika dakwah Islam sudah memasuki masa dakwah secara terang-terangan.[5][6] Kepergian Malik meninggalkan Ummu Sulaim bersama anaknya yang bernama Anas bin Malik.[7]

Abu Thalhah segera melamar Ummu Sulaim dengan harapan sangat besar untuk diterima karena dia adalah seorang bangsawan dan dia menawarkan mahar yang sangat mewah. Namun, Ummu Sulaim menolak lamaran tersebut dan membuat Abu Thalhah tercengang. Ummu Sulaim menyebutkan alasannya: "Sungguh, tidaklah patut aku dinikahi seorang musyrik. Tidakkah Anda mengetahui bahwa tuhan-tuhan kalian dipahat oleh keluarga Fulan? Dan jika kalian menyalakan api pada patung-patung itu, niscara mereka terbakar!"[7]

Dia mencoba melamarnya lagi pada hari berikutnya dengan mahar yang lebih besar. Ummu Sulaim kali ini mengatakan, "Demi Allah, tidak ada wanita yang akan menolak pinangan Anda, hai Abu Thalhah. Hanya saja Anda seorang kafir, sedangkan aku seorang muslimah; dan tidak dihalalkan bagiku menikah dengan Anda. Adapaun jika Anda bersedia masuk Islam, maka keislaman itu akan kujadikan maskawin, dan aku tidak akan meminta apa-apa lagi."[8]

Abu Thalhah bersedia menyatakan keislamannya, maka dia bertanya, "Siapa yang harus kutemui untuk menyatakan keislamanku?"

"Nabi Muhammad," jawabnya.

Akhirnya, dia menemui Nabi Muhammad pada kesempatan Baiat Aqabah yang kedua.[9]

Setelah hijrah

Wafat

Abu Thalhah wafat di Madinah, 34 H (654 M).[3] Utsman bin Affan menjadi imam dalam salat jenazahnya.[10]

Periwayatan hadis

Meriwayatkan darinya: Anas bin Malik, Zaid bin Khalid al-Juhani, Abdullah bin Abbas, Sa'id bin Yassar, dan Abu Ishaq Abdullah bin Abi Thalhah.[11][1]

Diriwayatkan darinya sekitar dua puluh hadis.[10]

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

Catatan Kaki

  1. ^ a b Adz-Dzahabi 2006, hlm. 356.
  2. ^ a b Al-Asqalani, hlm. 502.
  3. ^ a b c Az-Zirakli 2002, hlm. 58.
  4. ^ a b c Al-Mishri 2015, hlm. 55.
  5. ^ Az-Zirakli 2002, hlm. 33.
  6. ^ Adz-Dzahabi 2006, hlm. 358.
  7. ^ a b Al-Mishri 2015, hlm. 56.
  8. ^ Al-Mishri 2015, hlm. 56-57.
  9. ^ Al-Mishri 2015, hlm. 57.
  10. ^ a b Adz-Dzahabi 2006, hlm. 357.
  11. ^ Al-Asqalani, hlm. 503.

Daftar Pustaka

  • Adz-Dzahabi, Abu Abdillah Syamsuddin (2006). Siyar A’lam an-Nubalā‘ (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Kairo: Dar al-Hadits. 
  • Ibnu Hajar al-Asqalani (1415 H). Adil Ahmad Abdul-Maujud; Ali Muhammad Mu'awwidh, ed. Al-Iṣābah fī Tamyīz aṣ-Ṣaḥābah (dalam bahasa bahasa Inggris). Jilid 2. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 
  • Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc, ed. Ensiklopedi Sahabat: Biografi Profil Teladan 104 Sahabat Nabi Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Sejarah. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 978-602-9183-91-7. 
  • Az-Zirakli, Khairuddin bin Mahmud bin Muhammad (2002). Al-A’lām (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Beirut: Dar el-Ilm Lilmalayin.