Hasan Asy'ari

mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dari Magelang, Jawa Tengah

Kiai Haji Hasan Asy'ari atau Mbah Hasan Mangli[1] adalah seorang ulama kharismatik yang merupakan mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dari Magelang, Jawa Tengah[2]. Mbah Mangli merupakan salah satu tokoh yg mendirikan Asrama Pendidikan Islam di Magelang yang santrinya berasal dari seluruh Indonesia[3].

Kiai Haji Hasan Asy'ari
LahirMuhammad Bahri
17 Agustus 1945
Kediri, Jawa Timur
Meninggal2007 (umur 61–62)
Magelang, Jawa Tengah
Nama lainMbah Hasan Mangli
KebangsaanIndonesia Indonesia
JabatanPendiri Pondok Pesantren Mangli
FirkahSunni
Mazhab FikihSyafi'i
IstriHajjah Ning Aliyah
KeturunanGus Thohir
Nimaunah
Nimaiyah
Nibariyah

Biografi

Hasan Asy'ari lahir dengan nama Muhammad Bahri di Kediri, Jawa Timur pada hari Jumat legi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.00 malam[4]. Mbah Mangli menikah dengan Hajjah Ning Aliyah[5] dan dikaruniai satu putra serta tiga putri: Gus Thohir, Nimaunah, Nimaiyah, Nibariyah[3]. Mbah mangli merupakan putra bungsu dari Muhammad Ishaq, yang menurut silsilahnya masih keturunan dari Maulana Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati[4]. Sedangkan dari garis ibu, Mbah Mangli merupakan keturunan dari Kyai Ageng Hasan Besari yang juga masih keturunan Sunan Kalijaga[4]. Mbah Mangli wafat pada akhir tahun 2007 di Magelang, Jawa Tengah[3].

Pendidikan

Mbah Mangli memperoleh pendidikan perdana dari Ayahnya dengan disiplin pendidikan yang ketat dan sangat keras. Diantara yang diajarkan ayahnya adalah menghafal kitab Taqrib dan maknanya, serta mempelajari Tafsir Alquran baik makna maupun nasakh mansukh-nya[4].

Aktivitas

Tarekat

Mbah Mangli merupakan mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang didirikan oleh Syekh Achmad Khotib al-Syambasi[1]. Selain itu, Mbah Mangli juga merupakan pengikut Tarekat Alawiyyah. Ia sering mengikuti Maulid Nabi Muhammad di Masjid ar-Riyyadh, Pasar Kliwon, Surakarta pimpinan Habib Anis bin Alwi al-Habsyi. Adapun wiridan wajib di Pondok Pesantren Mangli adalah rotib Alhadad , rotib Alatas dan rotib syakron yang sampai sekarang masih dilaksanakan[3].

Mendirikan Pesantren

Pada 1959, Mbah Mangli mendirikan pondok pesantren salafiyah namun tidak memberikan nama resmi. Lambat laun pondok tersebut dikenal dengan nama Pondok Pesantren Mangli dan sosok Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli. Nama ini diberikan masyarakat karena ia menyebarkan Islam dengan basis dari Kampung Mangli, desa Girirejo, kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang[3].

Dakwah

Selain mendidik umat lewat pesantren, Mbah Mangli juga aktif melakukan dakwah dan syiar Islam ke berbagai wilayah. Di desa Mejing, kecamatan Candimulyo, bahkan Mbah Mangli secara khusus menggelar pengajian rutin bertempat di sebuah langgar atau surau yang dikenal sebagai langgar Linggan. Berbagai kalangan umat Islam datang berbondong-bondong untuk mendengarkan nasehat dan petuah kiai kharismatik tersebut dengan penuh kekhidmatan[6]. Apabila mengadakan pengajian, Mbah Mangli tidak pernah menggunakan pengeras suara, namun dari ribuan jemaah tak satu pun yang tak mendengar suaranya[7].

Karamah

Mbah mangli adalah seorang ulama yang memiliki Psikokinesis tinggi[8], ia dapat mengetahui maksud setiap jamaah yang datang, apa permasalahan mereka dan langsung dapat memberikan nasihat dengan tepat sasaran[9].

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b Setiawan, Aji (2013-10-30). "Mbah Mangli Ulama Karismatik dari Magelang". Republika Online. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  2. ^ Murtaufiq, Sudarto (2013-11-02). "KH Hasan Ash'ari (Mbah Mangli), a Charismatic Ulama from Magelang Central Java". www.muslimedianews.com. Muslimedia News - Media Islam | Voice of Muslim. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  3. ^ a b c d e Sajad, Abdullah (2016-04-08). "Mbah Mangli Magelang". Suara Pesantren. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  4. ^ a b c d Administrator (2015-03-14). "Mbah Mangli: Wali Allah Yang Tidak Pernah Mau Mengikuti Gus Dur". www.nugarislurus.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-08-20. 
  5. ^ CyberNews, Suara Merdeka (2011-08-07). "Pesantren Sederhana di Lereng Gunung". suaramerdeka.com. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  6. ^ Edi (2012), hlm. 19.
  7. ^ Fadholly (2016-04-04). "Kisah Mbah Mangli dan Abah Guru Sekumpul". Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  8. ^ Amin (2008), hlm. 175.
  9. ^ Pendekartidar (2012-08-01). "Kharisma Mbah Kiai Mangli". Pendekar Tidar (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-08-20. 

Bibliografi