Jembatan Merah Putih

jembatan di Indonesia
Revisi sejak 20 Januari 2017 13.39 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Jembatan Merah Putih adalah Jembatan kabel pancang yang terletak di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Indonesia. Jembatan ini membentangi Teluk Dalam Pulau Ambon, yang menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka) di Kecamatan Sirimau pada sisi utara, dan Desa Hative Kecil/Galala di Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan.[4][3] Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia Timur, menjadi bagian dari keseluruhan tata ruang Kota Ambon,[3] dan menjadi ikon kota Ambon.[5]

Jembatan Merah Putih
Koordinat3°39′43″S 128°11′53″E / 3.66194°S 128.19806°E / -3.66194; 128.19806
Moda transportasiKendaraan bermotor
MelintasiTeluk Ambon, Indonesia
Karakteristik
DesainJembatan kabel pancang
jembatan balok kotak
Panjang total1.140 meter (3.740 ft)[1]
Lebar225 meter (738 ft)
Bentang terpanjang150 meter (492 ft)
Jumlah bentangan3
Tinggi maksimum34.109 meter (111.906 ft)
Sejarah
Dibangun olehPT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan[2]
Mulai dibangun17 Juli 2011[2]
Diresmikan4 April 2016[3]
Statistik
TolTidak
Lokasi
PetaKoordinat: 3°41′S 128°11′E / 3.683°S 128.183°E / -3.683; 128.183

Dibangun sejak 17 Juli 2011, Jembatan Merah Putih menelan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 779,2 miliar. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 4 April 2016.[3]

Tujuan pembangunan Jembatan Merah Putih adalah untuk mempercepat waktu tempuh perjalanan antara Bandara Pattimura di Jazirah Lei Hitu, Maluku Tengah di utara, dan pusat Kota Ambon di Jazirah Lei Timur di selatan.[2] Sebelum ada Jembatan Merah Putih, jarak Bandara Internasional Pattimura ke Kota Ambon yang berkisar 35 kilometer harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) antara Desa Rumah Tiga (Poka) dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, belum termasuk waktu antri.[3]

Deskripsi teknis

Teluk Ambon adalah teluk sempit yang dalam, yang membagi pulau Ambon menjadi dua jazirah; jazirah Lei Hitu di utara dan jazirah Lei Timur di selatan. Kawasan Pulau Ambon adalah kawasan yang rawan gempa tektonik, karena itulah kostruksi jembatan ini harus memperhitungkan kondidi geografi dan geologi kawasan ini.

Secara teknis panjang jembatan ini adalah 1.140 meter yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu, Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka (sisi utara) sepanjang 520 meter, Jembatan Pendekat di sisi Desa Galala (sisi selatan) sepanjang 320 meter, dan Jembatan Utama sepanjang 300 meter.[3]

Jembatan Utama ini merupakan tipe jembatan khusus dengan sistem beruji kabel atau cable stayed, dengan jarak antar pilon sepanjang 150 meter.[3]

Tahap pembangunan

Awal rencana jembatan ini menelan dana Rp 416.75 miliar dan akan rampung akhir tahun 2014,[2] meski kemudian diundur karena alasan cuaca yang menghambat pengiriman material jembatan.[6] Per Juni 2015, pembangunan mencapai 90%.[7] Pembangunan jembatan ini sempat tertunda pengerjaannya akibat gempa bumi yang mengguncang Ambon pada 29 Desember 2015.[5] Jembatan ini rampung pada 4 April 2016.[3]

Nama jembatan

Nama jembatan ini adalah berdasarkan Bendera Merah Putih, bendera kebangsaan Indonesia. Akan tetapi ada makna lain di balik penamaan jembatan ini. Ketika terjadinya konflik sektarian di Maluku pada kurun 1999 sampai 2002, golongan Kristen disebut sebagai "golongan merah", sementara golongan Muslim disebut "golongan putih". Jembatan ini menjadi simbol perdamaian, persatuan serta lambang kebersamaan antar warga Maluku.[5]

Pranala luar

Referensi