Asina Marulam Hutapea

Bergabung 18 September 2017
Revisi sejak 18 September 2017 20.24 oleh Asina Marulam Hutapea (bicara | kontrib) (Tinjauan Teologis Terhadap Ajaran Gereja Yang Beraliran Kharismatik Tentang '''Bahasa Roh''')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Istilah kharismatik berasal dari kata Yunani Charisma (bentuk jamaknya charismata), yang berarti karunia-karunia Roh. Di dalam Alkitab khususnya pada surat-surat Rasul Paulus, dapat ditemukan beberapa nas yang berbicara tentang sejumlah karunia Roh, misalnya dalam I Korintus 12 – 14, Roma 12 dan Efesus 4. William H. Gentz (General Editor) menerangkan penggunaan istilah kharismatik(s) yang menunjuk kepada orang-orang Kristen yang mengaku telah menerima babtisan dan kepenuhan Roh Kudus di dalam dirinya. Hal ini diikuti pula dengan pengakuan bahwa mereka telah menerima salah satu dari karunia-karunia rohani (Charismata) sebagaimana dinyatakan Paulus dalam surat kirimannya. Inilah arti penggunaan kata “kharismatik” yang juga disebut ‘Pentakosta Baru’. Secara langsung dapat diartikan bahwa Kharismatik merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan kaum Kristiani yang percaya bahwa manifestasi Roh Kudus tersebut juga bisa terjadi dan seharusnya dipraktekkan sebagai pengalaman pribadi setiap orang-orang percaya pada masa sekarang ini. Berbicara mengenai latar belakang sejarah berdirinya Gerakan Kharismatik, maka di dalamnya Montanisme telah dianggap sebagai titik berangkat atau akar kekristenan kharismatik, sebab gerakan tersebut memiliki banyak kemiripan dalam teologi, praktek, dan fokus spiritual. Satu kesamaan umum yang tampak yaitu tentang ide-ide kaum Montanis yang hadir dalam kekristenan kharismatik. Montanisme adalah suatu gerakan profetis yang dipelopori oleh Montanus (seorang mantan imam dari Cybele di Phrygia). Ajaran utama gerakan ini adalah mengenai ucapan-ucapan nubuat yang disampaikan dalam suatu keadaan ekstasis. Gerakan ini juga mengajarkan bahwa Allah berkomunikasi secara langsung lewat wahyu melalui Roh Kudus. Montanus dengan kuat memegang dan mempromosikan ide bahwa penutupan kanon Alkitabiah bukanlah akhir dari wahyu Ilahi. Gerakan Montanus timbul dan menjadi sangat besar pada masa itu. Montanus tidak senang dengan suasana di dalam gereja. Menurutnya suasana gereja terlalu sibuk dengan masalah ortodoksi. Montanus menuntut kebebasan dalam Roh Kudus (freedom in Holy Spirit). Ia mengklaim pewahyuan langsung oleh Roh Kudus. Akan tetapi dilihat dari latar belakang kelahirannya, gerakan kharismatik dapat disejajarkan dengan NRM (New Religious Movements), yang sama-sama lahir sebagai upaya untuk mempertahankan kemurnian kepercayaan atau doktrin yang dianutnya. NRM adalah gerakan keagamaan yang lahir di tengah-tengah masyarakat, sebagai reaksi terhadap agama-agama modern, atau agama-agama arus utama seperti Kristen, Islam, dan lain-lain. Kehadiran NRM ini merupakan sebagai suatu titik tolak untuk mengevaluasi dan mereformulasi pemahaman dan kesaksian gereja di tengah-tengah dunia, di dalam kehidupan masyarakat secara konkret. Begitu juga dengan gereja kharismatik, jika dilihat dari sejarah perkembangannya, gereja kharismatik itu juga pada awalnya adalah gerakan keberagamaan baru dari Pentacostal Movement menjadi Neopentacostal Movement yang kemudian disebut dengan gerakan kharismatik. Ada tiga besar gerakan keberagamaan baru yang lahir di dalam gereja yang juga dapat disebut sebagai gerakan reformasi, yaitu gerakan reformasi Marthin Luther pada abad 16, gerakan Pietisme pada abad 18 dan gerakan kharismatik. Ketiga gerakan ini sama-sama ingin mengisi kegersangan rohani, meluruskan ajaran agar sesuai dengan Alkitab, menghidupkan tugas dan fungsi gereja yang terlupakan, misalnya dalam hal melayani dan bermisi dan menghayati iman secara fungsional yang lahir dar pengalaman kerohanian individual.