Konsep Hegemoni Gramsci

Revisi sejak 13 Oktober 2017 08.13 oleh Rizkisu (bicara | kontrib)

Konsep Hagemoni Gramsci adalah gagasan yang berpusat pada pemahaman Antonio Gramsci mengenai hagemoni sebagai sarana kultural maupun ideologis tempat kelompok-kelompok yang dominan dalam masyarakat, termasuk pada dasarnya tapi bukan secara kelas eksklusif penguasa, melestarikan dominasinya dengan mengamankan "persetujuan spontan" kelompok-kelompok subordinat, termasuk kelas pekerja, melalui penciptaan negoisasi konsensus politik maupun ideologis yang menyusup ke dalam kelompok-kelompok dominan maupun yang didominasi.[1]

Yang membedakan Konsep Hagemoni Gramsci dengan konsep hagemoni oleh tokoh lainnya adalah Pertama, ia menerapkan konsep itu lebih luas bagi supremasi satu kelompok atau lebih atas lainnya dalam  setiap  hubungan  sosial,  sedangkan  pemekaian  iistilah  itu  sebelumnya  hanya menunjuk pada relasi  antara proletariat  dan kelompok  lainnya.  Kedua, Gramsci  juga mengkarakterisasikan  hegemoni  dalam  istilah  “pengaruh  kultural”,  tidak  hanya “kepemimpinan politik dalam sebuah sistem aliansi” sebagaimana dipahami  generasi Marxis terdahulu (Femia, 1983).

Ada 3 tingkatan hagemoni menurut Gramsci, yaitu :

1) Hegemoni Total 

Hegemoni yang ditandai dengan afiliasi masa yang mendekati totalitas, Masyarakat menunjukan tingkat kesatuan moral dan intelektual yang kokoh

2) Hegemoni Yang Merosot

Menurut Gramsci pada tahap ini terjadi potensi disintegrasi atau potensi konflik yang tersembunyi dibawah permukaan, artinya sekalipun sistem yang ada telah mencapai kebutuhan dan sasarannya, namun mentalitas massa tidak sungguh-sungguh selaras dengan pemikiran yang dominan dan subjek hegemoni.

3) Hegemoni Minimum

Hegemoni yang paling rendah tingkatannya, hegemoni ini bersandar pada kesatuan ideologis antara elit ekonomi, politik dan intelektual.

Referensi

  1. ^ Strinati, Dominic (2010). Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. hlm. 254. ISBN 978-979-25-4653-8.