Kota Batu
Kota Batu (Hanacaraka: ꦏꦸꦛꦧꦠꦸ) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Malang. Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Wilayah kota ini berada di ketinggian 700-1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius.
Kota Batu
ꦏꦸꦛꦧꦠꦸ Kota Apel De Kleine Zwitserland | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Kawasan Alun-Alun Kota Batu | |
Motto: Hakaryo Guno Mamayu Bawono ꦲꦏꦪꦾꦂꦒꦸꦟꦩꦩꦪꦸꦨꦮꦤ (Berkarya Guna Memajukan Dunia) | |
Koordinat: 7°52′S 112°31′E / 7.867°S 112.517°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 17 Oktober 2001 |
Dasar hukum | UU No. 12/2001 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Wali Kota | H. Eddy Rumpoko |
• Wakil Wali Kota | H. Punjul Santoso, M.M. |
Luas | |
• Total | 202,30 km2 (78,11 sq mi) |
Peringkat | 34 |
Populasi (2013) | |
• Total | 182.392[1] |
• Peringkat | 55 |
• Peringkat kepadatan | 63 |
Demografi | |
• Agama | Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dll |
• Bahasa | Jawa, Madura, Indonesia, Tionghoa, Inggris |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | [[Daftar kode telepon di Indonesia|+62 341]] |
Pelat kendaraan | N |
Kode Kemendagri | 35.79 |
DAU | Rp374.362.261.000.- |
Situs web | www |
Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.
Batu dikenal sebagai salah satu kota wisata terkemuka di Indonesia karena potensi keindahan alam yang luar biasa. Kekaguman bangsa Belanda terhadap keindahan dan keelokan alam Batu membuat wilayah kota Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa[2] Bersama dengan Kota Malang dan Kabupaten Malang, Kota Batu merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
Sejarah
Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.
Pada waktu pemerintahan Kerajaan Medang di bawah Raja Sindok, seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah oleh Raja untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.
Atas persetujuan Raja Sindok, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangun sebuah candi yang diberi nama Candi Supo[2].
Di tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Medang. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang konon katanya bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural yang dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas, dan sumber air panas itu sampai sekarang menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di lereng pegunungan dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama "Batu" mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.
Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai sebutan yang digunakan untuk sebuah kota dingin di Jawa Timur.
Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babad alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal dari wilayah Jawa Tengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah ke kaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda (Kompeni).
Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu[2].
Awalnya mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas, namun akhirnya lambat laun komunitasnya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.
Geografi
Wilayah Kota Batu terletak di kaki dan lereng pegunungan dan berada pada ketinggian rata-rata 700-1.700 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah:
- Gunung Anjasmoro (2.277 m)
- Gunung Arjuno (3.339 m)
- Gunung Banyak (1.306 m)
- Gunung Kawi (2.551 m)
- Gunung Panderman (2.045 m)
- Gunung Semeru (3.676 m)
- Gunung Welirang (3.156 m)
- Gunung Wukir (335 m)
Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km², sebagian besar keadaan topografi kota Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-lembah yang terletak di lereng dua pegunungan besar, yaitu Arjuno-Welirang dan Butak-Kawi-Panderman. Di wilayah kota Batu, yang terletak di sebelah utara pusat kota terdapat sebuah hutan lebat yang merupakan kawasan hutan lindung, yakni Taman Hutan Raya Raden Soerjo.
Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan adalah kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi. Sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi.
Sebagai layaknya wilayah pegunungan yang subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki panorama alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad ke-19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itu ikut membangun tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan bermukim di Batu.
Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa pemerintahan Hindia Belanda itu masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan wisata hingga saat ini.
Keindahan alam Batu yang memadukan antara nuansa arsitektur Eropa dan pegunungan yang indah memukau Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, sehingga setelah Perang Kemerdekaan, Soekarno-Hatta sempat berkunjung dan beristirahat di kawasan Selecta, Batu.
Pemerintahan
Secara administrasi, pemerintahan Kota Batu dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali kota yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2007, wali kota Batu dan wakilnya dipilih langsung oleh warga kota dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kota. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu saat ini adalah Eddy Rumpoko dan Punjul Santoso yang berasal dari PDI Perjuangan.
Perwakilan
Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu (DPRD Kota Batu) merupakan lembaga perwakilan rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat Batu pada pemilihan umum legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kota Batu periode 2014-2019 adalah 25 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (5 kursi), Partai Gerindra (4 kursi), dan PKB (4 kursi).[3]. Pimpinan DPRD Kota Batu periode 2014-2019 terdiri dari Cahyo Edi Purnomo (Ketua; PDI-P), Hari Danah Wahyono (Wakil Ketua; Partai Gerindra), dan Nurochman (Wakil Ketua; PKB), yang resmi menjabat sejak 8 Oktober 2014.[4] DPRD Kota Batu hasil Pemilu 2014 tersusun dari 9 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:
Partai | Kursi |
---|---|
Lambang PDI-P PDI-P | 5 |
Partai Gerindra | 4 |
PKB | 4 |
Lambang Partai Golkar Partai Golkar | 3 |
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 3 |
PAN | 3 |
Lambang PKS PKS | 1 |
Partai Hanura | 1 |
Partai NasDem | 1 |
Total | 25 |
Pembagian administratif
Kota Batu terdiri atas 3 kecamatan, yaitu:
Kecamatan-kecamatan tersebut dibagi lagi menjadi 20 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Batu pernah menjadi kota kecamatan bagian dari Kabupaten Malang, kemudian bersama dengan Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo yang juga bagian dari Kabupaten Malang, ketiga kecamatan tersebut digabung dan Batu ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif pada tahun 1993. Sejak tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.
Perekonomian
Perekonomian Kota Batu banyak ditunjang dari sektor pariwisata dan pertanian. Letak Kota Batu yang berada di wilayah pegunungan dan pembangunan pariwisata yang pesat membuat sebagian besar pertumbuhan PDB Kota Batu ditunjang dari sektor ini. Di bidang pertanian, Batu merupakan salah satu daerah penghasil apel terbesar di Indonesia yang membuatnya dijuluki sebagai kota apel. Apel Batu memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome beauty, anna, dan wangling. Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan, sehingga juga mendapat julukan kota agropolitan. Karena letak geografis yang berada di dataran tinggi, kota Batu banyak menghasilkan sayur mayur, dan bawang putih. Selain itu, Batu juga merupakan kota seniman di mana terdapat banyak sanggar lukis dan galeri seni di kota ini.
Pariwisata
Pariwisata kota Batu merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota ini merupakan salah satu yang terbesar bersama dengan Bali dan Yogyakarta. Objek wisata kota Batu sangat beragam, dari sejarah, retail, pendidikan, hingga kawasan alam. Di objek wisata Songgoriti terdapat Candi Songgoriti peninggalan Kerajaan Medang dan arca Ganesha peninggalan Kerajaan Singhasari serta tempat peristirahatan yang dibangun sejak zaman Belanda.
Wisata gua
Air terjun
- Coban Rais
- Coban Talun
- Coban Putri
Pemandian
- Songgoriti (pemandian air panas)
- Selecta (pemandian air panas)
- Cangar (pemandian air panas mengandung belerang)
Agrowisata
- Arboretum Sumber Brantas (mata air Sungai Brantas)
- Kusuma Agrowisata (perkebunan apel, stroberi, jambu, dan jeruk, serta tempat outbound)
Perkemahan
Keluarga
- Batu Secret Zoo (Jawa Timur Park 2)
- Jawa Timur Park 1
- Batu Night Spectacular
- Batu Wonderland
- Eco Green Park
- Kusuma Waterpark
- Predator Fun Park
Pendidikan
- Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu
- Museum Angkut+
- Museum Satwa (Jawa Timur Park 2)
- The Bagong Adventure Museum Tubuh
Akomodasi
Di Kota Batu terdapat banyak tempat akomodasi mulai dari guest house / rumah singgah, villa, losmen, hingga hotel berbintang yang tersebar di beberapa titik strategis kota. Beberapa hotel berbintang di Kota Batu adalah:
Bintang lima
- Jambuluwuk Batu Resort
- The Singhasari Resort Batu
Bintang empat
- Amartahills Hotel and Resort
- Kartika Wijaya Batu Heritage Hotel
- Klub Bunga Butik Resort
- Kusuma Agrowisata Hotel
- Purnama Hotel
- Royal Orchids Garden Hotel
Bintang tiga
- Batu Wonderland Water Resort Hotel
- Bunga Matahari Guest House and Hotel
- De View Hotel Batu
- Elhotel Batu
- Grand City Hotel Batu
- Kampung Lumbung Boutique Hotel
- Pohon Inn Hotel
- Pondok Jatim Park Hotel & Cafe
- UMM Inn
- Zam-Zam Hotel Resort & Convention
Bintang dua
- Hotel Metropole
- Pondok Alamanda Hotel
- Sumber Hotel
- The Batu Villas
- Villa Rumah Kayu
- Hotel Wijaya
Bintang satu
- Aster Hotel & Restaurant
Rumah singgah
- Baliku Guest House
Ada pula objek wisata terbaru di Kota Batu berupa wisata udara paralayang. Setiap hari Minggu, di alun-alun Batu diselenggarakan Pasar Wisata Minggu yang menjual makanan khas Batu serta berbagai macam kerajinan tangan. Jawa Timur Park merupakan salah satu tempat wisata paling populer di Jawa Timur.
Di Batu juga terdapat Batu Night Spectacular, merupakan taman hiburan remaja dengan beberapa wahana menyerupai Dunia Fantasi Ancol di Jakarta. Selain itu, ada juga tempat pariwisata pelajar dan keluarga yaitu Museum Satwa. Museum yang bertaraf internasional dan bergaya Yunani ini adalah museum di mana replika satwa di seluruh dunia yang belum punah dan yang sudah punah ada di sini. Kita juga dapat melihat replika kerangka hewan purba. Museum Satwa ini juga pernah menjadi tempat syuting video clip lagu dari The Virgin yaitu Belahan Jiwa. Berbagai sarana kegiatan luar ruang banyak tersedia dan yang paling terkenal adalah Beji Outbound yang terletak di Desa Beji, Kecamatan Junrejo.
Pada tahun 2014, di kota ini dibuka Museum Angkut yang merupakan museum koleksi alat transportasi yang ada di seluruh dunia. Museum ini menjadi museum transportasi pertama dan terlengkap di Asia. Selain itu, pada tahun 2015 di kota Batu juga dibuka The Bagong Adventure Museum Tubuh. The Bagong Adventure Museum Tubuh ini merupakan wisata pendidikan tentang anatomi tubuh manusia. The Bagong Adventure Museum Tubuh ini menjadi museum anatomi tubuh pertama di Indonesia dan terbesar di Asia. Pada tahun 2015 di kota Batu juga resmi beroperasi Predator Fun Park yang merupakan wisata pendidikan dengan koleksi hewan-hewan predator. Predator Fun Park terletak di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo.
Retail
Kota Batu memiliki beberapa pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern hingga pasar modern dan tradisional. Pusat perbelanjaan modern ternama di Batu di antaranya adalah Lippo Plaza Batu dan Plaza Batu, sedangkan pasar tradisional ternama di kota Batu adalah Pasar Batu. Selain itu, di Batu juga terdapat pasar terapung yang bernama Pasar Apung Nusantara yang menjadikannya sebagai pasar terapung pertama di Jawa Timur. Kompleks Pasar Apung Nusantara ini menjadi satu kesatuan dari kompleks wisata Museum Angkut di kota Batu.
Kuliner
Masakan
Masakan khas Kota Batu, adalah:
- Pos Ketan Legenda
- Sate Kelinci
- Soto
- Bakso Batu
- Sego Bancakan
- Lalap Ikan Wader
Jajanan pasar
Jajanan pasar khas Kota Batu, adalah:
- Ketan Manis (yaitu jajanan pasar, terdiri dari ketan, bubuk kelapa dan gula manis)
- Tape Ketan Hitam (yaitu bisa ditemukan di daerah Cangar, yang dapat menghangatkan tubuh)
- Tahu Kentaki Dhigadho (yaitu gorengan tahu alami, dengan rasa yang khas rempah-rempah pilihan)
Minuman
Minuman khas Kota Batu, adalah:
- Es Krim Milco (yaitu es krim buatan rumahan merk MILCO khas Batu)
- Angsle (sejenis kolak dengan ketan dan serabi juga petulo yang sangat nikmat dengan suasana dingin Kota Batu)
- Susu KUD Kota Batu
- [Slot Kosong, Bila berminat hubungi bapak Heru]
Oleh-oleh
Oleh-oleh khas Kota Batu, adalah:
- Berbagai produk apel, termasuk: sari apel, jenang dan dodol apel, cuka apel
- Berbagai keripik: keripik singkong, kentang, dan aneka buah lainnya
- Berbagai sari buah: Sari buah apel, dan lainnya
Media
Sebagian besar jaringan media cetak maupun elektronik yang ada di Kota Batu juga dapat diterima wilayah Malang Raya lainnya, yaitu Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Televisi
Lokal
- atv Batu
- Batu TV (suplai TempoTV)
- CRTV
- Dhamma TV
- Gajayana TV
- JTV Malang
- Malang TV
- MHTV Malang (relai iNews TV)
- UBTV
- Bios TV
- Arema TV
- Miko TV
Nasional
- TVRI (lokal TVRI Jawa Timur)
- RCTI
- SCTV
- MNCTV
- antv
- Indosiar
- Metro TV
- Trans7
- Trans TV
- tvOne
- Global TV
- NET.
- RTV (lokal RTV Malang)
Radio
Di Kota Batu terdapat stasiun radio bernama Radio Mitra FM yang merupakan radio keluarga dengan jangkauan meliputi Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang. Radio ini mengudara di frekuensi FM 97.0 MHz sejak tahun 2007 dan dapat diakses melalui radio online atau live streaming di www
Buletin dan media massa lokal
- Jawa Pos Radar Malang
- Malang Post
- Memo Arema
- www.batutimes.com
- ibatu.id
- MalangTODAY.net
Referensi
- ^ "Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 (Permendagri No.18-2013)". 6 Februari 2013. Diakses tanggal 17 Mei 2014.
- ^ a b c Zaenuddin H.M., Asal usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe. Cetakan I: Oktober 2013. ISBN 978-602-11-3930-1. hal. 63-68
- ^ "Hari Libur, DPRD Malang Raya Tetap Dilantik". Agustus 8, 2014.
- ^ Hari Ini Tiga Pimpinan DPRD Kota Batu Dilantik
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Pemerintah Kota Batu
- (Indonesia) Berita Malang Raya